Saat duka bertemu ruang dan waktu, segalanya menjadi candu.Â
Air mata yang menjelma jadi mata air, mengalirkan emosi yang pekat. Rasa di hati berubah menjadi puisi, antara puji dan caci maki. Tangis sesenggukan menjadi instrumental pendukung, menjadi ritual pelengkap.Â
Semua untuk merayakan kedukaan. Mari kita rayakan
Bahkan sewaktu seruang duka pun, adalah cara puitis untuk memuja kesedihan. Kita baca sedikit demi sedikit. Agar duka mengisi hati dan dunia tak lagi sepi dan sunyi.Â
Dan saat ruang dan waktu mempersilakan duka untuk pergi. Yang tersisa hanya kita beserta segala memori. Dan bahagia yang menanti untuk dipilih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H