Mohon tunggu...
Robbi Herfandi
Robbi Herfandi Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Sosio politik, Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Triadic Balance: Strategi Indonesia Terhadap Konstelasi Geopolitik dalam Rivalitas AS-Tiongkok

11 Januari 2024   21:03 Diperbarui: 25 Januari 2024   04:18 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jika kita membentangkan peta dunia pada hari ini,  kita bisa melihat betapa kompleks nya konstelasi Geopolitik antara AS-Tiongkok, dimana perang ekonomi, perang ideologi, pertahanan dan keamanan.

kepentingan-kepentingan terhadap negara berkembang menjadi hal menarik jika kita kaji. Belum lagi negara seperti Arab Saudi, Iran, Korea Utara, Russia, India bahkan pakistan merapat kan diri ke barisan Tiongkok, dalam organisasi internasional  Shanghai Cooperation Organisation (SCO), dan BRICS sebagai penyeimbang AS.

Melihat kondisi anarki yang sangat prominen pada hari ini, Rivalitas AS-Tiongkok menjadikan dunia telah menjadi bipolaritas kembali setelah usainya perang dingin antara AS-Unisoviet.

Melihat realitas tersebut langkah-langkah apa yang akan dilakukan oleh negara Indonesia, apakah memihak salah satu pihak atau tetap teguh kepada politik bebas-aktif, tentunya Indonesia harus mempertahankan politik luar negeri yang bebas-aktif tersebut, namun, pemaknaan bebas aktif itu seperti apa?. Bisa saja Indonesia akan disuruh dan dipaksa untuk membuat komitmen yang lebih tegas terhadap salah satu pihak, karena Indonesia merupakan mitra dagang maupun persenjataan kedua belah pihak. Dan itu juga dipertegas oleh guru besar ilmu politik dan keamanan Universitas Padjadjaran Prof. Murardi, Beliau mengatakan perlu redifinisi dan pernyataan ulang substansi dari politik bebas aktif.

Beliau juga mencontohkan sikap Indonesia ketika merapat ke iran apakah itu termasuk politik bebas aktif atau tidak? Perlu juga para capres untuk mempertegas batas-batasan politik bebas aktif itu seperti apa.?

Sangat di sayangkan debat capres dengan tema " Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional dan Geopolitik." Tidak menyentuh ke arah substansi dan tidak consern terhadap Rivalitas AS-Tiongkok, padahal itu adalah kunci untuk mengatur strategi Indonesia dalam politik luar negeri bebas-aktif.

Ada sebuah Teori Triadic balance diperkenalkan oleh Brian Healy dan Arthur Stein dalam publikasi artikel nya yang berjudul "The Balance of Power in International History"

Di dalam artikel tersebut dijelaskan bagaimana negara berkembang bimbang memilih kekuatan bipolaritas dunia, karena sering kali negara berkembang menjadi korban percikan rivalitas tersebut seperti tekanan bahkan ancaman. 

Sehingga menjadi sebuah keniscayaan negara-negara berkembang mengambil langkah kebijaksanaan dalam mengambil keputusan politik luar negeri nya. 

Tampak nya indonesia harus memperkuat pertahanan dan keamanan domestik dengan diplomasi persenjataan memperluas kerja sama dan memperkukuh netralitas, maka, Indonesia bisa terhindar dari percikan tekanan dari bipolaritas tersebut. Bukan nya menghindar karena takut, tapi, ini langkah kebijaksanaan untuk mempertahankan esensi politik bebas-aktif  Indonesia dalam menyongsong perdamaian dunia, karena diplomasi persenjataan menjadi hal yang prominen dan penting dalam menghadapi Rivalitas Global.

Bagaimana pendapat kompasianer dalam kasus ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun