Mohon tunggu...
R. M. S. P. Alam
R. M. S. P. Alam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Konsultan Bisnis UKM

Creating the Future

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Seperti Inilah Proses Belajar Seorang Mahasiswa

18 April 2017   15:29 Diperbarui: 19 April 2017   04:03 1439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar diolah penulis dari berbagai sumber: www.ebay.com www.bostonglobe.com www.istanamatematika.com

Suatu ketika saya mengikuti suatu perlombaan yang diadakan oleh sebuah perusahaan besar di Indonesia. Di babak semifinal, kami diundang ke Jakarta untuk melakukan pitching di depan panelis. Pada saat technical meeting, kami sangat terkejut karena waktu yang disediakan untuk pitching hanyalah enam menit dan disarankan kurang dari sepuluh slide. Padahal tim kami sudah mempersiapkan dua puluh lima slide untuk ditampilkan. Akhirnya, malam itu juga, kami mengekstraknya menjadi sembilan slide. Dan berlatih mati-matian untuk menyampaikan ide proyek dalam enam menit.

Tak disangka kami lolos ke babak final kompetisi tersebut. Pada tahap ini, kami, para finalis, diwajibkan untuk menyelesaikan proyek akhir sembari magang di perusahaan tersebut. Tentu saja ini mengejutkan sekaligus membahagiakan bagi saya. Kapan lagi bisa mendapat kesempatan lomba sambil magang di perusahaan besar di negeri ini. 

Akhirnya kami pun tinggal di ibukota selama dua bulan. Penyelesaian proyek mewajibkan tim kami untuk melakukan riset, konsultasi, dan bahkan wawancara dengan beberapa tokoh besar di dunia bisnis. Mulai dari ketua asosiasi, hingga direksi perusahaan besar kami temui.

Tentu saja, kami harus menjelaskan proyek solusi yang ingin kami kembangkan dan presentasikan di babak final nanti. Sebenarnya semua pertemuan ini bagi kami bagaikan bentuk latihan dalam melakukan pitching ide. Dan yang saya pelajari dari orang-orang yang kami temui adalah: mereka tidak mau penjelasan yang bertele-tele. Kami harus bisa menyampaikan ide dengan singkat. Mulai dari masalah apa yang ingin diselesaikan, solusinya apa, dan keuntungannya berapa. Wow. Singkat cerita kami menjadi juara dan mendapat golden ticket untuk bekerja di perusahaan tersebut dan bonus liburan ke Singapura.

Baiklah, dari sekian banyak pelajaran yang saya dapatkan dari pengalaman tersebut, ada satu hal yang sering mengusik saya dan membebani pikiran-pikiran saya di kala malam atau saat kuliah di dalam kelas. Otak saya terus memutar ulang kalimat berikut: mengapa kehidupan kerja dan perkuliahan cukup kontradiktif.

Semenjak itu, saya tidak hanya belajar materi di dalam ruang kuliah, tetapi juga menganalisis proses pembelajaran di dalamnya. Apa sebenarnya esensi dari perkuliahan ini. Saya menemukan kesalahan besar dalam keseluruhan proses pengajaran, yang tidak hanya meaningless, tetapi juga kontra-produktif.

Saya akan coba jabarkan penemuan saya dalam satu model yang sangat sederhana. Dalam model tersebut ada dua variabel dan dua subyek.

  • Ilmu yang rumit 
  • Ilmu yang disederhanakan 
  • Dosen 
  • Mahasiswa 

Ilmu yang rumit, dikristalisasi oleh dosen menjadi sederhana agar lebih mudah dipahami, lalu disampaikan kepada mahasiswa. Pada saat ujian, para mahasiswa ini harus menjabarkan ilmu yang sederhana tadi menjadi rumit kembali. Agar lebih mudah memahaminya, silahkan lihat gambar berikut.

gambar diolah penulis dari berbagai sumber: www.ebay.com www.bostonglobe.com www.istanamatematika.com
gambar diolah penulis dari berbagai sumber: www.ebay.com www.bostonglobe.com www.istanamatematika.com
 Ilmu adalah suatu hal yang sangat kompleks. Dahulu kala para pencetus teori atau hukum melakukan berbagai percobaan untuk bisa menelurkan pemikiran mereka. Dengan rumit dan kompleksnya suatu bidang ilmu, turunlah dosen dari kahyangan untuk membantu makhluk bumi memahami ilmu dengan lebih mudah. Agar ilmu tersebut bisa dicerna dan diproses oleh otak kami, para mahasiswa, terlebih dahulu ia harus diubah menjadi model yang paling sederhana. Dari yang sebelumnya berbentuk teks seratus halaman, lalu dimanifestasikan ke dalam setengah halaman yang lebih singkat dan padat.

Sampai di sini kami bisa menghapal setengah halaman lebih mudah—daripada seratus halaman. Kemudian, ketika ujian tiba, kami diharuskan menjabarkan kembali setengah halaman tadi menjadi seratus halaman, kembali seperti sedia kala. Tidak heran, banyak dosen yang mewajibkan mahasiswanya menulis jawaban dengan sangat panjang. Semakin banyak kalimat semakin baik, bagi dosen. Sedikit kalimat, dianggap tidak menjawab.

Hal yang sama juga terjadi ketika kami memperoleh tugas presentasi ke depan kelas. Kami harus melakukan presentasi suatu kasus atau business plan dalam rentan waktu tiga SKS atau seratus lima puluh menit. Semakin lama presentasi, semakin baik. Terlalu singkat presentasi, dianggap tidak memahami materi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun