Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menempatkan Gengsi dengan Benar

27 Januari 2014   15:08 Diperbarui: 8 Juli 2015   15:21 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jaman sekarang kalau ngomong soal gengsi kayaknya nggak jauh-jauh amat dari soal barang yang canggih dan tentu saja mahal. Gengsi dong hari gini Hpnya masih Blackberry..Smartphone doongg.....;Gengsi dong kompi monitornya masih tabung......gengsi dongggg...bla bla bla bla Manusia punya skala prioritas kebutuhan-->kebutuhan primer, kebutuhan sekunder dan seterusnya.

Di Indonesia khususnya di kota-kota besar kebutuhan primer nggak cuman makan tapi juga..gengsi!???. Kok bisa?? Siapa sih yang bisa hidup tanpa gengsi, pernah dengar nggak ada remaja SMA yang bunuh diri lantaran ortu nggak membelikan Handphone lantaran gengsi teman-temanya pada punya HP yang dia sendiri nggak punya.

Saya Jadi ber-imajinasi..saat di alam kubur anak yang bunuh diri ini, sebut saja Paimo, diinterogasi sama Malaikat:
Malaikat : "Apa Agamamu..??"
Paimo : "Teknologi.."
Malaikat : "Siapa Tuhanmu..??"
Paimo : "Gadget.."
Malaikat : "Siapa nabimu..??"
Paimo : "Smartphone.." Hadewwwwwwww....

Dalam budaya orang jawa ada semacam istilah 'Sawangane'. Saya sendiri nggak begitu tahu persis artinya tapi mengerti kalau ada yang ngomong menggunakan kata tersebut. 'Sawang' dalam bahasa Indonesia artinya 'lihat'. Tapi 'Sawangane' artinya lebih condong 'Nggak enak kalau dilihat (orang lain)'. Contoh kalimat : "Sawangane..HP-ne konco-konco wis ganti Smartphone moso HP-ku isih Blackberry....!" Kurang lebih artinya begini : "nggak enak kalau dilihat....HP-nya teman-teman sudah ganti Smartphone masak HP-ku masih Blackberry..!).

Untuk sebuah gengsi, barang yang sebenarnya segment market-nya untuk dikonsumsi oleh kaum elit tapi kenyataannya bisa terbeli juga oleh buruh pabrik. Dengan niat yang tulus ikhlas, Atas nama gengsi..bagaimanapun caranya pasti bisa di dapat. Bim salabim abracadabra...tolong dibantu yaaaa....dan jrenggggggg...tabungan selama 5 tahun ludesss mbul...!

Ada semacam statement yang tak terucap pada manusia-manusia gengsi tadi...Lebih baik ngirit dan memangkas kebutuhan yang lain tapi yang penting bisa beli gadget bagus ato barang yang ber-merk/canggih lainnya. Bukan untuk kepentingan bisnis atau kebutuhan yang sifatnya mendesak tapi skedar gengsi-gengsian semata. Pernah tahu khan ada orang yang punya Laptop Apple tapi cuman buat fesbukan doang...? Semacam itulah.

Gengsi kadang penting dengan tujuan agar kita tidak diremehkan dan dipandang rendah sama orang lain (kadang ini juga masalah perasaan saja...takut dipandang rendah). Yang terpenting tidak mengorbankan hal yang lain (lebih penting) untuk memenuhi kebutuhan gengsi tersebut. Laptop-nya Apple, HP-nya Samsung Smartphone keluaran terbaru..tapi anakya yang masih bayi minumnya susu SGM..! Sangat distorsi sekali..kok nggak Chilkid, Nutrilon atau minimal Bebelac..??? (ah..mungkin bayinya nggak cocok aja ya...bisa diare..positive thinking!).

Pernah saya suatu kali nonton televisi beritanya adalah seorang anak balita meninggal akibat gizi buruk. Orang tuanya ngakunya orang tak mampu sehingga anaknya tak tercukupi kebutuhan gisinya. Tapi anehnya saat itu terlihat di layar TV orang tuanya mengabari saudaranya dengan Handphone yang nge-trend, lumayan mahal pada saat itu. What the F*$k???? Kalau dia mampu beli HP mahal terus kenapa anaknya sampai kena gizi buruk!!???? Ini yang menurut saya adalah korban gengsi. Ada juga seseorang yang punya motor trendy keluaran terbaru tapi masih juga ngantri BLT (Bantuan Langsung Tunai). Atau juga orang kaya yang memborong sembako di pasar murah yang diadakan pemerintah untuk kaum yang hidup di bawah garis kemiskinan. Kalau sudah begitu dimana gengsi mereka..????Woiiii...helloowwwwwww..!

Punya Gadget (handphone) yang canggih memang terlihat keren (ah..itu cuman perasaanmu aja..ingatlah bahwa: Gadget yang keren tiada arti tanpa wajah yang cantik..ups!). HP sekarang bisa dibilang one stop service...benar-benar terpadu..hampir semua fitur sosmed ada. Bisa fesbukan, twiteran, Chating, potret sana potret sini, selfie, dengan mulut monyong koyo wedus, hadeww....Dan tak lupa nada dering volume diperbesar biar kalo telpon/SMS masuk suara dering yang jernih dan oyee bisa terdengar jauh sampai ke laut.....towengwengwenggg.

Btw, Lama-lama kok Handphone ini sudah kayak Victorinox ya..lengkap sih...tinggal kasih gunting, pemotong kuku, garpu, sendok...perfect deh! Kelakuan gadget mania kadang bikin garuk-garuk kepala, manusia-manusia yang punya pemikiran bahwa "Gadget adalah gengsi". Kebanyakan sih anak ABG yang orangtuanya tajir atau orang yang sebenarnya nggak kaya-kaya amat, punya gadget bagus cuman karena tuntutan lingkungan...takut nggak diterima di lingkungan pergaulannya. Takut dibilang nggak update, ndeso, gaptek, kereeee...bla bla bla...

Mungkin ini adalah tulisan yang ditulis oleh orang yang 'penuh dendam'. Tapi percayalah saya tak pernah menyalahkan orang memperTuhankan dan diperbudak gengsi. Itu pilihan hidup mereka, suka-suka mereka. Selama mereka mendapatkan semua kemewahan itu dengan jalan yang benar..Monggooo. Saya cuma menulis apa yang saya anggap menarik untuk ditulis. Kalau tulisan ini menyinggung anggaplah sebuah kritikan, kalau menghibur semoga menjadi semangat, kalau inspiratif semoga menjadi ide untuk berkarya. Well..that's all..thanks!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun