Mohon tunggu...
Rizky Kurniawan
Rizky Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pribadi

Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Syekh-Yusuf Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen| Sepenggal

12 Juni 2017   20:44 Diperbarui: 12 Juni 2017   20:53 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat itu umur mereka belum genap tujuh dan sepuluh tahun. Yusuf pun menyadari hal itu, kedukaan semacam ini masih terlalu dini untuk bisa dirasakan kedua anaknya. Bintang menangis ambil memegangi tangannya yang sedang memanjatkan do’a, sementara Awan yang posisinya berseberangan dari dirinya terlihat duduk mematung memandangi pusara Bu Muniroh.

Ajis yang duduk bersisian dengan Hendar mencoba menahan air matanya untuk tidak kembali jatuh.

Pagi, setelah di salatkan, Bu Muniroh memang langsung dikebumikan di pemakaman umun tak jauh dari kediamannya. Banyak kerabat juga tetangga yang mengantar  ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Terima kasih, Bu, ucap Yusuf pada dirinya sendiri. “Sudah, tidak boleh nagis. Kita yang masih diberi hidup hanya perlu berdo’a,” ucap Yusuf pelan, kali ini kepada Bintang.

“Nenek, Pak,” Bintang masih menangis.

Kali ini Yusuf merengkuh tubuh kecil bintang, membawanya duduk di pangkuannya, mengangkat kedua tangan Bintang bersama dengan tangannya. “Kita berdo’a sama-sama.”

Bintang mengangguk sambil mencoba menahan tangisnya.

“Ya Allah, berikanlah tempat yang lapang untuk Ambu, Bapak dan Bu Muniroh.”

Bintang mendengarnya dengan jelas, do’a yang singkat sebelum mereka meninggalkan pusara Bu Muniroh. Bersama desau angin, do’a yang dipanjatkan Bapaknya itu ia lafalkan kembali, meski di dalam hati.

Dari seberang mereka, Awan memerhatikan. Tanpa suara tangis, entah mengapa air mata itu turun.

Hendar mengusap kepalanya lembut.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun