Mohon tunggu...
Raden Mahdum
Raden Mahdum Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

Kehadiran Mahasiswa dalam setiap polemik bangsa adalah kemajuan Sumber Daya Manusia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Kehidupan yang Bukan Kehidupan, Lebih Sinting dari Abstraksi Para Jenius

24 Januari 2021   08:21 Diperbarui: 27 Mei 2021   11:38 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
medium.com/the-neo-humanist-museum

Bukan hanya itu, Homo Sapiens yang mengenyampingkan moralitas saja masih dianggap manusia. Dan lagi, masih ingin dimanusiakan tapi tidak memperlakukan manusia layaknya manusia. Romanya memanusiakan manusia bukanlah gaya para kaum Borjuis, atau malah memang kaum tersebut malah mengenal memonyetkan manusia layaknya kera? atau terlebih layaknya celeng? 

"Hidup adalah mimpi bagi mereka yang bijaksana, permainan bagi mereka yang bodoh, komedi bagi mereka yang kaya, dan tragedi bagi mereka yang miskin," kiranya itu yang ada di benak Sholom Aleichem. Entah apa yang sedang membumbui pikirannya sampai bisa berkata seperti itu, tapi mungkin dukungan datang dalam pemikiran itu.

Pendidikan yang digunakan sebagai cerminan kecerdasan seseorang, oleh karena itu, "Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia." Itulah yang disampaikan oleh Nelson Mandela, tapi apa benar demikian? Jadi apakah orang yang tidak pernah mendapatkan didikan, dia termasuk orang yang tidak berpendidikan? Entahlah apa urusannya itu. Yang pasti jika pendidikan itu adalah pendidikan, maka pendidikan tidak bisa dianggap pendidikan jika pendidikan tidak seperti pendidikan.

Kehidupan modern yang semakin dianggap modern tapi dianggap mundurnya era modern oleh beberapa kaum intelektual. Kemunduran era modernisasi dalam globalisasi mungkin dianggap tidak akan terjadi. Tapi bukan itu intinya. Intinya adalah seseorang yang hidup di zaman ini tidak menjalani kehidupan seperti kehidupan. 

Oleh karenanya benar apa yang disampaikan oleh Mahatma Gandhi, bahwa "Dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia, bukan untuk memenuhi keserakahan manusia." Jika kegagalan seorang pemimpin bisa mempengaruhi kehidupan rakyatnya, maka cobalah untuk tidak jadi rakyat yang percaya akan pemimpinya, jika tidak diberi jaminan.

Permasalahan sosial yang terus timbul, antara arogansi emosi dan argumentasi belaka, dipadukan dengan kenormatifan yang metafisik  dan dibumbui keabstrakan. Sangat sulit untuk menjelaskan masalah sosial yang semakin lama berkembang seperti peradaban oleh sebab itu "Saya selalu mencoba untuk mengubah kemalangan menjadi kesempatan." yang disampaikan oleh John D. Rockefeller mungkin ada benarnya. Tapi kembali lagi jika permasalahan negara, rakyat hanya bisa bersuara entah didengar atau tidak oleh penguasa, tetapi itulah faktanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun