Mohon tunggu...
Asy Syauqi
Asy Syauqi Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Mas-mas biasa dari Tegal

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Doom Spending, Dua Kata yang Bisa Bikin Dompet Gen Z dan Milenial Jebol

8 Oktober 2024   12:54 Diperbarui: 8 Oktober 2024   13:14 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
TREND - Doom Spending, dua kata yang sedang trend menjerat Gen Z dan Milenial - Source: Peixels

Tapi, tenang saja. Tulisan ini tidak bermaksud menyudutkan Gen Z dan Milenial, kok. Data terbaru pada tahun 2024 menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK), indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 65,4 %, sedangkan untuk indeks inklusinya sebesar 75,02%.

Nah, untuk generasi muda mulai dari 18-35 tahun, mempunyai pemahaman literasi 70,19 % - 74,82 %. Sedangkan untuk inklusinya mencapai 79,21% - 84,28 %. Itu tandanya literasi keuangan masyarakat kita kian meningkat. Tapi entah dengan penerapannya, semoga sih sesuai, ya.

Ngomong-ngomong, inklusi itu kondisi ketika ketersediaan akses terhadap berbagai produk dan layanan jasa keuangan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Alah, pasti kamu juga sudah tahu dong, iya kamu. Siapa lagi?

Belanja itu Boleh, Tapi Jangan Sampai Candu 

Siapa sih, di sini yang tidak tertarik ketika melihat barang branded ada di balik layar gadget atau etalase mall? Tentu itu menjadi sebuah hal yang menyenangkan ketika kita bisa membelinya. Tapi, sewajarnya aja kali, jangan sampai kecanduan.

Apalagi hanya sebatas untuk menuruti gengsi dengan mengesampingkan fungsi, jangan ya dek ya, itu tidak baik untuk kesehatan, dan tentu akan membuat dompet kamu jebol.

Tujuan yang ingin saya sampaikan pada tulisan ini sebenarnya hanya ingin menumbuhkan dan berbagi sedikit mengenai mindset literasi finansial. Karena hal ini sangat penting untuk digencarkan di tengah-tengah maraknya kehidupan hedonisme.

Jadi, daripada buang-buang sesuatu yang kurang penting, lebih baik kita investasikan uang, energi, dan waktu kita untuk hal-hal jangka panjang yang lebih bermakna.

Di antara tolak ukur kemajuan sebuah negara bisa dilihat dari sektor ekonominya, walaupun hal itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar. 

Akan tetapi itu bisa dimulai dengan mindset kita mengenai uang, perbanyak dulu kolom aset sebelum mengalir deras di kolom pengeluaran. Tentu hal ini akan membawa kita ke dalam kebebasan finansial atau bahasa kerennya financial freedom. Begitulah pemikiran Robert T. Kiyosaki dalam Rich Poor Dad.

Tapi, pembahasan mengenai finansial merupakan hal yang tabu di budaya Indonesia. Dan apa mungkin ini yang menjadikan salah satu penyebab Indonesia menjadi negara berkembang dari dulu sampai sekarang? Tidak lain karena masyarakatnya lebih mengedepankan sifat konsumtif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun