Mohon tunggu...
Rizqy Nur Mauliddinah
Rizqy Nur Mauliddinah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Mahasiswa Teknik Informatika yang fokus dan menekuni bidang Web Development, Mobile Development, dan berbagai teknologi informasi terkini. Memiliki minat khusus pada pengembangan aplikasi berbasis web dan mobile, serta terus mengeksplorasi inovasi dalam dunia pemrograman dan teknologi digital. Berkomitmen untuk belajar dan berbagi ilmu dalam komunitas teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Transformasi Desa Kemiri : Sinergi Akademisi, Teknologi, dan Kearifan Lokal

21 Desember 2024   18:10 Diperbarui: 21 Desember 2024   18:10 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Desa Kemiri, Jabung, Kab. Malang

Desa Kemiri, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, merupakan salah satu pusat produksi susu sapi perah terbesar di Jawa Timur. Meskipun memiliki potensi ekonomi yang besar, desa ini menghadapi tantangan signifikan, seperti kemiskinan multidimensi, manajemen peternakan tradisional, dan keterbatasan infrastruktur. Artikel ini membahas peranan akademisi dalam mengatasi tantangan tersebut melalui pendekatan inovatif, termasuk pelatihan pemanfaatan limbah kopi menjadi pupuk organik cair, teknologi inseminasi buatan pada peternakan sapi, serta penguatan jaringan sosial menggunakan metode Social Network Analysis (SNA). Selain itu, akademisi memperkenalkan teknologi digital dan menginspirasi generasi muda untuk melihat potensi peternakan modern. Kolaborasi akademisi dengan pemerintah dan masyarakat setempat menunjukkan hasil positif dalam meningkatkan pendapatan peternak, mendorong diversifikasi usaha, dan membangun desa yang lebih mandiri dan berkelanjutan. Artikel ini menyoroti pentingnya sinergi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat dalam mencapai pembangunan desa yang inklusif dan berkelanjutan.

Akademisi dan Desa Kemiri, Pasangan Ideal atau Hanya Teori?

Desa Kemiri, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, bukan sekadar desa biasa. Ia adalah episentrum produksi susu sapi perah yang mengalir seperti sungai kecil di tengah sawah hijau(BKKBN, 2024) . Tetapi, di balik kemilau produk unggulan Desa Kemiri, terdapat  tantangan besar yang masih merjalela, diantaranya yaitu kemiskinan, keterbatasan akses pendidikan, dan manajemen peternakan yang masih bersifat tradisional(Pratama, 2019). Di sinilah peran akademisi menjadi menarik. Jika Anda pernah berpikir bahwa akademisi hanya duduk di balik meja, maka anda salah. Peran mereka, ternyata, bisa sekompleks membimbing peternak sapi memahami arti "Artificial Insemination" hingga mengajak warga memanfaatkan limbah kopi menjadi pupuk cair (Aisyah et al., 2022).

Menyulap Limbah Menjadi Cuan : Kreativitas Akademisi di Desa Kemiri

Siapa sangka limbah kopi yang dulu dianggap pengganggu lingkungan kini justru jadi penyelamat? Para akademisi dari institusi lokal telah menggelar penyuluhan di Desa Kemiri untuk memanfaatkan limbah kulit kopi menjadi pupuk organik cair (POC). Dengan kata lain, mereka membuat sesuatu yang bau menjadi sesuatu yang luar biasa. Bukan hanya sekadar pelatihan, tetapi juga edukasi tentang pentingnya inovasi untuk menunjang keberlanjutan lingkungan. Dalam satu sesi penyuluhan, para petani diajarkan cara mengolah limbah kopi yang biasanya dibuang begitu saja menjadi solusi nutrisi untuk tanah mereka. Hasilnya? Pengetahuan petani meningkat dari 39% menjadi 78% setelah pelatihan (Anandiya, 2023).

Peternakan Sapi Perah dan "MBA" ala Kemiri

Sapi perah menjadi andalan ekonomi warga Desa Kemiri. Namun, skala kepemilikan yang kecil membuat banyak peternak kesulitan untuk mengoptimalkan produktivitas mereka (Aisyah et al., 2022). Di sinilah akademisi masuk, membawa "MBA" versi local. MBA merupakan singkatan dari Management of Breeding and Agriculture.Dengan pendekatan berbasis data dan teknologi, akademisi mendampingi peternak dalam meningkatkan efisiensi melalui pemahaman lebih dalam soal manajemen breeding, pakan, dan kesehatan sapi (Aisyah et al., 2022).

"Ngerti gak sih, kalau sapi sehat, kantong peternak juga sehat?" celetuk seorang peternak saat sesi diskusi.

Para akademisi juga mengajarkan pentingnya diversifikasi usaha. Sambil tetap fokus pada peternakan sapi, mereka memperkenalkan potensi usaha seperti produksi pupuk organik, yang tidak hanya mendukung pendapatan tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan (Anandiya, 2023).

Efektivitas Inseminasi Buatan (IB) dalam Pengelolaan Ternak di Desa Kemiri

Salah satu inovasi penting yang diimplementasikan di Desa Kemiri adalah teknologi Inseminasi Buatan (IB). Teknologi ini memungkinkan perbaikan genetik ternak secara cepat, menghasilkan keturunan berkualitas tinggi dalam jumlah besar. Penelitian oleh  Wahyudi et al. (2013) di Desa Kemiri, mengungkapkan bahwa keberhasilan IB dapat dievaluasi melalui parameter seperti Days Open (DO), Service per Conception (S/C), dan Calving Interval (CI).

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata DO sebesar 202,45 hari, S/C 2,93 kali, dan CI 472,19 hari, yang menandakan bahwa efisiensi reproduksi masih perlu ditingkatkan. Faktor seperti deteksi birahi yang kurang tepat dan manajemen waktu inseminasi menjadi tantangan utama dalam penerapan IB di desa ini (Susilawati dan & Wahyuningsih, 2013).

Faktor Nutrisi dan Produksi Susu

Selain reproduksi, kualitas pakan sangat memengaruhi produktivitas sapi perah. Studi menunjukkan bahwa pemberian hijauan rata-rata mencapai 43 kg/ekor/hari, sedangkan konsentrat sebesar 4,8 kg/ekor/hari. Namun, defisiensi nutrisi seperti kekurangan Protein Kasar (PK) dan Total Digestible Nutrients (TDN) tetap menjadi kendala yang memengaruhi produksi susu. Penelitian sebelumnya menyarankan penyesuaian formulasi pakan untuk meningkatkan produksi susu dan kesehatan sapi perah(Susilawati & Wahyuningsih, 2013).

Peningkatan Kesejahteraan melalui Pengelolaan Reproduksi

Penelitian Wahyudi et al. (2013) juga menyoroti perlunya peningkatan manajemen reproduksi untuk mempersingkat interval kelahiran (CI). Sapi perah yang memiliki DO dan S/C rendah secara signifikan dapat meningkatkan produktivitas. Hal ini memerlukan pelatihan tambahan bagi peternak dalam mendeteksi birahi dan memahami waktu optimal untuk pelaksanaan IB.

"Ketika reproduksi sapi berjalan optimal, tidak hanya jumlah produksi susu yang meningkat, tetapi juga kesejahteraan peternak secara keseluruhan dapat terjamin," kata salah satu peneliti (Susilawati & Wahyuningsih, 2013).

Peran Infrastruktur dan Jaringan Sosial : WiFi Sapi  dan Modal Sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun