Mohon tunggu...
Janssen Raring
Janssen Raring Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa

God asked and the devil answered: from circumnavigating and exploring the earth (Ayub 1:7)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

DARI PANGGUNG KE PENGUNGSIAN (Sebuah Refleksi Nilai Kebudayaan Dalam Bencana Alam dan Kritik Terhadap Pementasan Teater Warisan Yang Hidup)

16 November 2024   20:15 Diperbarui: 17 November 2024   15:25 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Team Produksi Teater Pilar 

Dalam pendekatan estetika, Kant dalam kritiknya atas penilaian, ia berpendapat bahwa penilaian estetika bersifat subjektif sekaligus menyangkut hal universal sebab ia percaya sekalipun berdasarkan perasaan pribadi tetapi adanya kesamaan penilaian. Maka dalam penilaian tentang sebuah keindahan, subjek harus terbebas dari kepentingan pribadi. Begitupun penulis berusaha untuk membebaskan diri dalam memberi suatu penilaian.

Dalam Pendekatan estetika dan visual dalam teater merujuk pada cara-cara penggunaan elemen-elemen visual dan artistik untuk menciptakan pengalaman yang mendalam bagi penonton. Dalam hal ini, melibatkan aspek-aspek seperti desain set dan panggung pementasan, kostum, pencahayaan, proyeksi, dan penggunaan ruang. Tujuannya adalah untuk mendukung narasi, karakter, dan suasana dalam pertunjukan teater.

-Desain Set dan Panggung pementasan merupakan elemen visual pertama yang terlihat oleh penonton dan berfungsi untuk memberikan konteks ruang dan waktu dalam sebuah cerita. Desain set yang kuat bisa membantu membangun dunia yang mendalam dan memperkuat tema yang diangkat. Berdasarkan pementasan teater "Warisan Yang Hidup" posisi panggung berhadap ke arah timur. Secara tidak sengaja, penulis menganalis sebagai bentuk empati terhadap korban erupsi Gunung Lewotobi dan budaya yang mungkin ditekankan dalam teater yakni budaya Maumere Timur. Selain itu rumah adat yang diposisikan di sebelah kiri panggung juga menggambarkan salah satu tradisi yang hilang di sebagian daerah.

-Kostum atau busana biasanya digunakan untuk mencerminkan karakter, status sosial, serta perjalanan emosional dan fisik dari tokoh-tokoh dalam cerita. Pilihan warna, bahan, dan desain kostum dapat mengungkapkan banyak hal tentang karakter, bahkan sebelum mereka berbicara. Dalam hal ini teater Pilar berhasil membuat pembedaan antara tokoh orang modern dengan masyarakat local sekalipun dalam busana yang digunakan tidak lengkap sesuai tradisi dan budaya masyarakat lokal sehingga penonton sulit menggolongkan kebudayaan daerah Maumere mana yang digunakan.

-Pencahayaan adalah alat penting untuk menciptakan atmosfer dan emosi. Misalnya, pencahayaan yang dramatis dapat menciptakan ketegangan, sementara pencahayaan yang lembut dapat menghadirkan rasa kehangatan atau romantisme. Penggunaan bayangan dan kontras juga sangat mempengaruhi suasana. Dalam hal ini, menurut penulis teater Pilar tidak berhasil dalam menghidupi keselarasan cahaya dengan musik terutama dalam adegan masyarakat lokal. Selain itu, cahaya lampu mati hidup merupakan suatu konstruksi teater pilar yang hanya sebatas memenuhi pergantian adegan tanpa ada pertimbangan untuk menghidupi suasana dalam teater.

-Proyeksi dan Efek Visual. Penggunaan proyeksi visual atau efek multimedia dapat memperkaya narasi teater dengan membawa elemen-elemen baru yang tidak bisa dicapai hanya dengan set fisik. Ini bisa berupa proyeksi gambar, video, atau animasi yang mendukung tema atau menggambarkan perubahan suasana hati. Dalam hal ini teater pilar menggunakan slide foto budaya yang menurut penulis merupakan suatu proses kreatif yang selaras dengan perkembangan dan membantu proses penyampaian pesan kepada penonton.

-Gerak dan Koreografi. Meskipun bukan aspek visual dalam arti fisik, gerakan tubuh aktor dan koreografi dalam pertunjukan teater juga berperan penting dalam menciptakan estetika visual yang mendalam. Gerakan yang elegan atau ekspresif dapat memperkuat pesan yang ingin disampaikan.

Secara keseluruhan, pendekatan estetika dan visual dalam teater bertujuan untuk memperkaya narasi, menciptakan identitas artistik pertunjukan, dan meningkatkan pengalaman emosional penonton melalui elemen-elemen visual yang terintegrasi dengan cerita dan performa aktor. Dalam hal ini ada beberapa aktor terjebak dalam konstruksi sutradara tanpa memahami karakter tokoh sehingga tidak adanya proses kreatif dan improvisasi aktor dalam menghidupi karakter. Seperti dalam adegan menari dan masyarakat lokal yang kurang menghidupi sisi psikologis setelah mendapatkan perlakuan stigmatisasi dari masyarakat modern.

Menyajikan Dunia di Atas Panggung

Menyajikan dunia di atas panggung dalam teater adalah tentang menciptakan sebuah dunia yang bisa meyakinkan penonton bahwa mereka sedang menyaksikan suatu kenyataan, meskipun itu adalah konstruksi baru yang syarat artistik. Dalam hal ini, penting untuk ingat bahwa dalam menampilkan suatu adegan bukan berarti copy-paste secara lurus dari realitas sosial melainkan adanya proses kreatif dalam meramu realitas sosial menjadi suatu adegan dalam teater. Penyajian dunia ini melibatkan berbagai elemen seperti desain set, pencahayaan, kostum, dan gerakan aktor, serta bagaimana elemen-elemen tersebut bekerja secara terpadu untuk menciptakan pengalaman yang mendalam bagi penonton.

Memperjuangan nilai sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun