Kegedhen artinya kebesaran atau terlalu besar, empyak adalah atap rumah, jika digabung, maka artinya atapnya terlalu besar. Sedangkan kurang artinya kurang, dan cagak adalah pilar atau tiang. Peribahasa Kegedhen Empyak Kurang Cagak jika diartikan bersama-sama, maka artinya dalam bahasa Indonesia adalah terlalu besar atap, tapi tiangnya kurang.
Mendengar peribahasa ini, majinasi kita pasti akan membayangkan rumah dengan atap yang terlalu besar, tapi dengan tiang yang minim, maka rumah tersebut pasti akan roboh.
Oleh karena itu, peribahasa ini memberi nasihat, agar orang tidak boleh boros dalam pengeluaran, karena jika pengeluaran lebih banyak daripada pendapatan, hasilnya adalah kebangkrutan. Hal ini, tentu sama dengan semangat konsep fruggal living, Â di mana kita dituntut untuk berhemat, dan sadar dalam mengelola keuangan.
Sudah banyak contoh di luar sana, seperti orang-orang yang tak bisa menahan diri untuk sekadar pamer misalnya seperti flexing, yang imbasnya justru merugikan diri sendiri. Karena keinginan untuk pamer lebih tinggi daripada pendapatan yang diterima tiap bulannya. Alhasil, kebangkrutan tak bisa dihindarkan.
Jadi, apabila keinginan untuk boros itu muncul, dan keinginqn untuk menghabiskan gaji juga muncul, ingat-ingatlah peribahasa 'kegedhen empyak kirang cagak'. Karena jika pengeluaranmu lebih banyak daripada pendapatan pasti akan bangkrut, seperti rumah dengan atap yang terlalu berat, rumah tersebut akan roboh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H