Mohon tunggu...
Rizki Fajar Novanto
Rizki Fajar Novanto Mohon Tunggu... Jurnalis - Railway Enthusiast

Mahasiswa Hubungan Internasional Railway Enthusiast Think Global ! Act Local ! Tinggal saat ini di Depok,Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Modernisasi Sarana Kereta Api Era Awal Kemerdekaan Indonesia

28 Juli 2019   20:39 Diperbarui: 28 Juli 2019   23:41 1213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun Surabaya Gubeng yang Dioperasikan Oleh Staatsspoorwegen. (Sumber : Michiel De Jong )  

Kereta api menjadi tulang punggung transportasi Indonesia sejak era pemerintahan kolonial Belanda hingga saat ini. Peralihan kekuasaan,Perang Dunia dan krisis keuangan dunia pada era 1914-1945 menyebabkan keuangan perusahaan perkeretaapian Hindia Belanda saat itu morat marit sehingga tidak dapat membeli dan memperbaharui sarana kereta api.  Hal tersebut menyebabkan penundaan modernisasi hingga akhirnya modernisasi dapat dilaksanakan pada tahun 1950 oleh Djawatan Kereta Api.

Stasiun Surabaya Gubeng yang Dioperasikan Oleh Staatsspoorwegen. (Sumber : Michiel De Jong )  
Stasiun Surabaya Gubeng yang Dioperasikan Oleh Staatsspoorwegen. (Sumber : Michiel De Jong )  

Lokomotif Awal Staatspoorwegen. (Sumber : J.J.G. Oegema)
Lokomotif Awal Staatspoorwegen. (Sumber : J.J.G. Oegema)

Pembuatan jalur kereta api perdana oleh Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (N.I.S.) pada tahun 1864 dari Semarang menuju Solo dan Jogja menjadi awal hadirnya kereta api di Indonesia. Namun,N.I.S merupakan perusahaan swasta yang diberi mandat oleh pemerintah kolonial untuk membangun jalur kereta api di Indonesia.

Pada tanggal 6 April 1925, 50 tahun lamanya, pemerintah kolonial Belanda akhirnya membuat perusahaan kereta api negara yaitu Staatsspoorwegen dan membangun jalur dari Surabaya menuju Malang dan Pasuruan. Pembangunan jalur terus berlanjut hingga akhirnya panjang jalur kereta api di Hindia Belanda mencapai lebih dari 6.000 kilometer bila dijumlahkan dengan perusahaan-perusahaan seperti Deli Spoorweg Maatschappij, Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij dan perushaan tram dan kereta api swasta lainnya di Indonesia. 

Pada akhir tahun perang dunia pertama, sarana kereta api terbagi atas 477 lokomotif, 2.147 kereta penumpang dan 10.225 gerobak (gerbong barang). Pada permulaan perang dunia dua, sarana kereta api milik Staatsspoorwegen terbagi atas 761 lokomotif, 2.277 kereta penumpang dan 20.471 gerobak (gerbong barang).

Penurunan Kereta CL4801ZS dari Kapal S.S. Merak di Pelabuhan Tanjung Priok. (Sumber : De Koloniale Roeping Van Nederland)
Penurunan Kereta CL4801ZS dari Kapal S.S. Merak di Pelabuhan Tanjung Priok. (Sumber : De Koloniale Roeping Van Nederland)

Sarana kereta api ini didominasi oleh pembelian dari negara-negara di Eropa. Hingga pada tahun 1919, Staatsspoorwegen membeli 20 lokomotif tipe 1D+D yang mempunyai delapan gandar adhesi dari Amerika Serikat akibat pecahnya perang dunia pertama. Setelah perang dunia usai, pembelian lokomotif dialihkan kembali ke eropa yaitu dari Belanda dan Swiss. Sebanyak 30 buah lokomotif tipe mallet atau 1C+C dibeli pada tahun 1928.

Lokomotif Tipe 1D+D yang Dibeli dari Amerika Serikat (Sumber : J.J.G. Oegema)
Lokomotif Tipe 1D+D yang Dibeli dari Amerika Serikat (Sumber : J.J.G. Oegema)

Lokomotif Tipe 1C+C (Mallet) yang Dibeli dari Eropa. (Sumber : J.J.G. Oegema)
Lokomotif Tipe 1C+C (Mallet) yang Dibeli dari Eropa. (Sumber : J.J.G. Oegema)

Krisis keuangan dunia pada tahun 1929 atau disebut dengan Great Depression/Malaise membuat perusahaan operator kereta api berhemat. Sehingga pada era ini,perusahaan Staatsspoorwegen tidak membeli lokomotif baru lagi. Sebaliknya, jumlah lokomotif yang menua semakin banyak dan jumlahnya semakin menyusut akibat afkir dan tidak dijalankan. Hingga akhir tahun 1941, lokomotif milik Staatsspoorwegen hanya dapat dijalankan sebanyak 540 buah.

Pada tahun 1946,Djawatan Kereta Api (DKA) memulai perencanaan tentang modernisasi sarana-sarana kereta api yang makin menua. Rencana memang selesai dengan cepat namun pembelian tak bisa langsung dilakukan karena keuangan negara yang belum dimungkinkan. 

Rencana tersebut dapat dilaksanakan pada tahun 1951 sampai 1953, tepat pada waktu kekurangan sarana kereta api telah memuncak. Oktober 1950, DKA memesan 100 lokomotif, 100 kereta penumpang dan 1.000 gerobak (gerbong barang). Pemesanan tersebut memakan biaya yang sangat besar tetapi pemesanan tersebut sangat dibutuhkan karena sarana yang ada di DKA seperti lokomotif sudah banyak yang diafkirkan oleh Djawatan Keselamatan Kerdja dan tak boleh dipakai kembali.

Lokomotif D52 milik DKA. (Sumber : J.J.G. Oegema)
Lokomotif D52 milik DKA. (Sumber : J.J.G. Oegema)

Masalah muncul ketika lokomotif baru buatan Krupp yaitu Lokomotif seri D52 tidak bisa dipakai di lintas utara Cirebon-Semarang-Surabaya Pasar Turi karena kurang kuatnya jalan dan jembatan kereta api. 

Jalur kereta api ini merupakan peninggalan perusahaan kereta tram yang mengoperasionalkan kereta dengan bobot yang lebih ringan sehingga desainnya berbeda dengan jalur N.I.S. dan S.S. yang mengoperasionalkan kereta dengan bobot yang lebih berat. 

Untuk mengatasi masalah ini, DKA mendatangkan lokomotif diesel elektrik tipe CC 200 dari Amerika Serikat pada penghabisan tahun 1953. Untuk mempelajari operasional dan perawatan lokomotif ini, pegawai DKA dari Manggarai dikirim ke Amerika Serikat.Lokomotif CC 200 pertama datang pada 7 September 1953. 

Lokomotif CC 200 buatan Amerika Serikat. (Sumber J.J.G. Oegema)
Lokomotif CC 200 buatan Amerika Serikat. (Sumber J.J.G. Oegema)

Selain itu, direncanakan pembelian lokomotif diesel hidrolik yang akan dijalankan di lintas cabang yang memiliki permasalahan seperti jalur Cirebon-Semarang-Surabaya Pasar Turi yaitu baan (badan) kontruksi rel yang tidak kuat terutama di bekas jalur perusahaan partikulir (swasta). 

Sebuah Rangkaian Kereta Milik S.C.S. di Sebuah Stasiun. Kereta Ini Termasuk Golongan Kereta Dengan Bobot Ringan. (Sumber J.J.G Oegema)
Sebuah Rangkaian Kereta Milik S.C.S. di Sebuah Stasiun. Kereta Ini Termasuk Golongan Kereta Dengan Bobot Ringan. (Sumber J.J.G Oegema)

Sebagai ganti dari kereta-kereta yang dibumihanguskan pada perang kemerdekaan Indonesia, didatangkan 298 kereta-kereta baru yang terdiri dari kereta kelas I/II atau ABL, kereta kelas tiga atau CL, kereta makan kelas tiga atau campuran CFL, yaitu kereta penumpang yang sebagian untuk memasak dan sebagian lagi untuk makan. 

Kereta CDL yang separuhnya untuk penumpang dan separuhnya untuk bagasi. Didatangkan pula kereta makan kelas FL. Kereta makan ini dibagi menjadi tiga ruang. Ruang pertama untuk memasak dan lain-lain ruang untuk makan penumpang kelas I/II atau kelas III. Kedatangan kereta ini ditunggu akhir tahun 1953.

Kereta-Kereta Baru Tipe CL 8500 di Stasiun Manggarai. (Sumber : Perpustakaan Nasional)
Kereta-Kereta Baru Tipe CL 8500 di Stasiun Manggarai. (Sumber : Perpustakaan Nasional)

Kereta CL 8500 merupakan kereta yang dibeli dengan konfigurasi yang unik. Kereta ini memiliki konfigurasi pintu rendah,sekitar 650 mm dari kepala rel. Fungsinya adalah untuk mempermudah naik turun penumpang yang berprofesi sebagai pedagang kecil yang membawa barang dagangannya. Kereta ini memiliki panjang 18,5 meter, tinggi 3,45 meter dan lebar 2,60 meter. Kereta ini awalnya dipasang di kereta cepat/ekspress namun karena tidak bisa berjalan dengan tenang dan posisi lutut penumpang yang saling berdempet akhirnya kereta ini ditarik dari dinasan kereta cepat/ekspress bahkan diretrofit menjadi kereta BL.

Kereta CL8500 yang Dirubah Menjadi Kereta BL. (Sumber : Perpustakaan Nasional)
Kereta CL8500 yang Dirubah Menjadi Kereta BL. (Sumber : Perpustakaan Nasional)

Beberapa kereta ini masih dapat dijumpai di lintas utama saat ini. Namun,kereta tersebut telah mengalami modifikasi sehingga sulit untuk dikenali. Kereta-kereta dari era awal kemerdekan pun sudah banyak yang diafkirkan karena usianya yang terlampau tua dan sudah tidak sesuai dengan regulasi yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Kereta Api Indonesia.

Sumber :

Kisah Kereta api Indonesia : S.S./S.S. -- V.S./P.K.A--RI/DKA / oleh R. Oerip Simeon

Buku Peringatan dari Staatsspoor En Tramwagen di Hindia Belanda 1875-1925

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun