Selain itu, teori pembelajaran sosial dari Bandura (1977) menekankan bahwa anak-anak belajar dengan mengamati dan meniru perilaku orang lain. Dalam kegiatan seperti drama atau bermain peran, anak memperhatikan bagaimana teman-teman mereka berkomunikasi, menyampaikan dialog, dan mengekspresikan emosi atau ide.
 Mereka kemudian mencoba menerapkan apa yang telah mereka amati ke dalam situasi serupa, baik dalam permainan maupun di kehidupan nyata. Hal ini memberikan mereka kesempatan untuk mempraktikkan keterampilan sosial secara langsung, bukan hanya memahami konsepnya secara teoritis.
Oleh karena itu, lingkungan sosial yang positif dan mendukung sangat berkontribusi dalam membentuk keterampilan kerja sama, komunikasi, dan penghargaan terhadap pendapat orang lain. Anak-anak belajar bahwa setiap individu memiliki peran penting, sehingga mereka mulai menghargai perbedaan dan belajar bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.Â
Lingkungan seperti ini tidak hanya memperkuat keterampilan interpersonal mereka, tetapi juga menanamkan nilai-nilai penting seperti rasa hormat, tanggung jawab, dan kemampuan beradaptasi dalam berbagai situasi sosial.
Kepercayaan diri adalah kualitas yang berkembang perlahan-lahan melalui proses yang berkelanjutan dan tidak terjadi secara instan. Rachman et al. (2019) menyatakan bahwa rasa percaya diri muncul ketika seseorang benar-benar memahami kelebihan serta kelemahan yang dimilikinya.Â
Pemahaman ini diperoleh melalui berbagai pengalaman hidup, di mana individu dihadapkan pada tantangan, kesulitan, dan kegagalan yang harus diatasi. Proses ini melibatkan refleksi diri yang mendalam, di mana seseorang mengevaluasi bagaimana mereka merespons situasi tertentu dan apa pelajaran yang dapat dipetik dari pengalaman tersebut.Â
Dengan mengenali kekuatan diri, individu dapat memanfaatkan potensi maksimal yang mereka miliki, sementara kesadaran akan kelemahan memungkinkan mereka untuk memperbaiki diri dan mengembangkan cara yang lebih efektif dalam menghadapi situasi serupa di masa depan.
Proses ini juga melibatkan introspeksi dan refleksi, di mana individu belajar dari pengalaman dan membangun sikap positif terhadap diri sendiri. Untuk mengembangkan kepercayaan diri yang kuat, seseorang perlu aktif terlibat dalam aktivitas yang menantang, tetapi tetap berada di lingkungan yang mendukung dan memberikan rasa aman.Â
Aktivitas ini dapat mencakup situasi di mana mereka menghadapi tantangan baru, membuat keputusan penting, atau berinteraksi dengan orang lain dalam berbagai konteks. Setiap pengalaman, baik yang berhasil maupun yang penuh dengan kesulitan, memberikan kesempatan berharga bagi individu untuk memahami potensi mereka, menyadari keterbatasan, dan mengembangkan keterampilan baru.
Melalui refleksi terhadap pengalaman tersebut, seseorang dapat menilai dirinya secara objektif, mengenali aspek yang perlu diperbaiki, serta menghargai pencapaian kecil yang telah diraih. Proses ini memang memerlukan waktu, dedikasi, dan kesabaran, namun hasilnya adalah peningkatan kepercayaan diri yang membawa manfaat besar dalam berbagai aspek kehidupan.
REFERENSI