Mohon tunggu...
RIZQI WIBISONO
RIZQI WIBISONO Mohon Tunggu... Mahasiswa - juara 1 di hati ibu

lisa blackpink dodol kripik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Maraknya Tawuran Antar Pelajar

17 Oktober 2024   17:34 Diperbarui: 17 Oktober 2024   17:43 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Eksistensi tawuran sudah beralih ke bentuk perkelahian antar kelompok remaja, bahkan mengarah ke bentuk pertikaian antar sekolah. Para korban tidak hanya terkapar tidak sadar diri, melainkan ada yang sampai menutup usianya, beberapa fasilitas umum seperti bus kota dan berbagai gedung sekolah sampai rusak, banyak juga berbagai korban yang tidak bersalah di luar pihak-pihak yang terlibat perkelahian, berbagai kendaraan juga ikut menjadi sasaran saat tawuran terjadi. 

Masalah pertikaian antara pelajar atau lebih sering didengar dengan tawuran antar pelajar, adalah masalah kejahatan yang diancam dengan hukuman pidana, sesuai dengan hukum positif yang berlaku di indonesia, dampak yang dapat terjadi ketika adanya tawuran antar pelajar adalah bisa menciptakan situasi yang tidak aman bagi masyarakat sekitar, mengancam keamanan masyarakat, rusaknya fasilitas umum, terciptanya kemacetan di jalan, juga meningkatkan tingkat kekerasan dan tindak kriminalitas.

Faktor-faktor tawuran biasanya muncul dari konflik sepele (masalah kecil), mulai dari para remaja yang sedang mengalami krisis identitas, identitas diri yang dicari para remaja adalah bentuk pengalaman terhadap nilai-nilai yang akan mengisi kepribadiannya. Jika mereka tidak dihayati dengan nilai positif akan berakibat buruk, yaitu munculnya banyak penyimpangan perilaku seperti melakukan aksi tawuran tersebut.

Yang kedua adalah ketidakstabilan emosi, ini meliputi mudahnya emosi yang naik, frustasi, dan kurang peka terhadap lingkungan sosialnya, ketika mereka menghadapi masalah, mereka cenderung menjauh atau menghindarinya, bahkan lebih suka menyalahkan orang lain. Meskipun mereka berani menghadapi, mereka akan memilih untuk menggunakan cara yang paling efektif untuk memecahkan masalahnya.

Yang ketiga adalah tidak mampu menyesuaikan diri, para pelajar yang melakukan tawuran bisa jadi karena tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Biasanya mereka kesusahan untuk beradaptasi atau penyesuaian dengan lingkungan yang rumit, maksud dari rumit adalah seperti ragamnya pandangan, budaya, ekonomi, dan berbagai perubahan di kehidupan lainnya yang makin lama makin beraneka ragam.

Selanjutnya adalah kurangnya pengawasan atau perhatian dari orang tua, peran orang tua di sini sangat penting untuk sang buah hati, para orang tua dari pelajar harus lebih ketat lagi dalam mencegah kenakalan anaknya, jika orang tua tidak memberikan pengawasan yang ketat terhadap anaknya, maka sang anak cenderung akan melakukan perilaku anarkis atau kegiatan kriminal, dan juga akan membuat para anak menjalin pertemanan dengan orang yang tidak tepat. Karena di usia remaja yang tergolong masih dalam tahap pubertas, rasa penasaran yang ada dalam diri mereka sangat tinggi, mereka bisa saja bereksperimen atau mencoba hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan atau tidak diizinkan oleh orang tuanya.

Yang terakhir adalah pengaruhnya dari media sosial. Apa yang mereka tonton atau pakai sehari hari juga bisa menjadi faktor terjadinya tawuran. Dalam penelitian dari perspektif sistem dari Hutchinson. Hasil menunjukkan bahwa media sosial memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap cyberbullying di kalangan remaja, tidak tertuju pada gender dan usianya, tapi peran orang tua dan orang terdekat sangat diharapkan untuk membina dan mengimbau para remajanya dalam mengurangi penyalahgunaan media sosial yang pada akhirnya akan berdampak pada perilaku cyberbullying.

Salah satu contoh kasus nyatanya adalah ada 12 siswa SMK yang diamankan polisi karena tawuran antar pelajar di Sumedang. Saat sedang menyerang pelajar lain yang berada di Lingkungan Singaparna, Kelurahan Regol Wetan, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, sejumlah 12 pelajar SMK diamankan polisi. Selain itu, terdapat tiga sajam yang digunakan oleh pelajar juga ikut diamankan polisi.

Kasat Sabhara Polres Sumedang AKP Asep Kusmana mengatakan aksi tawuran ini disebabkan adanya laporan dari masyarakat setempat bahwa ditemukan sekelompok sekolah menyerang tempat nongkrong dari sekolah lain.

Asep menyuarakan, tawuran sempat berhasil diredam karena dipisahkan oleh masyarakat. Namun, polisi mengejar para pelaku tawuran dan berhasil mengamankan 12 pelajar SMK.

Menurut saya, cara menanggulangi atau upaya yang bisa dilakukan agar para pelajar tidak melakukan tawuran adalah dengan cara membuat peraturan sekolah yang tegas. Jikalau ada siswa atau siswi diketahui bahwa ia terlibat dalam tawuran maka akan di drop out atau dikeluarkan dari sekolah tanpa toleransi, karena akan memperburuk citra atau nama baik sekolah. Siswa siswi harus dibuat takut oleh peraturan yang ditegakkan oleh kebijakan sekolah.

Lalu para siswa siswi bisa diberikan sosialisasi atau pendidikan mengenai anti tawuran. Jadi para pelajar akan diberikan penerangan tentang bagaimana cara memusnahkan akar-akar penyebab tawuran dengan melakukan berbagai tindakan tanpa kekerasan jika terjadi suatu hal, siswa dan siswi wajib berperilaku sopan dan melaporkan rencana pelajar-pelajar nakal yang akan merencanakan penyerangan terhadap pelajar pelajar sekolah lain.

Selanjutnya mungkin bisa diatasi dengan cara melakukan kolaborasi belajar bersama antar sekolah atau yang biasa kita dengar yaitu studi banding. Karena selama ini ketika belajar di sekolah hanya di situ-situ saja sehingga siswa dan siswi tidak saling kenal antar pelajar dari sekolah satu dengan sekolah yang lain. Saran dari saya adalah seharusnya ada kegiatan belajar bersama gabungan antara sekolah yang berdekatan secara lokasi dan memiliki kecondongan untuk terjadinya kegiatan tawuran antar pelajar. Sehingga dengan saling kenal mengenal karena sering berjumpa dan bersosialisasi maka jika terjadi konflik, tidak akan beralih ke tawuran antar pelajar, melainkan diselesaikan dengan cara kekeluargaan.

Menurut para tokoh filsafat dalam konteks pelanggaran norma-norma aksiologi, beberapa tokoh filsafat dapat memberikan pandangan yang beragam. Berikut merupakan opini dari beberapa tokoh filsafat terkenal:

  • Menurut Immanuel Kant, ia menekankan pentingnya moralitas dan kewajiban. Dari perspektifnya, pelanggaran norma aksiologi yang mencakup berbagai nilai etika dan moral merupakan pelanggaran terhadap imperatif kategoris. Kant menganggap tindakan yang tidak menghargai nilai-nilai moral adalah tindakan yang tidak dapat diterima secara umum.
  • Menurut John Stuart Mill adalah ia berpusat pada utilitarianisme, yang mana nilai ditakar berdasarkan konsekuensi perbuatan. Pelanggaran norma aksiologi, menurut Mill, dapat disetujui jika menghasilkan kebahagiaan yang lebih besar bagi orang banyak. Namun, ia juga menekankan pentingnya mempertimbangkan akibat jangka panjang dari pelanggaran tersebut.
  • Menurut Martha Nussbaum, ia berpusat pada berbagai nilai kemanusiaan dan kapasitas dari individu. Dalam perspektifnya pelanggaran norma aksiologi dapat mengancam perkembangan kapasitas manusia, dan penting untuk menilai tindakan berdasarkan akibatnya terhadap keadilan dan kesejahteraan individu.

Jadi kesimpulannya adalah, bahwa tawuran antar pelajar merupakan konflik/masalah serius yang disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk dari konflik sepele, ketidakstabilan emosi, kesulitan beradaptasi, kurangnya pengawasan orang tua, dan pengaruh media sosial. Korban tawuran antar pelajar tidak hanya terbatas pada mereka yang terlibat langsung di tempat kejadian, tetapi juga mencakup orang-orang yang tidak bersalah dan fasilitas umum. 

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan langkah-langkah yang tegas bagi para pelajar, seperti penetapan peraturan disiplin di sekolah, sosialisasi tentang anti tawuran, serta kolaborasi antar sekolah untuk menciptakan hubungan yang lebih baik di antara pelajar sekitarnya. Dengan pendekatan yang menyeluruh dan dukungan dari orang tua serta orang terdekat, Saya harap tindakan tawuran ini dapat diminimalisir dan dapat diselesaikan dengan cara baik-baik sehingga para pelajar dapat menjalankan pendidikannya dengan tenang dan aman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun