Pembenaran terakhir, saya peroleh ketika mendengar cerita direktur tentang mindset bekerja. Beliau menganggap bahwa bekerja setara dengan belajar S2 meski tanpa ijazah dan thesis.Â
Bedanya, bekerja adalah belajar yang dibayar. Ketika di luar sana, untuk melanjutkan Pendidikan S2, kita harus merogoh kocek hingga sudut-sudut rekening, di sini kita gratis belajar setara S2 dan dibayar. Terdengar berlebihan?
Mari kita lihat faktanya. Ini berdasarkan cerita dan pengalaman saya pribadi. Saya kuliah manajemen dan saya merasa bahwa ilmu yang didapat ketika kuliah, kurang dari 10% yang bisa diaplikasikan langsung di tempat kerja.Â
Dan memang itu yang dirasakan banyak orang. Pernah suatu ketika, manajer HRD di suatu perusahaan BUMN bercerita kepada saya. Katanya, seorang fresh graduate dari kampus besar pun pasti akan belajar semuanya dari nol di tempat bekerja. Memang ada skill teknis yang bisa diaplikasikan, tetapi jauh lebih banyak skill lain yang harus dipelajari dan dipahami di perusahaan.
Inilah yang menjadi semangat saya untuk bangkit dari penyesalan. Saya pun berusaha menghitung-hitung ilmu yang saya dapat di perusahaan ini. Dalam 1 bulan, sudah banyak sekali hal yang saya pelajari di sini, baik ilmu profesional, ilmu kehidupan, atau pun ilmu agama. Bahkan, apa yang saya pelajari tersebut lebih banyak daripada apa yang saya dapatkan selama duduk di dalam ruang kuliah selama 1 semester.
Lho... berarti kita nggak perlu kuliah dong? Tetap perlu, kuliah itu membuka banyak pintu kesempatan. Topik ini akan saya bahas di artikel lainnya.
Kesimpulannya, bekerja produktif dan penuh motivasi itu tergantung pemahaman dan mindset kita tentang bekerja itu sendiri. Akan berbeda hasil kinerjanya mereka yang bekerja demi bonus dengan mereka yang bekerja demi belajar serta menggali sebanyak mungkin pengalaman.Â
Akan berbeda hasil kinerjanya, mereka yang penuh perhitungan dengan apa yang didapatkan dari perusahaan secara material, dengan mereka yang terus bertanya, apalagi yang bisa saya berikan untuk perusahaan. Akan berbeda hasil kinerjanya, mereka yang selalu menanti weekend untuk tidur, dengan mereka yang rela menginap di kantor menyelesaikan tugas tambahan meskipun itu hari libur.
Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda juga sedang mencari pembenaran atas pilihan yang diambil? Atau Anda telah menemukan pembenaran-pembenaran sendiri?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H