Bukan hanya itu, Homo Sapiens yang mengenyampingkan moralitas saja masih dianggap manusia. Dan lagi, masih ingin dimanusiakan tapi tidak memperlakukan manusia layaknya manusia. Romanya memanusiakan manusia bukanlah gaya para kaum Borjuis, atau malah memang kaum tersebut malah mengenal memonyetkan manusia layaknya kera? atau terlebih layaknya celeng?Â
"Hidup adalah mimpi bagi mereka yang bijaksana, permainan bagi mereka yang bodoh, komedi bagi mereka yang kaya, dan tragedi bagi mereka yang miskin," kiranya itu yang ada di benak Sholom Aleichem. Entah apa yang sedang membumbui pikirannya sampai bisa berkata seperti itu, tapi mungkin dukungan datang dalam pemikiran itu.
Pendidikan yang digunakan sebagai cerminan kecerdasan seseorang, oleh karena itu, "Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia." Itulah yang disampaikan oleh Nelson Mandela, tapi apa benar demikian? Jadi apakah orang yang tidak pernah mendapatkan didikan, dia termasuk orang yang tidak berpendidikan? Entahlah apa urusannya itu. Yang pasti jika pendidikan itu adalah pendidikan, maka pendidikan tidak bisa dianggap pendidikan jika pendidikan tidak seperti pendidikan.
Kehidupan modern yang semakin dianggap modern tapi dianggap mundurnya era modern oleh beberapa kaum intelektual. Kemunduran era modernisasi dalam globalisasi mungkin dianggap tidak akan terjadi. Tapi bukan itu intinya. Intinya adalah seseorang yang hidup di zaman ini tidak menjalani kehidupan seperti kehidupan.Â
Oleh karenanya benar apa yang disampaikan oleh Mahatma Gandhi, bahwa "Dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia, bukan untuk memenuhi keserakahan manusia." Jika kegagalan seorang pemimpin bisa mempengaruhi kehidupan rakyatnya, maka cobalah untuk tidak jadi rakyat yang percaya akan pemimpinya, jika tidak diberi jaminan.
Permasalahan sosial yang terus timbul, antara arogansi emosi dan argumentasi belaka, dipadukan dengan kenormatifan yang metafisik  dan dibumbui keabstrakan. Sangat sulit untuk menjelaskan masalah sosial yang semakin lama berkembang seperti peradaban oleh sebab itu "Saya selalu mencoba untuk mengubah kemalangan menjadi kesempatan." yang disampaikan oleh John D. Rockefeller mungkin ada benarnya. Tapi kembali lagi jika permasalahan negara, rakyat hanya bisa bersuara entah didengar atau tidak oleh penguasa, tetapi itulah faktanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H