Tapi, tenang saja. Tulisan ini tidak bermaksud menyudutkan Gen Z dan Milenial, kok. Data terbaru pada tahun 2024 menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK), indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 65,4 %, sedangkan untuk indeks inklusinya sebesar 75,02%.
Nah, untuk generasi muda mulai dari 18-35 tahun, mempunyai pemahaman literasi 70,19 % - 74,82 %. Sedangkan untuk inklusinya mencapai 79,21% - 84,28 %. Itu tandanya literasi keuangan masyarakat kita kian meningkat. Tapi entah dengan penerapannya, semoga sih sesuai, ya.
Ngomong-ngomong, inklusi itu kondisi ketika ketersediaan akses terhadap berbagai produk dan layanan jasa keuangan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Alah, pasti kamu juga sudah tahu dong, iya kamu. Siapa lagi?
Belanja itu Boleh, Tapi Jangan Sampai CanduÂ
Siapa sih, di sini yang tidak tertarik ketika melihat barang branded ada di balik layar gadget atau etalase mall? Tentu itu menjadi sebuah hal yang menyenangkan ketika kita bisa membelinya. Tapi, sewajarnya aja kali, jangan sampai kecanduan.
Apalagi hanya sebatas untuk menuruti gengsi dengan mengesampingkan fungsi, jangan ya dek ya, itu tidak baik untuk kesehatan, dan tentu akan membuat dompet kamu jebol.
Tujuan yang ingin saya sampaikan pada tulisan ini sebenarnya hanya ingin menumbuhkan dan berbagi sedikit mengenai mindset literasi finansial. Karena hal ini sangat penting untuk digencarkan di tengah-tengah maraknya kehidupan hedonisme.
Jadi, daripada buang-buang sesuatu yang kurang penting, lebih baik kita investasikan uang, energi, dan waktu kita untuk hal-hal jangka panjang yang lebih bermakna.
Di antara tolak ukur kemajuan sebuah negara bisa dilihat dari sektor ekonominya, walaupun hal itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar.Â
Akan tetapi itu bisa dimulai dengan mindset kita mengenai uang, perbanyak dulu kolom aset sebelum mengalir deras di kolom pengeluaran. Tentu hal ini akan membawa kita ke dalam kebebasan finansial atau bahasa kerennya financial freedom. Begitulah pemikiran Robert T. Kiyosaki dalam Rich Poor Dad.
Tapi, pembahasan mengenai finansial merupakan hal yang tabu di budaya Indonesia. Dan apa mungkin ini yang menjadikan salah satu penyebab Indonesia menjadi negara berkembang dari dulu sampai sekarang? Tidak lain karena masyarakatnya lebih mengedepankan sifat konsumtif.