Mohon tunggu...
Randy Mahendra
Randy Mahendra Mohon Tunggu... Penulis - Warga Biasa

Warga Biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Peribahasa Jawa Ini Mengandung Semangat Frugal Living

19 Juni 2024   19:59 Diperbarui: 19 Juni 2024   20:33 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada banyak peribahasa Jawa yang mengandung makna filosofis sebagai nasihat, sindiran, perumpamaan atau prinsip kehidupan. Termasuk peribahasa mengenai  nasihat mengelola keuangan. Bahkan, ada peribahasa Jawa yang mengandung semangat konsep frugal living, yakni; kegedhen empyak kurang cagak.

Jauh sebelum viral di media sosial, konsep frugal living sudah dikenal di Amerika Serikat medio 1992. Mulanya, konsep ini dikenalkan oleh ahli finansial bernama Vicki Robin dan Joe Domingues dengan gerakan Financial independence Retire Early (FIRE) menjalankan metode kemandirian saat memasuki masa pensiun.

Gerakan ini semakin populer ketika krisis melanda Amerika Serikat pada 2007. Metode kemandirian FIRE itu diterapkan di tengah kepungan badai krisis ekonomi global. Kemudian, gerakan ini dikembangkan menjadi pola hidup frugal living.

Hingga akhirnya, pola hidup frugal living ini menginspirasi banyak penulis finansial. Di tengah gempuran gaya hidup konsumerisme yang tinggi, fruggal living seolah menjadi oase.

Seperti diketahui, gaya hidup konsumerisme itu semakin dipermudah misalnya dengan hutang melalui pinjaman online atau paylatter yang juga semakin dipermudah. Cukup klik ini dan itu, kamu bisa berhutang, tapi, tentu dengan bunga yang tinggi pula.

Bagi yang tak bisa mengendalikan keinginannya, kemundahan ini justru akan menjeratnya dalam lingkaran setan hutang, gali lubang tutup lubang.

Maka, konsep frugal living ini sebetulnya berguna untuk menstimulus kesadaran finansial. Menyadari berapa pendapatan, apa saja kebutuhan pokok dan primer, hingga berapa kemampuan finansial.

Rumus penting frugal living yakni mengalokasikan 50-70 persen gaji atau pendapatan untuk ditabung.  Misalnya dengan gaji Rp5000.000 per bulan, maka 2.500.000 ditabung, sedangkan separuhnya lagi untuk keperluan sehari-hari.

Oleh karena itu, orang yang menerapkan frugal living, dipaksa untuk benar-benar berhemat. Kebanyakan dari kita, mungkin tergiur untuk menghabiskan gaji bulanan, bahkan sebelum tanggal gajian, dan, akhirnya sadar, ternyata uang dikantong sudah habis. Maka, solusinya berhutang melalui pinjol atau paylatter, dan lama-kelamaan, kebiasaan ini bisa membuat seseorang bangkrut. Karena pendapatan lebih kecil daripada pengeluaraan. Padahal, konsep frugal living mengajarkan kita untuk berhemat, dan memastikan pengeluaran tak lebih dari 50 persen dari pendapatan.

Meskipun konsep ini dikembangkan oleh ahli finansial AS, sebetulnya, orang Jawa juga mempunyai peribahasamengusung konsep frugal living ini, yakni; kegedhen empyak kurang cagak.

Kegedhen Empyak Kurang Cagak

Kegedhen artinya kebesaran atau terlalu besar, empyak adalah atap rumah, jika digabung, maka artinya atapnya terlalu besar. Sedangkan kurang artinya kurang, dan cagak adalah pilar atau tiang. Peribahasa Kegedhen Empyak Kurang Cagak jika diartikan bersama-sama, maka artinya dalam bahasa Indonesia adalah terlalu besar atap, tapi tiangnya kurang.

Mendengar peribahasa ini, majinasi kita pasti akan membayangkan rumah dengan atap yang terlalu besar, tapi dengan tiang yang minim, maka rumah tersebut pasti akan roboh.

Oleh karena itu, peribahasa ini memberi nasihat, agar orang tidak boleh boros dalam pengeluaran, karena jika pengeluaran lebih banyak daripada pendapatan, hasilnya adalah kebangkrutan. Hal ini, tentu sama dengan semangat konsep fruggal living,  di mana kita dituntut untuk berhemat, dan sadar dalam mengelola keuangan.

Sudah banyak contoh di luar sana, seperti orang-orang yang tak bisa menahan diri untuk sekadar pamer misalnya seperti flexing, yang imbasnya justru merugikan diri sendiri. Karena keinginan untuk pamer lebih tinggi daripada pendapatan yang diterima tiap bulannya. Alhasil, kebangkrutan tak bisa dihindarkan.

Jadi, apabila keinginan untuk boros itu muncul, dan keinginqn untuk menghabiskan gaji juga muncul, ingat-ingatlah peribahasa 'kegedhen empyak kirang cagak'. Karena jika pengeluaranmu lebih banyak daripada pendapatan pasti akan bangkrut, seperti rumah dengan atap yang terlalu berat, rumah tersebut akan roboh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun