Dalam kalbu...
Pendahulu berpesan rindu
Mengais secercah harapan
Menyokong indahnya persatuan
Pada nadi mengalir kedamaian
Tumbuh subur di ladang perbedaan
Jauh memandang kekerasan
Dekat melihat persaudaraan
Hijauku...
Hampir semua orang tahu
Terpampar simbol ketenangan
Kearifan berpikir,
Pendulang kelembutan
Jagad raya berbalut warna
Berikat tali ideologi
Demi bangsa, arah rela berubah
Bukan kekuasaan
Bukan pula sekedar sesaat kenikmatan
Itu dulu...
Kala hijau tetap segar
Jelas warna tiada pudar
Cendekia berpegang agama,
Mengajarkan kesejukan makna
Hijauku...
Tetap berwarna dalam suci-berani
Tak dekat merahnya api
Pun jauh putih sok bersih
Sarat nilai lekat perekat
Rakyat dekat, umat selamat
Sulit diterpa badai percekcokan
Pada sekcilpun bagian perbedaan
Hujan turun
Seteru menghilang
Larut dalam ombak kesalahan
Karena benar nampak bingar
Kini tak mudah
Membuka ruang hati yang lelah
Pada mata yang tertutup nista
Amat sulit menilai diri, dosa
Bahkan, pada seteru aduan pun tak tahu
Hanyut dalam detak perasaan benar
Menganggap salah perbedaan
Menganggap benar ketidaktahuan
Di seberang sana...
Tergambar arti saudara
Bukan musuh, bukan pula perusuh
Namun karena seteru tak tahu
Serasa rela menganggapnya lawan
Hijauku...
Ingin rasanya kembali pada pewarnamu
Pemersatu bangsa yang senyatanya satu
Pengikat umat, garda depan rakyat
Tidak pejabat, namun tiada henti berbuat
Untuk Indonesia
Yang merah berani bukan api
Putih suci bukan sok bersih
Hujan turun tumbuh kedamaian
Seteru pun jadi pemersatu
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H