Mohon tunggu...
Rizki Ananda Fadhila Apriani
Rizki Ananda Fadhila Apriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S-1 Farmasi Universitas Sebelas Maret

Mahasiswa S-1 Farmasi Universitas Sebelas Maret

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Apatisme: Apakah Politik Sudah Tidak Menarik Bagi Generasi Muda?

12 Desember 2024   15:30 Diperbarui: 12 Desember 2024   16:02 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena golongan putih (golput) di kalangan generasi muda, khususnya di Jakarta, merupakan sebuah indikasi adanya jarak yang semakin lebar antara pemilih muda dengan dunia politik. Dalam beberapa tahun terakhir, Jakarta, sebagai ibu kota negara dan pusat kegiatan politik, telah menyaksikan peningkatan angka golput di kalangan pemilih muda. Fenomena ini menggambarkan sebuah sikap apatis yang berkembang di kalangan remaja dan pemuda zaman sekarang terhadap politik. Apatisme, dalam konteks ini, bukan hanya sekadar ketidakpedulian, tetapi juga bentuk ketidakpercayaan yang mendalam terhadap sistem politik yang ada. Banyak remaja dan pemuda yang merasa bahwa pilihan mereka dalam pemilu tidak akan membawa perubahan yang signifikan. Mereka merasa terasingkan dari proses politik, yang tampaknya penuh dengan intrik, korupsi, dan persaingan antar elit politik yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan rakyat. Hal ini menyebabkan mereka merasa tidak memiliki keterkaitan emosional atau relevansi dengan partai politik atau kandidat tertentu. 

Keterlibatan politik generasi muda adalah elemen penting dalam menjaga dinamika demokrasi yang sehat. Namun, ketika angka golput di kalangan pemilih muda terus meningkat, kita harus merenungkan mengapa banyak di antara mereka memilih untuk tidak berpartisipasi. Salah satu alasan utama adalah rasa apatis yang tumbuh akibat ketidakpercayaan terhadap integritas politik dan sistem yang ada. Banyak dari mereka merasa suara mereka tidak akan didengar atau bahkan tidak berpengaruh, sehingga mereka memilih untuk tetap berada di luar arena politik, tidak terlibat dalam proses pemilu sama sekali. Selain itu, fenomena apatis ini juga diperburuk oleh ketidaktahuan atau minimnya pemahaman politik di kalangan remaja. Pendidikan politik yang kurang memadai dan minimnya kesempatan untuk berdialog dengan para pemimpin politik membuat banyak pemuda merasa tidak terhubung dengan isu-isu politik. Dalam dunia yang serba cepat dan penuh distraksi seperti sekarang, banyak pemuda lebih tertarik dengan hiburan dan media sosial ketimbang mendalami topik-topik politik yang dianggap rumit dan membosankan. Fenomena ini semakin memperburuk sikap apatis, di mana politik dianggap sebagai hal yang tidak relevan dengan kehidupan mereka. 

Namun, apatisme ini tidak boleh dibiarkan berkembang lebih lanjut. Generasi muda memiliki potensi yang sangat besar untuk membawa perubahan positif dalam masyarakat, dan keterlibatan mereka dalam politik adalah langkah pertama menuju perubahan tersebut. Apabila mereka tetap golput, maka mereka secara tidak langsung memberikan kesempatan bagi pihak-pihak yang tidak memikirkan kepentingan mereka untuk mendominasi. Politik adalah arena yang seharusnya bisa memberi ruang bagi setiap lapisan masyarakat, termasuk generasi muda, untuk menyuarakan kepentingan mereka dan memperjuangkan hak-hak mereka. 

Untuk itu, penting bagi semua pihak termasuk pemerintah, partai politik, dan lembaga pendidikan untuk lebih serius dalam memberikan pendidikan politik yang relevan dan menarik bagi generasi muda. Proses demokrasi harus dipahami sebagai sesuatu yang tidak hanya penting, tetapi juga dapat mempengaruhi kehidupan mereka secara langsung. Jika mereka diberikan informasi yang tepat, ruang untuk berdialog, serta pemahaman yang mendalam tentang bagaimana politik bekerja, bukan tidak mungkin golput akan berkurang dan generasi muda akan lebih terlibat secara aktif. Selain itu, partai politik juga perlu berusaha lebih keras untuk mendekati pemilih muda. Mereka harus menunjukkan bahwa mereka peduli dengan isu-isu yang relevan bagi generasi muda, seperti pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kesejahteraan sosial. Politik harus dibawa kembali ke akar rumput, dengan mengedepankan partisipasi aktif masyarakat, khususnya generasi muda.

Kesimpulannya, golput yang banyak terjadi di kalangan pemuda Jakarta merupakan refleksi dari apatisme yang berkembang di kalangan mereka terhadap politik. Apatisme ini lahir dari ketidakpercayaan dan ketidakpedulian terhadap sistem yang ada. Oleh karena itu, penting untuk mendorong generasi muda agar tidak hanya memahami pentingnya politik, tetapi juga merasa bahwa suara mereka bisa membawa perubahan. Hanya dengan cara ini, kita bisa memastikan bahwa masa depan politik Indonesia tidak hanya diwarnai oleh politikus-poltikus dari kalangan elit, tetapi juga oleh ide-ide segar dan perubahan yang dibawa oleh generasi muda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun