Mohon tunggu...
Rietsy Dandel
Rietsy Dandel Mohon Tunggu... wiraswasta -

Kristen, energic, friendly, openmind dan simple. Senang berbagi dengan oranglain terbuka akan pembaruan dan pengetahuan. Optimis, kritis untuk ketidak adilan, polapikir internasional dibumbui kepribadian nasional/lokal, yang pasti mati masuk sorga.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Retaknya Hati Wanita

14 Maret 2015   11:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:41 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usia remaja menuju dewasa masa yang menggembirakan  setiap gadis belia pada umumnya, bila tercukupi kemauan serta kebutuhan hidupnya, oleh keluarga. Jika kebutuhan primer dan sekunder tidak dipenuhi outputnya pasti berbeda.  Pendidikan internal keluarga dan formal amatlah berperan dalam pembentukan karakter serta pola hidup. Pada akhirnya keputusan wanita akan bergantung dari input yang mereka terima, dimasa pertumbuhan menuju dewasa.  Berbagi cerita akan menjadi pelajaran berharga dengan belajar mamahami makna dari suatu hubungan tanpa harus mengalami.

Brokenhome adalah salah satu akar permasalahan, bisa merubah masa depan siapapun, celoteh Anra pada Ina, Carol, Iyan, dan Lizie, berteman tanpa melihat perbedaan dan tebuka atas rahasia masing-masing.

Anra adalah anak sulung dari banyak saudara, gadis cerdas termasuk bunga di SMA dibesarkan oleh Ayah tiri seorang polisi yang sangat protektif.  Ayah kandung Anra seorang polisi memiliki banyak pacar, tak tahan menjalani hidup bersamanya, istrinya beralih memilih ajudan suami sebagai tempat curahan hati, hingga terjadi perceraian.  Masa kecil  yang berpindah tempat tinggal, sampai dijodohkan pada pria pilihan ayah tirinya, goresan kehidupan yang dalam karena menikahi pria tanpa cinta,  mengalami kecewa atas perselingkungan suami didepan mata anak-anaknya, merupakan pengulangan pengalaman dari kisah orangtuanya.  Maka bahtera pernikahan kandas diusia tigapuluhan, dengan membawa anak-anak, membesarkan mereka sambil bekerja serta berganti-ganti pasangan tidak tetap. Pertanyaan kami  “kenapa kakak tidak mulai memilih suami yang baru?”. Alasan klise, “tidak mampu memilih karena sudah terlanjur memendam rasa kecewa, bergaul dengan lelaki kaya kelimpahan harta dinikmati selama 15 tahun, namun dalam sekejap hilang karena nekad melibatkan diri ke dunia politik”.  Kasih sayang Anra yang tanpa batasan yang jelas kepada anak-anak, membuat mereka manja kurang gigih dalam memperjuangkan kebaikan.  Menghantar ketiga anaknya menikah dengan pesta mewah.  Tidak mampu menghalangi kegagalan rumahtangga kedua anaknya,  Anra melampiaskan sayang serta hiburan diri dari cucunya. Diusia paruh baya kanker payudara stadium 3 jadi titik balik imannya kepada Tuhan yang selama ini hanya dijadikan pengamat atas hidupnya.  Sebagai teman dan tetangga rumah sudah seperti saudara, Lizie terpanggilnya untuk menolong seadanya dan mengobati bathin Anra ketika lemah dan terbatas, melalui Lizie teman dibawah usianya, kembali mengingatkan bahwa Tuhan itu ada, "pasti hadir asalkan kak Anra mengampuni mereka yang menyakiti hatimu, pasti meringgankan penderitaan".

Inapun mulai bercerita, bahwa  kemampuan orangtua pada era 70-an tidak dimanfaatkan untuk mengejar pendidikan yang tinggi, ditambah pola hidup hanya berfokus pada bidang  seni dicampuri hedonisme.  Papanya membiarkan mamanya untuk menjalin hubungan dengan pria lain demi materi.  Ina memiliki talenta dibidang tarik suara. Memilih pria Thionghoa jadi jodohnya yang gigih mencari nafkah dan berambisi dinikahinya.  Ambisi suami yang tidak pernah mempertimbangkan norma dan hukum teledor karena pamer untuk menyenangkan keluarga saja. Ina frustrasi walaupun kaya raya, petualangan cinta suaminya terkuak, menyeretnya mencari perhatian pria lain memenuhi libido semu, mengisi kekosongan dari perhatian suaminya.  Anak putri satu-satunya pengikat hubungan terpisah mantan suaminya.   Anak keduanya laki-laki gagah harus tertolak akibat hasil tes DNA yang dilakukan oleh suaminya.  Kepedihan semakin dalam dialaminya, kamar tidur Lizie dan peluk kedamaian untuk meredakan raungan pilu Ina selama 2 jam, ketika surat perceraian di usianya yang 26 tahun harus diterima Ina akibat perselingkuhanya.  “Pria Egois huhuhu..dia berselingkuh dimataku”. 'Sudahlah jalani masa depanmu dengan berani dan belajar mengisi diri dengan menggali potensi dirimu, bernyanyi, tingkatkan imanmu padaNYA, percaya DIA pasti menolongmu.   Bersyukur atas anak yang telah kamu miliki, karena dialah bagian dari sejarah hidupmu, mungkin bisa memberikan kebahagiaan kelak?'.  Akibat terbatasnya pendidikan formal dan lingkungan hidup suaminya harus merasakan  jeruji besi beberapa kali karena kasus penipuan. 7 tahun berlalu berganti pria, akhirnya Ina menikahi pria duda menyayangi anak keduanya seperti anak kandung. Gejolak pertentangan tetap dialami karena berbeda dasar iman, namun mereka bertahan, sebab karakter suaminya yang terlatih, taat, disiplin, tegas mantan tentara.  Ina telah menjadi Ibu yang bahagia semakin kokoh keyakinannya, mensyukuri peningkatan talenta melukis menjadi penunjang income keluarga.

Curahan hati Carol gadis cerdas pandai, keturunan orang kaya, terpelajar, pernah mengecap perguruan tinggi negeri namun tidak tamat, cukup idealis bimbang atas hubungan cinta yang tidak direstui keluarganya. Keputusan menjauhi kekasihnya sekaligus menguji keseriusan pacarnya, dia putuskan bekerja diluar kota.  Hubungan yang sudah mendalam bersama mantan kekasih menjadi kegetiran tersendiri,  Ia tetap harus move on. Aktif kerja social dan pemerhati Keluarga pra-sejahtera, dan berhasil membangun komunitas yang bermanfaaat bagi para orangtua agar mampu membiayai anak-anaknya.  Bermodalkan kepekaan hati dan pengetahuan pendidikan psikologi, jadi kekuatan tersendiri potensi dirinya yang pandai, berdarah biru cukup financial juga dukungan keluarga yang begitu mengasihinya.  Memanfaatkan waktu dengan melayani orangtua, bekerja social, hingga  kurang memperhatikan kesehatan dan penampilannya, apakah ini efek dari emosi terpendam?.   Kepercayaan  kepada Tuhan diterapkan oma dan Mamana ketika remaja cukup efektif hingga berusia tigapuluh  lima tahun, memilih lebih baik hidup single dari pada menikah dengan resiko yang lebih rumit kemudian hari, pikirnya.  Diperhadapkan pada sosok pria yang dicintai tidak memiliki kemandirian, berkarakter manja, labil , tidak setia, bukan keturunan ningrat, dan sifat pengecut pria tidak memperjuangkan cinta mereka.   “Friend sayangilah dirimu sendiri jika ingin membagikan kebaikan,  perhatian harus seimbang, berolahraga sambil olah makanan yang sehat tujuan hidup kita sekarang agar panjang umurmu”. Canda Lizie.

Anti anak kesayangan mama dan papa harus terpukul ketika mengetahui papanya memiliki wanita lain yang telah disetujui oleh mamanya, menikahi sekretaris kantornya untuk menjadi ibu Tiri.  Pertanyaan terpendam selama ini akhirnya terungkap ketika Anti mengetahui bahwa mamanya harus menjalani operasi pencakokan ginjal di luar negeri. Kuliahpun ditinggalkannya demi mendampingi mamanya, bersama papanya di America.  Anti mendonorkan ginjalnya demi sang mama dan berhasil untuk bertahan hidup  beberapa tahun, namun akhirnya meninggal, disaat dia belum menikah. Kepiluan selama pengobatan Mamanya dibaginya melalui telephone kepada Lizie. Perjalanan masa muda Anti bertebing terjal, karena harus mengelola usaha keluarga dan memilih lelaki serius tulus mencintainya tanpa melihat harta keluarga yang dimilikinya.  Petualangan dan kebebasan berpacaran membuat Anti gadis lembut dan polos, menjadi perokok dan langsing demi mendapatkan pria idaman tanpa pengkhianatan. Pelabuhan terkahir hatinya pada lelaki tinggi semampai pandai bergaul, berasal dari keluarga artis bertahan sekitar 10 tahun. Predikat janda harus disandangnya asalkan Anti tetap disayang Papa dan Keluarga Besar.  Hingga kini sulit baginya untuk merajut cinta serius dengan pria karena kekecewaan berulang dan selalu mendapatkan pria pendompleng hidup pada dirinya. Lizie begitu memahami curahan hatinya sejak SMA dan setia mendengarkan cerita melalui long distance call hingga menjadi pendamping saat melepas lajang. “Anti tetaplah tegar dan bahagiakan dirimu melalui apa yang kamu miliki bersyukurlah atas cinta kasih Papamu dan anak gadismu, pertahankan dirimu  agar tetap manis dan cantik seperti dahulu”.

Lizie berusia 11 tahun saat papi meninggal, Maminya seorang Ibu rumah tangga yang terampil merasa tidak mampu membiayai anak-anaknya untuk tumbuh dewasa, memutuskan menikah lagi.  Lizie tidak setuju ketika itu, tapi tidak terima harus putus sekolah,  menerima Ayah tirinya, karena tidak ingin membuat mami yang dikasihi bersedih.  Melanjutkan pendidikan diperguruan tinggi ternama merupakan permintaanya kepada Ayah Tiri yang tidak boleh ditawar.  Daddy sosok ayah yang kaku dan egois tidak hangat terhadap anak tirinya, senang dipuji, tergoda pada wanita bersuami dan rela memberikan pensiunnya serta sebagian hartanya pada wanita tersebut.  Hampir putus kuliah, ditangkalnya dengan bekerja paruh waktu. Penganiayaan dari ayah tirinya pernah dialami saat kedua orangtua ribut besar, dihadapi bersama adiknya.  Mampu memaafkan, hingga mendampingi perceraian orangtua dijalani.  Pandai bergaul dengan segala lapisan masyarakat, aktif di kegiatan social, periang suka dance, dijadikan pelampiasan dikala sedih melanda sejak usia remaja.  Hal tersebut  mampu menutupi kesedihannya, setia, aktif di kegiatan rohani menjadikan fondasi kokoh atas dirinya.   Paras cantik menurut rekannya tidak membuatnya sombong, namun bingung memilih pria yang tepat untuk menjadi pasangan hidupnya. Ia selalu terbuka dan mampu menjadi tempat curahan hati sahabat-sahabatnya.  Sebagai tulang punggung keluarga, jadikan dirinya mandiri dan berkarakter, sesekali ketus itulah Lizie.  Study dibidang pelayanan jasa, membentuknya semakin peka terhadap keadaan oranglain, hingga sering lupa prioritas pribadi.  Memutuskan menerima lamaran seorang pria baik dari keluarga terpelajar, namun tidak terlatih menjadi pria sejati yang mandiri, atas persetujuan adik laki-lakinya. Merawat dan menguburkan Maminya dan adiknya merupakan hal terberat dimasa hidup.  Semua masalah  dilalui Lizie sendiri, tanpa mau merepotkan rumah tangga kakaknya, sahabat silih berganti memperhatikannya, namun hanya dengan iman dan doalah menguatkan dirinya.  Suatu ketika hadir seorang pengagum yang mampu menggetarkan hatinya, walaupun semangatnya mengendur melewati  proses restorasi pikiran dan keputusan mendua hati coba ditangkalnya.  Sahabatnya menasihatinya, “please jangan pakai perasaan gunakan logika!. Dia tidak akan men-jepordy rumah tangganya, apa kamu mau & bisa?, ambil positifnya untukmu". Sangat manusiawi kalau Lizie diperhadapkan kegalauan ketika dirinya jauh dari tentramanya bathin.

[caption id="attachment_355444" align="alignleft" width="150" caption="Retaknya Hati"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun