Ariana membaca surat itu dengan alis yang perlahan berkerut. Ia mengangkat wajahnya, menatap Kenandra dengan bingung.
"Ini bukan tulisanku," katanya tegas, suaranya sedikit gemetar.
Kenandra mengangguk.
 "Aku tahu. Aku mengenal tulisan tanganmu, dan ada banyak detail di sini yang tidak sesuai dengan caramu menulis. Tapi yang penting sekarang, apakah kau tahu siapa yang mungkin melakukan ini?"
Ariana menunduk, jemarinya gemetar di pangkuannya.
"Aku tidak tahu," gumamnya.
"Tapi aku yakin ini bukan kebetulan. Seseorang ingin menjatuhkan aku, atau... kita."
"Aku juga yakin begitu," jawab Kenandra, nada suaranya dipenuhi ketegasan.
"Dan aku yakin siapa pelakunya."
Mata Ariana melebar, tetapi ia tetap diam. Dalam hatinya, ia tahu siapa yang dimaksud oleh Kenandra, tetapi ia terlalu takut untuk mengatakannya. Ia tidak ingin menambah kerumitan dalam keluarga ini.