Rel gerigi Sumatera Barat merupakan bagian tak terpisahkan dari penetapan "Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto". Rel yang terbentang sepangjang 304 kilometer di Sumbar itu, sebagian memang dibangun karena ditemukannya batu bara di Sawahlunto oleh W.H De Grave pada tahun 1871.
Rel kereta api yang telah dibangun dari Pulau Air ke Padang Panjang pada 6 Juli 1887 dan diteruskan ke Bukittinggi pada November 1891, dilanjutkan pembangunannya dari Padang Panjang ke Muaro Kalaban sepanjang 56 kilometer pada Oktober 1892. Jalur itu dilanjutkan lagi menuju Sawahlunto pada 1896 untuk kepentingan mengangkut batu bara.
Sistem rel gerigi ini hanya ada dua di Indonesia yaitu berada di jalur Secang-Kedung Jati, Jawa Tengah dan di Sumatera Barat. Jalur yang berada di Sumatera Barat adalah jalur yang masih dapat dioperasionalkan, Namun armada lokomotif tidak memadai karena statusnya yang tidak siap operasi.Â
Menurut Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Sumatera Bagian Barat, Makjen Sinaga, lokomotif untuk rel itu sekarang sudah tidak ada yang membuat, lokomotif BB 204 pun sudah tidak ada yang membuat suku cadangnya.Â
Padahal perusahaan yang membangun lokomotif tersebut yaitu Swiss Locomotive and Machine Works (SLM) masih ada sampai saat ini dan bergabung dengan Stadler Rail A.G.Â
Kondisi lokomotif BB 204 sekarang ditumpuk dan ditanahkan di Balai Yasa Padang. Lima belas unit lokomotif BB 204 dengan nomor seri BB 204 01 hingga BB 204 17 Â ditanahkan di Balai Yasa Padang sedangkan BB 204 15 dan BB 204 16 yang masih berada di Dipo Lokomotif Solok.
Sebenarnya terdapat alternatif untuk mempertahankan rel gerigi agar tetap terpakai dan tidak tergantikan oleh metro kapsul. Yang pertama adalah membeli kembali beberapa rangkaian kereta atau lokomotif dari perusahaan seperti Stadler Rail A.G. Stadler Rail A.G. menjadi spesialis pembuat kereta dengan sistem gerigi saat ini di dunia.Â
Kereta-kereta khusus jalur gerigi buatan mereka telah dipakai oleh operator kereta api di Swiss dan Brazil. Elektrifikasi juga dapat dilakukan agar menambah efisiensi pengoperasian kereta api.Â