Ramadhan dan Corona
Ketika diciptakannya manusia, terjadi demo antara malaikat dan tuhan,Â
bahkan ketika manusia masih dalam kandungan terjadi demo antara ayah dan ibu,Â
bahkan ketika manusia akan menikah terjadi demo antara keluarga mempelai laki-laki dan mempelai perempuan akan adat apa,Â
bahkan ketika manusia mau masuk kebawah bumi, terjadi demo antara Muhamadiyah dan NU, begitu terus, demo terus.
Dan sekarang kita berada di fase demo antara keyakinan dan kesehatan.Â
Kata keyakinan, jangan tinggalkan sholat agar bala bahaya hilang,Â
kata kesehatan sholat dirumah tak apa, pahalanya sama.Â
Kata keyakinan, kalau masjid ditutup harusnya pasar juga ditutup, kata kesehatan kalau pasar ditutup, ekonomi akan kacau karena pasar adalah pusatnya.
Merepotkan, bukan?
Nasihat dari seorang kakek kepada Mahesa:
"Kalau kamu harus mati tapi kamu tak mau karena takut, dan hidupmu tak berguna karena terlalu banyak salah. Maka, solusinya adalah, jangan merepotkan orang lain"
Apa hubungannya itu, dan kasus ini?
Sederhana, jika anda muslim atau umat beragama lainnya, harus pergi ibadah, perhatikan aspek sensitif corona, tentang kebersihan dan lain sebagainya.
Kalau anda, tidak yakin anda bisa teliti memperhatikan aspek sensitif corona, yasudah #dirumahaja
Kalau anda, umat beragama yang yakin akan apa yang anda lakukan, lakukan saja.
Jangan pernah merasa paling benar.
Kita semua perspektif, semua cabang agama juga, bahkan waktu juga perspetif atau bahasa Einstein, relatif.
Yang absolut hanyalah tuhan.
Nizami
2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H