Stunting : Lebih dari Sekadar Masalah Tinggi Badan
Stunting bukan sekadar masalah tinggi badan anak yang lebih pendek, tetapi juga gangguan gizi kronis yang mengancam perkembangan anak. Menurut WHO, stunting terjadi ketika tinggi badan anak lebih dari dua standar deviasi di bawah rata-rata usia sebaya. Menurut Tendean, A. F., Sutantri, Z., Alhalawi, M. C dalam penelitiannya, stunting disebabkan oleh kekurangan gizi yang berlangsung lama, dari masa kehamilan hingga usia dua tahun, yang dikenal dengan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Di Indonesia, stunting menjadi perhatian besar dengan prevalensi yang tinggi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, angka stunting nasional mencapai 30,8%, jauh melebihi ambang batas WHO sebesar 20% ( Rusliani, N., Hidayani, W. R., Sulistyoningsih, H. 2022). Dampaknya tidak hanya terlihat dalam fisik anak, tetapi juga pada perkembangan kognitif, motorik, dan imunitas mereka. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Yuana, N., Larasati, T., Berawi, K. N. (2021), mengungkapkan bahwa anak-anak yang stunting berisiko memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dan dapat menghadapi masalah kesehatan kronis di masa dewasa.
Kenapa Stunting Harus Segera Ditanggulangi?
Stunting bisa memengaruhi perkembangan kognitif anak, bahkan mempengaruhi kemampuan belajar mereka. Hal ini berujung pada penurunan produktivitas dan kualitas hidup di masa depan. Stunting bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga masalah ekonomi, yang akan memengaruhi generasi mendatang. Jika kita ingin masa depan yang cerah untuk Desa Kemiri, kita harus memastikan generasi muda bebas dari stunting.
Stunting bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi. Anak-anak yang mengalami stunting memiliki risiko penurunan kemampuan belajar, gangguan kesehatan kronis, dan penurunan kualitas hidup yang dapat memengaruhi masa depan bangsa (Erawati, N. K. 2020). Oleh karena itu, pencegahan stunting harus menjadi prioritas bersama, terutama di desa-desa yang lebih berisiko terkena stunting.
Posyandu: Aksi Kolaborasi Warga dan Mahasiswa KKM
Desa Kemiri, Jabung  telah menerapkan Posyandu sekali sebulan, dengan jadwal yang sudah ditentukan untuk setiap dusun. Pada bulan Januari ini, Posyandu menjadi lebih spesial berkat bantuan mahasiswa KKM Nurtura dari UIN Malang.
Selain itu, kegiatan posyandu kali ini tidak hanya penuh dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), tetapi juga ditambah dengan susu dan snack bergizi dari mahasiswa. Anak-anak  pun semakin semangat untuk datang, mungkin karena mereka tahu bakal dapat camilan ekstra! Tapi lebih dari itu, snack ini memberikan asupan gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh mereka.
Snack tambahan yang dibawa mahasiswa meliputi susu kaya kalsium dan biskuit gandum, yang memberikan nutrisi penting bagi anak-anak. Menurut penelitian, makanan tinggi protein dan mineral seperti susu sangat efektif dalam membantu menurunkan risiko stunting (Ruswiyani, E., Irviana, I. 2024).
Kolaborasi Mahasiswa dan Warga Desa: Sinergi yang Meningkatkan Kesehatan
Kehadiran mahasiswa KKM di Posyandu Desa Kemiri membawa warna baru dalam upaya melawan stunting. Mereka tidak hanya sekadar membagikan makanan, tetapi juga aktif dalam berbagai kegiatan edukasi. Mahasiswa terlibat langsung dalam proses pengukuran tinggi dan berat badan anak, memastikan setiap data dicatat dengan akurat untuk memantau perkembangan anak. Tak hanya itu, mereka juga mengadakan permainan interaktif untuk anak-anak, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
Urgensi kolaborasi ini semakin nyata di Dusun Lemahbang, yang memiliki 62 balita dan 25 lansia. Dengan jumlah balita yang cukup banyak, Posyandu menjadi garda terdepan untuk mencegah stunting. Melalui sinergi antara warga dan mahasiswa, ibu-ibu mendapatkan pengetahuan baru tentang pentingnya asupan gizi seimbang, yang menjadi kunci utama dalam pertumbuhan anak-anak mereka. Mahasiswa membantu mengubah kebiasaan sehari-hari warga dengan memberikan edukasi praktis tentang gizi dan pola asuh.
Kolaborasi ini menunjukkan bahwa melibatkan berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar desa, dapat memberikan dampak yang signifikan. Dengan melibatkan mahasiswa KKM yang bersemangat dan warga yang antusias, Posyandu Desa Kemiri berhasil menjadi contoh nyata bahwa kerja sama adalah kunci untuk mengatasi masalah stunting.
Dampak Positif Kolaborasi untuk Desa Kemiri
Kolaborasi ini sudah memberikan hasil yang positif. Ibu-ibu yang sebelumnya hanya mengikuti rutinitas Posyandu kini lebih aktif bertanya dan ikut serta dalam diskusi tentang gizi dan kesehatan. Mereka semakin paham bahwa mencegah stunting bukan hanya dengan memberi makanan tambahan, tetapi juga dengan membangun kebiasaan hidup sehat untuk keluarga. Anak-anak pun terlihat lebih sehat dan bersemangat. Berat badan mereka mulai menunjukkan peningkatan yang signifikan, dan ini menjadi motivasi besar bagi warga untuk mendukung program Posyandu.
Posyandu Desa Kemiri: Pendekatan Kekeluargaan yang Membedakan
Keberhasilan program Posyandu di Desa Kemiri dapat dilihat dari pendekatannya yang humanis dan kekeluargaan. Mahasiswa KKM tidak hanya datang untuk menyelesaikan tugas mereka, tetapi mereka juga ikut terlibat dalam kehidupan sehari-hari warga. Mereka mendengarkan keluh kesah, memberikan solusi, dan membantu dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Desa Kemiri juga mulai menerapkan alat ukur tinggi badan yang lebih presisi dan menggunakan aplikasi digital untuk mencatat perkembangan anak. Mahasiswa membantu warga dalam mencatatkan informasi ini agar lebih mudah dipantau dan diakses. Ini akan menjadi alat penting dalam memonitor keberhasilan program ke depannya.
Mari Bersama Mencegah Stunting!
Posyandu di Desa Kemiri sudah membuktikan bahwa dengan kolaborasi dan semangat gotong royong, stunting bisa diatasi. Jadi, ayo kita ikut andil dalam upaya pencegahan stunting, mulai dari langkah kecil seperti mendukung Posyandu dan peduli dengan gizi anak-anak kita. Desa Kemiri sudah memulai, sekarang giliran kita untuk terus mendukung dan menggerakkan program-program serupa.
Referensi
- Tendean, A. F., Sutantri, Z., Alhalawi, M. C. (2022). Strategi Pencegahan dan Penanggulangan Stunting pada Anak Usia 6-59 Bulan. Jurnal Keperawatan Nasional. Retrieved from http://ejournal.unklab.ac.id/index.php/kjn.
- Tiwery, I. B., Mediani, H. S., Nurhidayah, I. (2023). Faktor Proksimal dengan Kejadian Stunting Balita di Negara Berkembang: Systematic Review. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 7(6), 7424-7444. DOI: 10.31004/obsesi.v7i6.5585.
- Erawati, N. K. (2020). Program Mother Smart Grounding (MSG) dalam Penanganan Gizi Stunting. Jurnal Kesehatan dr. Soebandi. DOI: 10.36858/jkds.v8i1.157.
- Rusliani, N., Hidayani, W. R., Sulistyoningsih, H. (2022). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita. Buletin Ilmu Kebidanan dan Keperawatan, 1(1), 32-40. DOI: 10.56741/bikk.v1i01.39.
- Yuana, N., Larasati, T., Berawi, K. N. (2021). Analisis Multilevel Faktor Risiko Stunting di Indonesia: Sebuah Tinjauan Literatur. Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(2), 213-217. DOI: 10.30604/jika.v6i2.510.
- Ruswiyani, E., Irviana, I. (2024). Peran Stimulasi Psikososial, Faktor Ibu, dan Asuhan Anak dalam Meningkatkan Perkembangan Anak Stunting: Tinjauan Literatur. Jurnal Parenting dan Anak, 1(2), 1-8. DOI: 10.47134/jpa.v1i2.313.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H