Meskipun larangan untuk tidak membawa ponsel sudah ada sejak dulu, tapi tetap saja pornografi berkembang dan memangsa generasi muda. Sehingga sekarang marak aksi pencabulan, pemerkosaan, bahkan kumpul kebo yang dilakukan pelajar karena terinspirasi oleh video porno yang mereka tonton di ponsel atau gawai mereka.
Menurut saya, ada beberapa cara agar pelajar terhindar dari bahaya pornografi yang bisa mereka akses dari gawai mereka. Salah satunya dengan pendekatan secara religius. Setahu saya, tidak ada satupun agama yang mengajarkan seks secara eksplisit kepada generasi muda yang belum menikah.
Jadi pendidikan agama yang kuat sejak dini bisa menghindarkan pelajar dari bahaya pornografi. Karena melarang pelajar membawa ponsel atau gawai dengan alasan maraknya pornografi malah akan membuat mereka terkekang dan semakin penasaran.
Sekolah dan orangtua juga punya peran yang penting dalam salah satu upaya menghindarkan pelajar dari bahaya pornografi, orangtua harus tahu ada konten apa saja didalam ponsel atau gawai anaknya. Sekolah juga harus tetap mengawasi apa yang dilakukan pelajar ketika sedang menggunakan ponsel.
Banyak pelajar berprestasi karena akrab dengan gawai, lho
Perlu bukti? Ada Fahma Waluya dan adiknya, Hania Pracika yang berhasil membuat software edukasi dan mendapat apresiasi pada ajang APICTA International 2010 di Kuala Lumpur, Malaysia. Saat itu usia kakak-beradik yang cerdas itu baru berusia 12 dan 6 tahun. Sangat membanggakan!
Selain mereka berdua, masih banyak lagi pelajar yang harumkan nama Indonesia karena sudah akrab dengan gawai sejak usia dini, selama diarahkan kepada hal yang positif, gawai tidak akan merusak moral, kan?
Sangat disayangkan kita punya menteri yang raganya sudah ada di tahun 2016, tapi pemikirannya seperti yang hidup di tahun 2006. Jauh tertinggal. Sangat jauh.
Seandainya Ibu Menteri Yohana Yembise baca tulisan ini, saya mau tanya satu pertanyaan saja kepada ibu.
"Kalau ibu menteri larang pelajar bawa ponsel dan gawai ke sekolah, bagaimana bisa generasi muda kita siap menghadapi MEA?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H