Mohon tunggu...
Lianly Rompis
Lianly Rompis Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Teknik Unika De La Salle Manado

Yesterday We knew nothing, Today We learn more, and Tomorrow We'll have our future with us

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sahabat Pena?

9 Maret 2022   12:15 Diperbarui: 9 Maret 2022   13:52 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: www.canva.com

Sejak Tiwi teman sekelasnya memamerkan stiker label nama kiriman papanya, Hana jadi kesemsem berat sama benda yang satu itu. Lucu sih. Unik lagi. Ada gambar-gambar Miki, Winnie the Pooh, Hello Kitty, Tom and Jerry, dan masih banyak koleksi lainnya. Tiwi tidak perlu lagi capek- capek menuliskan nama, alamat, dan nomor teleponnya di sampul buku catatan dan buku pelajaran sekolahnya. Namanya sudah tercetak pada label nama. Tinggal ditempelkan saja. Gimana nggak asyik?!

Kemarin Hana sudah memesan lima buah label nama pada Tiwi. Kebanyakan? Memang Hana pinginnya begitu. Malahan kalau bisa Hana ingin memesan semua koleksi yang ada. Buat disimpan dan ditukar dengan koleksi  teman-teman  lain.  Untuk  itu  Hana  mati-matian  menyisihkan sebagian uang jajannya. Kalau biasanya makan siang dengan sebungkus nasi kuning dan es jeruk di kantin sekolah, sekarang Hana lebih sering membawa bekal dari rumah atau jajan semangkuk mie bakso Mpok Inum. Hana rela puasa makanan yang enak-enak asalkan bisa menambah koleksi label namanya. Ia benar-benar sudah jatuh cinta kepada stiker-stiker yang lucu itu. Awalnya mama heran melihat kelakuan Hana. Biasanya kalau disuruh membawa bekal  ke sekolah,  marahnya  minta ampun. Sekarang malah minta sendiri.

Belakangan mama akhirnya tahu hobi baru dari Hana ini. Mama sebenarnya tidak setuju. “Untuk apa pesan banyak-banyak? Cukup satu atau dua saja. Mau ditempel dimana?” “Ah Mama, itu kan hobi. Mama sendiri hampir tiap bulan membeli bunga. Mau ditaruh dimana semuanya? Lihat tuh, halaman rumah sudah pada penuh,” Hana mencoba berdalih. Mama hanya terdiam. Pintar juga anak ini. Akhirnya mama mau tidak mau menyetujui niat Hana untuk mengoleksi label nama. Tetapi dengan tegas mama tidak mau menambah uang jajan. Jadi Hana harus berusaha sendiri dengan jalan menabung dan tentu saja untuk sementara kualitas jajanan diturunkan (eits, jangan bilang-bilang mama. Nanti dia marah).

Hobi Hana makin menjadi-jadi. Tadi pagi Tiwi membawa brosur baru yang berisikan koleksi-koleksi gambar yang benar-benar membuat Hana tidak bisa tidur semalaman. Hana sampai bermimpi tertidur di atas ranjang yang penuh dengan label nama. Wow, asyiknya!

Pagi ini papa membuat kesalahan kecil. Sewaktu hendak berangkat ke sekolah, papa memberi uang kepada Hana. “Ada sedikit hadiah dari Papa. Kebetulan Papa dapat tambahan honor kerjaan. Nanti dipakai buat jajan dan beli buku yah.” Hana mengiyakan dan bersorak kegirangan dalam hati. Untung mama nggak melihat. Tapi ini kan rejeki Hana.

Sepanjang jalan sudah terbayang dimatanya koleksi-koleksi label nama yang akan dipesannya. Disaat teman-teman lainnya sedang istirahat makan siang, Hana hanya sibuk membolak-balik brosur, memilih-milih label nama yang akan dipesannya. Dan ternyata kali ini lebih gila lagi. Hana memesan label nama untuk seisi rumahnya. Papa, mama, adiknya Rona yang baru berumur 5 tahun, termasuk nenek Hana yang sudah mulai pikun. Gawat, hobi Hana benar-benar menakutkan. Kalau dipikir-pikir Hana baik juga yah. Tidak melupakan keluarganya. Hana memang rencananya mau menghadiahkan label nama pada mereka semua. Oow.

Hana tidak sabar menanti waktu dua minggu yang dijanjikan Tiwi. Ia sudah sangat ingin sekali melihat label-label nama pesanannya. Ia juga tidak sabar melihat ekspresi orang rumah saat menerima label nama pemberiannya. O iya, gimana ya ekspresi nenek? Hi…hi…hi… Hana tertawa saat membayangkannya. Dia sayang sekali pada neneknya. Orangnya baik tapi cerewet. Maklum kalau orang sudah tua, pikun! Kadang pertanyaan yang sama diulangnya berkali-kali. Hana sampai jengkel.

Akhirnya waktu yang dinanti-nantikan pun tiba. Dengan sangat hati-hati Hana  memasukkan  label-label  nama  pesanannya  ke dalam  tas.  Saking terlalu sayang sampai takut kalau-kalau kotor atau sobek. “Mat siang Ma. Ini buat Mama.” Mama terkejut menerima label nama bunga tulip yang bertuliskan namanya. Belum hilang rasa terkejutnya, Hana memyodorkan label nama bergambar mobil. “Yang ini buat Papa. Hana mesan khusus buat Papa. Mudah-mudahan Papa suka. Jangan lupa dikasih ya Ma”

Hana kemudian berlari medapatkan adiknya Rona yang sedang duduk bermain masak-masakan. “Adikku sayang! Ini buat Rona. Bagus kan?” Rona  nampaknya  senang  sekali  dan  mengeluarkan  celotehan-celotehan yang menunjukkan kesukaannya pada pemberian Hana. Ia sibuk membuka bungkusan plastik dan melihat-lihat gambar menarik yang tercetak pada kertas-kertas  kecil itu. Ia  mulai  menempelkannya  sembarangan  di  atas meja, di lemari, dan buku. Stiker itu mengusik rasa ingin tahunya.

Hana sejak tadi sudah berlari ke teras belakang rumah. Dilihatnya nenek sedang duduk sendirian. “Nek, Nenek, ini buat Nenek,” teriak Hana. Nenek memandang pemberian Hana. “Apa ini?” “Label nama buat Nenek. Coba lihat, disini tertulis nama Nenek, Finna Selesta.” Nenek tertawa senang melihat namanya. Giginya yang agak kekuningan mengintip dengan malu- malu dari celah mulutnya. Walaupun kadang suka pikun, tetapi nenek tidak pernah melupakan namanya sendiri. Meskipun tidak mengerti mau dipakai dimana label nama itu, nenek mengambil dan menyimpannya dibalik kantong celananya. Pasti nanti akan disimpannya di dalam lemari kalau ia tidak lupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun