Mohon tunggu...
Lianly Rompis
Lianly Rompis Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Teknik Unika De La Salle Manado

Yesterday We knew nothing, Today We learn more, and Tomorrow We'll have our future with us

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Metaverse: Antara Harapan, Ancaman, dan Sisi Kemanusiaan

27 Maret 2022   00:23 Diperbarui: 27 Maret 2022   00:49 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://img.okezone.com/content/2021/

Saat CEO Facebook Mark Zuckerberg  memperkenalkan Metaverse, muncul harapan adanya sebuah teknologi baru yang akan membuat kehidupan manusia menjadi semakin lebih baik dan tentu saja menjanjikan kehidupan yang sejahtera di masa depan. 

Sesuatu yang menakjubkan dan "Beyond" yang akan menjadi bagian dari sejarah peradaban manusia dimana manusia dapat memasuki dunia virtual dan berinteraksi dengan manusia lain maupun dengan sistem berteknologi digital yang tinggi. Lapangan pekerjaan yang baru serta efisiensi dalam bekerja menjadi juga harapan akan kehadiran Metaverse. 

Karenanya kemunculan teknologi ini pada dasarnya mendapat tanggapan positif. Seperti yang dapat dipahami adalah bahwa teknologi yang diciptakan oleh manusia semuanya bertujuan baik, tinggal bagaimana manusia melihat kebaikan dari teknologi itu sendiri dan memanfaatkannya secara benar dan tepat. Teknologi membantu meningkatkan kepribadian manusia dalam memandang segala hal serta menciptakan pekerjaan-pekerjaan masa depan yang lebih terorganisir dan harmonis.

Namun di sisi lain, sebagai orang awam yang masih kurang pengetahuan mengenai teknologi Metaverse namun sudah mulai cukup mendapatkan pemahaman tentang bagaimana Metaverse itu, timbul keraguan sekaligus kekuatiran akan kehadiran teknologi ini di masa depan. 

Mungkin saat ini teknologi berbentuk Virtual Reality yang dihadirkan melalui Kacamata Virtual Reality (VR) ini dapat menghadirkan berbagai sensasi menarik dan pengalaman realistik layaknya dunia nyata dan sangat bermanfaat untuk digunakan dalam proses pembelajaran, hiburan, maupun game, tetapi kedepannya perlu mempertimbangkan ancaman dan keamanan bagi manusia itu sendiri. 

Pengalaman mengajarkan bahwa teknologi smartphone sangatlah baik dan membantu manusia dalam berkomunikasi. Namun keasyikan dalam mengakses  smartphone dan kurangnya pengontrolan akan penggunaan yang baik dari smartphone membuat manusia kadang tidak lagi fokus terhadap dunia nyata dan keadaan sekitar (hal ini pun dialami juga oleh penulis), dan pada akhirnya sering terjadi "kecelakaan-kecelakaan" yang membahayakan manusia itu sendiri.

Jika teknologi smartphone yang tidak menuntut penggunaan seluruh panca indera manusia dalam bervisualisasi dapat menyebabkan hal-hal yang merugikan dan membahayakan manusia (seperti misalnya bahaya selfie,  kecelakaan mobil, dan sebagainya), maka bagaimana dengan teknologi Metaverse yang saat ini teknologinya menuntut hampir seluruh fokus, perhatian dan panca indera manusia? 

Bagaimana teknologi ini justru dapat memberikan rasa keamanan dan rasa nyaman yang lebih baik? Dengan teknologi berbentuk kacamata dan tambahan smartphone serta peralatan lainnya yang "menutupi" sebagian wajah kita, bagaimana dapat menjamin tidak akan adanya bahaya yang lebih mengancam? 

Untuk pemakaian di studio, laboratorium, ruang kerja, maupun proyek-proyek di bidang tertentu, teknologi ini cukup penting dan masih memberikan rasa aman dan menarik untuk digunakan. Bagaimana jika kedepannya saat teknologi Metaverse semakin murah dan dikenal, manusia secara sembarangan menggunakannya sambil berjalan kaki, mengendarai motor, duduk di teras rumah atau ruang tamu? 

Bagaimana bila karena terlalu asyik dengan kacamata VR maka manusia tidak menyadari bahwa ada kendaraan yang akan menabrak mereka, bahwa ada keluarga yang sakit dan membutuhkan pertolongan, bahwa rumah mereka ada tamu yang datang berkunjung atau mungkin malahan pencuri? Mereka akan sulit mengetahui bahayanya bila terlalu fokus dan asyik dengan dunia virtual yang ditawarkan oleh Metaverse.

Semoga saja bila teknologi Metaverse ini akan dikembangkan kedepannya, agar mempertimbangkan dengan baik segala konsekuensi yang mungkin dapat ditimbulkan serta mampu mengantisipasinya. Manusia membutuhkan teknologi yang memiliki sisi kemanusiaan, yaitu yang menghargai nilai-nilai hidup dan martabat manusia. 

Mungkin saja kedepannya teknologi Metaverse tidak lagi berupa kacamata VR atau mungkin ukurannya sudah menyerupai kacamata biasa dan memiliki ruang bagi manusia untuk dapat tetap fokus terhadap dunia nyata. 

Alternatif lain adalah teknologi Augmented Reality (AR) melalui smartphone dimana dengan bantuan teknologi proyeksi (projector) manusia dapat menghadirkan dunia virtual ke dunia nyata dengan tetap mempertimbangkan sisi kemanusiaan (seperti menggabungkan teknologi proyeksi dan hologram).

Sumber gambar: https://gadgetstouse.com/
Sumber gambar: https://gadgetstouse.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun