Mohon tunggu...
Rindu Arif Fatwa
Rindu Arif Fatwa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Jurnalistik dan Produksi Televisi

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Kerja di TV atau Channel Artis

12 Juni 2022   10:00 Diperbarui: 12 Juni 2022   10:33 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sejak 30 April 2022 lalu, pemerintah secara resmi menghentikan siaran televisi analog pada 56 wilayah yang mencakup 166 kabupaten/kota. Kebijakan ini telah diatur dalam undang-undang Nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja. Demikian selain untuk menciptakan lapangan pekerjaan, tujuan pemerintah menyuntik mati televisi analog adalah salah satunya untuk memberikan ruang gerak bagi layanan internet di Indonesia.

Terlebih penggunaan frekuensi sinyal (bandwidth) pada televisi analog mencapai 328 Mhz pada frekuensi 700 Mhz, pada kasus ini akan banyak sekali biaya yang harus dikeluarkan. Sedang dengan siaran televisi digital, kita dapat menghemat beban negara hingga setengah dari persentasenya. Pasalnya penggunaan frekuensi sinyal pada televisi digital hanya membutuhkan 176 Mhz, dimana sisa frekuensi sinyal tadi nantinya dapat digunakan untuk meningkatkan jaringan internet. Bukan hanya saja meningkatkan layanan internet, bahkan mampu meratakan layanan internet pada daerah terpencil.

Namun sebelumnya, apa yang dimaksud dengan televisi digital, lantas apa yang membedakan televisi digital dengan televisi analog?

Televisi digital sendiri merupakan sebuah siaran televisi yang menggunakan sinyal digital dalam bentuk bit informasi dan sistem kompresi, sehingga kualitas audio dan gambar pada televisi digital lebih baik. Sistem penyiaran yang digunakan pada televisi digital ini tidak jauh berbeda dengan konsep penyiaran yang digunakan oleh layanan internet, seperti YouTube dan Netflix. 

Adapun selain untuk meratakan jangkauan internet pada daerah terpencil, manfaat lain dari kebijakan migrasi ini adalah demi mengejar ketertinggalan negara dari negara-negara yang telah menyepakati penataan spektrum layanan televisi, selain itu pada negara-negara yang telah menyelesaikan kebijakan ASO (Analog Switch Off). Demikian agar tidak menimbulkan potensi konflik permasalahan pada wilayah perbatasan. Juga memberikan kesempatan bagi industri televisi tanah air, agar bersaing secara sehat. 

Salah satunya memberi kesempatan bagi perusahaan televisi swasta, agar dapat menjangkau seluruh penonton di Indonesia. Demikian pula membuka peluang bagi para pelaku industri untuk menghadirkan jenis konten yang lebih beragam dan lebih menarik.

Seperti yang belakangan menjadi sebuah fenomena, beberapa artis yang kerap kita lihat di layar televisi, kini mulai aktif mengunggah konten di channel pribadi milik mereka di youtube. Beberapa diantaranya juga ikut meramaikan trend new media atau media baru di pasar digital, dengan membuat perusahaan media hiburan yang menawarkan ragam jenis konten. Seperti Rans Entertainment sebuah perusahaan milik Raffi Ahmad dan istri, Nagita Slavina. Ada juga Taulany TV, Sule Productions, Vindes, Baim Paula hingga deHakims. Dengan ini telah membuka banyak sekali lapangan pekerjaan, pasalnya mereka pun membutuhkan tim untuk membantu mereka dalam memproduksi konten-konten milik mereka. Demikian menjadi satu perwujudan dari tujuan kebijakan pemerintah bermigrasi menuju televisi digital, dalam rangka menciptakan lapangan pekerjaan.

Lantas hal ini menjadi sebuah pertimbangan sendiri bagi para insan kreatif, terlebih bagi para mahasiswa broadcast. Pasalnya sebagai seorang yang belajar mengenai broadcasting dan content production, kerja di industri televisi menjadi sebuah cita-cita yang sangat ambisius. Namun lingkungan kerja di channel youtube milik artis, jauh lebih menyenangkan. Terlebih pada artis-artis yang dikenal memiliki idealisme, membuka kesempatan bagi anak muda untuk kerja diatas idealisme mereka. Maka tak heran jika ini menjadi sebuah pertimbangan tersendiri bagi para mahasiswa broadcast. 

Tapi kita tidak boleh lupa, bahwa keduanya sama-sama memiliki tantangan dan peluangnya masing-masing. Baik kerja di industri televisi ataupun kerja di channel youtube milik artis.

Salah satunya yang menjadi tantangan mahasiswa broadcast diera digital ini adalah kita harus mampu beradaptasi, baik pada sasaran demografi maupun tipe konten yang akan diproduksi. Kita perlu mengenal betul siapa audiens kita? Pada usia berapa orang-orang yang menonton konten yang kita buat? Pasalnya setiap generasi punya ketertarikan yang berbeda.

Seperti pada rentang usia balita, mereka tertarik pada konten yang full color, pembahasannya tentang mainan. Pada level usia di atasnya sudah berbeda jenis konten, umumnya rentang usia 6-14 tahun, lebih senang menikmati konten reaksi, berbau game online dan ragam konten lainnya yang menghibur. Berbeda lagi pada usia diatas 15 tahun, yang lebih menyukai konten yang cenderung lebih serius, pembahasannya daging. Bahkan pada demografi yang sama, perempuan di usia tersebut beberapa memiliki ketertarikan pada konten masak. Maka penting sekali untuk mengenali demografi kita, demikian agar memudahkan kita dalam menentukan jenis konten yang akan kita produksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun