Mohon tunggu...
Rizky Nur Ikhsan S.R
Rizky Nur Ikhsan S.R Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Prodi IAT IAIN Samarinda

Berbagi manfaat kepada sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kesadaran Sosial Tanpa Memandang Agama di Masa Virus Corona

27 Maret 2020   08:37 Diperbarui: 27 Maret 2020   15:09 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Agama merupakan suatu aspek  yang sangat penting dan paling sensitif dalam kehidupan manusia. Mengapa disebut sensitif ?, karena tak jarang, akibat kesalahpahaman dalam beragama ataupun salah dalam memahami agama orang lain, pertikaian sering terjadi. Seseorang sampai berani mencela bahkan menyerang agama lain yang berbeda dengannya. Indonesia sebagai negara majemuk yang terdiri dari berbagai suku dan agama,  sangat berpeluang menjadi arena terjadinya gesekan diantara golongan ataupun agama ini.

Sering didapati pula nyawa-nyawa yang terenggut akibat pertikaiain ini. Nyawa-nyawa berjatuhan akibat dendam, dengki, dan amarah yang dilandasi agama. Sungguh tak elok, agama yang suci rela mengorbankan banyak nyawa hanya karena dendam, dengki ataupun amarah. Agama yang suci mengajarkan kedamaian dirusak dengan kejinya pembunuhan, pertikaian dan perbuatan tercela lainnya. Salah satu kejadian yang  terjadi di Indonesia berkaitan dengan hal ini adalah konflik keagamaan di Ambon pada tahun 1999 silam.

Konflik ini bisa dikatakan sangat tragis. Selain berlatar belakang isu agama, sebagaimana yang ditulis dalam website BBC Indonesia, konflik ini  juga mengakibatkan tewasnya sekitar lima ribu jiwa dan lebih setengah juta penduduk harus mengungsi ke daerah lain yang lebih aman. Bahkan anak-anak yang seharusnya hidup di dunianya dengan kesenangan senda-gurau,  juga harus ikut serta dalam konflik ini. Mereka saling membunuh, menembak, dan memenggal.

BBC Indonesia juga mengangkat konflik ini dalam sebuah video berdurasi tujuh menit yang diunggah di channel Youtubenya. Video ini mengisahkan dua orang pemuda, yang di masa anak-anaknya juga ikut terlibat dalam konflik keagamaan di Ambon tersebut.

Dua orang pemuda ini bernama Ronald Regang mantan tentara anak pasukan Agas dan Iskandar Slameth mantan tentara anak pasukan Jihad. Mereka masuk dalam pasukan tentara anak tersebut atas latar belakang dendam. Iskandar ikut dalam konflik dengan dasar dendam karena banyak anggota keluarganya yang terbunuh. Sementara Ronald mengikuti konflik ini karena menilai ini merupakan bentuk pergerakan mempertahankan kampung dan agamanya.

Konflik ini pun mulai mereda dengan adanya sebuah perjanjian yang dilaksanakan di Malino, Kab. Gowa, Sulawesi Selatan. Walaupun demikian, tentu masih tersimpan dendam di antara kedua pihak yang bertikai ini. Dikisahkan pada video tersebut, mereka dipertemukan dalam sebuah acara lintas damai, Young Ambassador for Peace pada tahun 2006.

Dalam pertemuan tersebut mereka masih saling memendam rasa dendam sampai hampir saling membunuh, namun dengan cepat panitia melerai. Kemudian mereka saling mengungkapkan pengalaman dan perasaan masing-masing. Hingga akhirnya mereka sadar dan mencoba menghapus segala dendam dan rasa benci terhadap lawannya. Mereka pun sadar pertikaian yang terjadi adalah akibat kesalahpahaman. Maka, sejak saat itu mereka  bersahabat dan berusaha dapat bermanfaat bagi lingkungannya. Kemudian  dengan mendalami peristiwa ini, lantas apakah pelajaran yang dapat kita ambil ?.

Akhir-akhir ini, masyarakat Indonesia digemparkan dengan adanya perkembangan wabah penyakit akibat virus Corona atau yang bisa disebut Covid-19. Perkembangan virus ini di Indonesia terjadi sangat cepat. Sebagaimana dikutip dari situs katadata.co.id, bahwa Indonesia hanya perlu 12 hari untuk mencapai 50 kasus. Berbeda dengan negara-negara lain yang perlu waktu lebih lama untuk mencapai angka tersebut, seperti Singapura perlu 21 hari dan Malaysia 39 hari.

Jika kita kaitkan peristiwa konflik keagamaan di Ambon yang dipaparkan sebelumnya dengan kondisi sekarang yang tengah berkembangnya wabah virus Corona, maka bisa kita ambil dua pelajaran yang dapat menginspirasi kita. Pertama, dengan peristiwa tersebut kita sadar bahwa adanya pertikaian agama akan mengakibatkan kerugian bagi diri kita dan orang lain,  dan akan memperkeruh keadaan dengan banyak yang terbunuh dan mendapat kesusahan. Maka, jika kita tetap bertikai dalam hal keagamaan di masa berkembangnya wabah virus ini, tentu akan terus bertambah korban dan keadaan akan semakin parah.

Kedua, dengan peristiwa tersebut kita juga dapat mengambil pelajaran yaitu apabila semua pihak bersatu, baik itu pemerintah maupun para pihak yang bertikai dan diiringi dengan rasa atau keinginan untuk saling membantu, maka akan tercipta suatu keadaan yang lebih baik. Begitu pula di masa wabah sekarang ini, jika semua pihak bekerja sama tanpa adanya rasa dendam, iri dan dengki serta tanpa memandang golongan baik itu agamanya, sukunya ataupun daerahnya, maka kita akan bersama-sama melewati serangan wabah ini dengan baik dan akan menghasilkan hasil yang baik.

Sebagai contoh yang dapat menginspirasi kita adalah kisah seorang dokter muda yang bernama Tirta Mandiri Hudhi atau yang biasa disebut dr. Tirta. Akhir-akhir ini namanya memang sedang naik daun. Hal ini terjadi setelah ia berkomentar dan mengemukakan pendapatnya dalam program televisi, Indonesia Lawyers Club atau ILC TVOne edisi selasa (24/03/2020).

Dalam penampilannnya tersebut, ia menyampaikan ide-ide yang digagasnya.

Salah satu penyampaiannya yang dapat menginspirasi kita dan berkaitan dengan pembahasan tulisan ini adalah bahwa ia sangat menekankan kepada semua pihak, untuk menjadikan masa-masa mewabahnya virus Corona ini, sebagai masa untuk saling membantu dan bekerja sama karena kejadian ini bukan hanya permasalahan bagi pihak tertentu, melainkan menjadi permasalahan kita bersama.

Ia pun telah melakukan banyak kegiatan bentuk aplikasi dari gagasannya diantaranya bekerjasama dengan berbagai lembaga untuk melakukan penyemprotan disinfektan ke rumah-rumah ibadah, seperti masjid dan gereja. Selain itu, ia pun membeli masker dan membagikannya ke rumah sakit-rumah sakit yang kekurangan.

Dengan memperhatikan pelajaran yang dapat dipetik dari peristiwa konflik tadi dan berbagai kisah inspirasi dr. Tirta di atas, maka sudah saatnya untuk kita dapat sadar bahwa persatuan dan solidaritas sangat penting dipraktekkan dalam kehidupan kita, apalagi dalam kondisi genting seperti sekarang. Oleh karena itu, penulis mengajak kepada seluruh masyarakat, agar kita saling bekerja sama dan menumbuhkan rasa solidaritas dalam diri kita untuk dapat saling membantu, tanpa memperhatikan golongan, suku, organisasi dan agama.

Bagi yang kaya sudah waktunya untuk  memberi makan yang miskin dan bagi penguasa sudah waktunya untuk mengurangi kesusahan rakyat jelata. Hal ini harus tertanam dalam diri kita masing-masing, semoga dengan ini kita dapat melewati masa-masa virus Corona dan kembali beraktifitas normal.

Wallahu a'lam, sekian terimakasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun