‘Aku hanya ingin bermain dengan teman-teman, tapi mereka begitu membenciku. Aku juga tidak ingin pulang karena mereka pasti hanya akan memukuliku. Memang ini salahku kalau aku terlahir jelek? Aku juga tidak ingin terlahir seperti ini!’ Ujarnya dalam hati.
 Dengan perasaan sedih dan benci anak itu mempercepat langkahnya menuju rumah terbengkalai itu. Ia berharap dengan memasuki rumah tersebut dapat menghindari tatapan dan celaan orang-orang disekitarnya. Betapa sakit hatinya harus menghadapi cemoohan orang-orang setiap hari. Betapa inginnya ia berubah menjadi cantik seperti arti-artis di televisi. Dengan perasaan seperti itu, anak tersebut duduk di suatu ruangan sambil mendekap lututnya dan menangis pilu.
 Menangislah anak itu hingga matanya sembab dan merah. Tiba-tiba, terpancar secercah cahaya dari balik pintu ruangan disampingnya.
‘Apa itu? Aneh, bukannya rumah ini terbengkalai,’ ujarnya dalam hati.
Mendekatlah anak tersebut ke sumber cahaya perlahan-lahan. Tangannya memegang engsel pintu lalu dibukalah pintu tersebut perlahan-lahan.
‘Ternyata hanya pantulan sinar matahari. Tapi, kenapa ada bedak di rumah terbengkalai, yaa?’ pikirnya sambil mengamati ruangan tersebut.
Di dalam ruangan tersebut masih terdapat furnitur lengkap seperti, lemari, meja, dan kasur. Hanya saja, benda-benda tersebut telah usang dan hampir rusak. Di tengah ruangan tersebut terdapat bedak yang terbuka dan cermin dari bedak tersebut memantulkan cahaya matahari yang masuk dari celah-celah ventilasi.
Karena penasaran, anak itu berjalan menuju tengah ruangan dan menjulurkan tangannya untuk mengambil bedak tersebut. Diamatilah bedak tersebut dan tidak ada yang aneh. Malahan bedak tersebut masih terlihat baru.
‘Hmm, apa ini?’ ujarnya dalam hati sambil mengusapkan tangannya pada noda merah di dalam bedak.
Hanya diusap sedikit dan noda tersebut hilang dari dalam bedak. Dia merasa sangat tertarik dengan bedak ini, seperti... bedak ini memang ada hanya untuknya. Di saat yang sama dia juga merasa takut untuk mengambil bedak ini karena memang sudah seharusnya kita tidak mengambil barang yang tidak diketahui asal-usulnya. Anak itu memilih untuk mengabaikan perasaan takut tersebut dan mengambil bedak tersebut lalu membawanya pulang.
Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi pada anak itu. Apakah ia akan berakhir seperti pemilik sebelumnya? Atau mungkin ia akan bernasib sebaliknya?