Roman adalah sebuah cerita rekaan yang menggambarkan kronik kehidupan tokoh secara rinci dan mendalam.- wikipedia
Perkenalkan nama saya Rosmaida. Bapa dan emak saya selalu memangil saya dengan nama ida. Tapi, awak bisa memanggil saya Ros atau Rose biar nampak kekiniannya. Pada jumpa pertama ini, saya akan menjelaskan apa-apa saja yang saya ingin coba tuliskan untuk awak, (calon) pembaca website saya. kerana saya ingin menulis sebuah roman, saya akan menulis perjalanan saya dari lahir sampai di umur 30 tahun ini. Tenang, saya memilih tema ini bukan karena narsis. Tapi, lebih kepada tidak memiliki ide cerita yang bisa saya karang buat awak sekalian. Jadi saya putuskan untuk menjadikan serangkaian pengalaman hidup saya kepada awak semua.
Saya lahir di Kota Hantu, 7 Agustus 1994 di sebuah klinik bersalin yang berdampingan dengan sebuah penjara tua warisan Belanda. Saking terkenal dan tua nya penjara tersebut, jalan di depan klinik yang seharusnya bernama pahlawan, malah terkenal dengan nama "jalan penjara". Selain dikenal dengan nama jalan penjara, jalan di depan klinik saya juga dikenal dengan nama "gertak 3". Perihal mengapa diberi nama gertak 3 dikarenakan ada nya jembatan kayu besar yang jika dilewati kendaraan seringkali berbunyi "gretak, gretak, gretak..".
Kembali ke pekara saya lahir, saya dilahirkan secara normal oleh ibu (35 tahun, saat itu) saya yang bernama Widya Astuti. Ketika saya lahir, bapa saya, Nur Ikhsan (34 tahun saat itu) langsung mengazankan saya ditengah malam. Lebih tepatnya lagi jam 1 malam. Tentu saja, bapa saya tidak sendiri disana. Ada nekwan (ibu dari pihak bapak) dan mbah putri (ibu dari pihak ibu) yang menemani bapa dan ibu  di rumah sakit.
Ketika saya lahir, mereka sungguh merasa senang sekali. Karena saya terlahir dengan kelamin perempuan. Sebelum saya lahir, bapa dan ibu sudah punya lima anak dan semuanya lelaki. Bapa dan ibu berharap memiliki anak perempuan agar ada yang mau mengurus mereka di hari tua. Tuhan mendengar doa mereka dan lahir lah saya. Saya pernah iseng nanya ke ibu, apakah jika saya terlahir sebagai lelaki, apakah ibu akan melahirkan lagi? Ibu saya cuma bisa nyengir dan menggelengkan kepala. Seketika itu, saya paham kesulitan beliau.
Sebenarnya tidak ada keistimewaan apapun ketika saya lahir, selain saya adalah anak perempuan yang diharapkan. Tapi ada side story ketika ibu berada di masa pemulihan pasca melahirkan. Ssebelum saya cerita lebih lanjut, saya gambarkan dulu seperti apa kamar inap di klinik tersebut. Ruang inap  itu besar. Saya gambarkan seperti rumah sakit zaman dahulu di mana ada ruang besar yang berisikan 6 tempat tidur rangka besi. Formasi tempat tidurnya diletakkan 3-3 berhadapan. Sebenarnya, ada juga ruang inap yang berisikan 2 pasien. Hanya saja mahal harganya. Sebagai tambahan informasi,  namanya memang klinik bersalin, tapi bangunan cukup besar dan luas dan punya struktur bangunan tahun 70 an. Kalau di zaman sekarang mungkin sudah dikenal rumah sakit bersalin ibu dan anak.
Kembali lagi ke pekara ibu saya.
Saat itu, ibu tengah tidur  setelah proses melahirkan yang panjang. HANYA 24 JAM, waktu yang dibutuhkan ibu dari pembukaan pertama sampai pembukaan sepuluh. Karena kelelahan, beliau tertidur. Pada saat itu, ibu ditemani mbah putri, sedangkan bapa mengantar nekwan pulang. Melihat ibu yang sudah tidur, mbah putri pergi ke kamar mandi untuk buang hajat. jadilah ibu sendirian di ruang tersebut. Kata mbah putri, sebenarnya ada 2 ibu lain yang berada di ruang inap tersebut. Tapi, mereka sudah siap-siap mau pulang pagi itu karena sudah diperbolehkan pulang. Entah bagaimana, ibu berada di ruang inap sendirian.
awak bisa tebak kan cerita apa yang ingin saya bawakan ?
setengah bangun-setengah tertidur, ibu saya melihat ada sosok "ibu" yang tengah duduk memperhatikannya dari tempat tidur pasien sebelahnya. Mungkin, awak akan bilang mungkin itu pasien lainnya. Tapi saya jamin, itu bukan pasien lainnya. Karena pasien lainya berada di tempat tidur yang berlawanan dengan tempat tidur ibu saya.Â
awak pasti ingin bilang, mungkinkah ada pasien baru?
Sayangnya, tidak. Penampakkan "ibu" itu begitu ganjil sampai-sampai ibu saya yang masih setengah sadar langsung terbangun. Bagaikan asap, si "ibu" menghilang begitu saja dari pandangan ibu.Â
saya kepo, saya tanya ibu saya bagaimana penampakan ibu itu. Kata ibu, wajahnya biasa saja, tidak mengerikan. Hanya saja tatapannya tajam mengarah langsung ke ibu dan terkesan kosong. Ganjil sekaligus membuat bulu kuduk merinding, ungkap ibu. Â Pasca kejadian, ibu sempat demam, tapi setelah itu normal kembali. Dan ibu pulang sembari membawa aku pulang ke rumah.Â
itu saja, kalau ada cerita lain nya, nanti saya tulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H