Beberapa hari yang lalu saya dikejutkan dengan kedatangan seorang teman diruangan kantor saya. Jika dihitung - hitung sudah hampir 4 tahun lamanya kami tidak pernah bertemu semenjak kami diwisuda pada tahun 2007 setelah sebelumnya bersama -sama menempuh pendidikan selama 4 tahun di salah satu sekolah kedinasan di Indonesia. Teman saya ini adalah juga teman sekamar saya selama menjalankan pendidikan kedinasan tersebut, dan kami tidak pernah berganti teman kamar selama 4 tahun, so bisa dibilang saya sangat mengenali teman saya ini baik perilaku,kemampuan akademis dan juga sifat - sifat lainnya.
Singkat cerita, teman saya ini baru saja pulang dari Perancis setelah menyelesaikan pendidikan S2 di negara tersebut. Tentu hal ini di masa sekarang bukanlah hal yang aneh,jika seorang putra Indonesia berhasil menempuh pendidikan master dan doktor di luar negeri. Namun bagi saya yang sangat mengenal kemampuan akademis teman saya selama di pendidikan kedinasan tersebut, tentu sangat terkejut bercampur perasaan bangga dan salut terhadap hasil apa yang berhasil dicapai oleh teman saya.
Keterkejutan tersebut bukan tanpa alasan. Seingat saya dahulu teman saya ini tidaklah tergolong siswa yang pintar, bahkan untuk beberapa hal bisa dinilai memiliki kemampuan yang sangat kurang. Salah satunya dalam bahasa inggris karena dia hampir sama sekali tidak mapu berbahasa inggris, bahkan untuk membaca saja sangatlah susah. Dahulu saya pun sempat heran kenapa dia bisa masuk ke sekolah kedinasan tempat kami menempuh pendidikan yang terkenal dengan sistem seleksinya yang ketat.
Namun kini teman saya bukanlah seorang teman dengan kemampuan yang saya rekam beberapa tahun yang lalu. Mr x yang dulu tidak bisa berbahasa inggris, sekarang sudah mampu membuat tesis dalam bahasa inggris yang baik, dengan melakukan riset yang menurut saya sangat sangaaaaat tidak mudah dan juga telah menjalani sidang tesis di luar negeri dengan menggunakan bahasa inggris dan juga bahasa perancis secara fasih. Suatu hasil akhir yang berkesudahan secara memuaskan yang saya yakin hanya bisa diperoleh dengan suatu kerja keras darinya.
Apa yang terjadi terhadap teman saya ini hanyalah sebuah contoh kecil seseorang yang tidak putus asa termakan oleh realita rutinitas kehidupan dari pekerjaan yang dijalani setiap hari, sehingga tidak membutakan pandangannya terhadap peluang dan kesempatan, serta kemampuan dirinya dalam menghadapi sebuah tantangan untuk dapat berkembang lebih baik lagi. Bahkan mengalahkan teman - teman lainnya yang dulu semasa pendidikan selalu menjadi lima besar dan kini mendapatkan penempatan kerja di unit - unit strategis, sebuah kondisi yang menurut saya membuai dan membius seseorang karena seringkali membuat seseorang merasa cukup, nyaman dan enggan untuk bertaruh terhadap sebuah tantangan.
Bagi saya apa yang dicapai oleh teman saya tersebut adalah sebuah tindakan yang mengingatkan saya tentang sebuah pertanyaan sub tzu, yaitu.. Can you imagine what I would do if I could do all I can?. Tidak peduli seberapa besar bakat, dan modal kemampuan otak yang dimilikinya ataupun rekam jejak pendidikannya dimasa lalu. Selama masih ada niat untuk berubah menjadi lebih baik disaat ini dan masa - masa yang akan datang selanjutnya, tidak ada yang tidak mungkin.
Maka saya dengan bahasa inggris yang pas -pasan hanya ingin mengatakan sebuah catatan kecil tentang keberhasilan seorang teman lama..
There is a message, that we should never stop to learn something and develop our capabilities. A person often feels smart than others and are satisfied with the genius of his brain and his condition. But someone who has felt smart often been deceived in his ignorance and laziness. Finally he had forgotten that there are still many people who are smarter and more capable than him.
Albert Einstein once said that...
The difference between stupidity and genius is that genius has its limits.
...congrats to you my bro