Pendahuluan
Di era digital ini arus informasi di media sosial semakin deras seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Sesungguhnya media sosial hadir bertujuan mengatasi berbagai persoalan kehidupan sosial.Â
Tetapi kehadirannya juga disinyalir memunculkan berbagai persoalan baru yang dapat mengoyak tatanan kehidupan sosial suatu bangsa. Komunikasi di media sosial yang tidak diimbangi dengan pengetahuan yang cukup dapat membawa penggunanya menjadi pribadi yang terikat dengan dunia maya dan bahkan menjadi individualisme.Â
Bahkan penggunaan media sosial juga dapat dijadikan lahan hanya untuk mengeruk keuntungan tanpa memikirkan dampak yang akan ditimbulkan, seperti penipuan, prostitusi, pornografi, penjualan manusia dan lainnya. Tidak hanya itu, pengguna media sosial juga mudah terprovokasi oleh isuisu sensitif yang tidak hanya berdampak pada individu pengguna, tetapi mengancam keutuhan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pembahasan
Pendidikan Multikultural
Ki Hajar Dewantara mengatakan pendidikan sebagai prasyarat bagi pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Artinya Pendidikan merupakan pedoman untuk memaksimalkan seluruh potensi yang ada pada diri seorang anak dan untuk mencapai keamanan dan kesejahteraan yang maksimal (Iefone Shiflana Habiba, 2022).Â
Sedangkan pengertian dan pengertian pendidikan di Indonesia  dijelaskan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 yang berbunyi "usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.Â
Kekayaan ini hendaknya menjadi acuan untuk saling mengenal, dan  lebih luas lagi harus ada saling pengertian meskipun ada perbedaan. Multikultur berasal dari dua suku kata: Multi dan Kultul. Multi artinya banyak dan kultur artinya kebudayaan.  secara sederhana dapat diartikan sebagai banyak budaya.
Pendidikan multikultural lahir karena adanya permasalahan masyarakat itu sendiri yang tertindas hanya karena perbedaan yang ada. Pendidikan multikultural memandang seluruh masyarakat setara, tanpa membeda-bedakan  budaya, suku, agama, ras, gender atau kepercayaan, guna membangun kerja sama dan  saling menghormati.Â
Pendidikan multikultural adalah  pendidikan yang diterapkan pada  satu jenis mata pelajaran, dan pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang memperhatikan berbagai perbedaan yang ada di kalangan peserta didik, seperti suku, agama, bahasa, jenis kelamin, kelas sosial, ras, keterampilan, dan usia. Perbedaan Ini adalah penjelasan komprehensif tentang perbedaan budaya .
Pendidikan multikultural ini menjadikan proses pembelajaran  lebih efektif dan mudah, sekaligus  melatih dan memperkuat karakter peserta didik agar dapat menjadi manusia yang  demokratis, humanis, dan majemuk di lingkungan tempat tinggalnya. Atau lebih umum lagi, pendidikan multikultural merupakan respon terhadap perkembangan keberagaman.
Penanaman nilai-nilai multikulturalism keberagaman melalui jalur pendidikan. Di dunia sudah mengenal yang namanya pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural penting untuk diajarkan kepada anak dan peserta didik dengan  harapan mereka mampu memahami bahwa terdapat keanekaragaman budaya tidak hanya di lingkungannya sendiri tetapi juga di lingkungan eksternal.Â
Keragaman budaya tersebut berpengaruh kepada tingkah laku, sikap, pola pikir menusia, sehingga manusia tersebut memiliki cara-cara (usage), kebiasaan (flok ways), aturan-aturan (mores), bahkan adat istiadat (cutomes) yang berbeda satu dnegan yang lainya (Farida Hanum, 2010).Â
Melalui pemahaman yang benar tentang pendidikan multikultural, termasuk kurikulum berbasis multikulturalisme, inovasi mata pelajaran pendidikan multikultural di semua jenjang pendidikan, peran guru dalam mengamalkan nilai-nilai multikultural dan keberagaman di sekolah, serta mendorong perubahan sosial dari masyarakat ke masyarakat suatu sikap keterlibatan. Ketika siswa masih muda, mereka sensitif terhadap diskriminasi.Â
Selain itu, guru juga dapat mengintegrasikan konten yang disediakan. Dalam hal ini, dengan memanfaatkan teknologi yang berkembang seperti media televisi dan  media sosial, konsep pendidikan multikultural  dapat diterapkan pada generasi muda dan mengembalikan jati diri bangsa yang mulai rusak. Kemunduran era industri, Revolusi 4.0. Di era Revolusi Industri 4.0, pemahaman pendidikan multikultural sangat penting bagi generasi muda untuk mengembangkan jati diri bangsa.
Media sosial merupakan  media yang beroperasi secara online dan memungkinkan pengguna berinteraksi dan berpartisipasi dalam berbagai hal serta berbagi tips dan trik yang mungkin berguna bagi pengguna  dan orang lain yang melihatnya. Penciptaannya mencakup  jejaring sosial, forum, dan dunia virtual , wiki dan  blog. Kita masih mengetahui hal-hal ini sekarang karena kita menggunakannya dalam kehidupan sosial kita sehari-hari.Â
Media sosial adalah alat publik yang terbuka, 'gratis' untuk digunakan, dan dapat diakses dari ponsel cerdas atau laptop apa pun dengan  koneksi internet, dengan beragam fitur dan platform yang tersedia secara menyeluruh. merupakan salah satu alat penting bagi orang-orang yang ingin berbagi informasi dan berpartisipasi dalam hubungan serta  membangunnya  sebagai salah satu  hubungan  sosial dalam kehidupan manusia.
Di dunia sekarang ini, teknologi  semakin cepat dan canggih, sehingga setiap orang dapat menggunakannya kapan saja sesuai dengan kebutuhan masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan saat berkomunikasi dengan kerabat dan anggota keluarga. Beberapa orang berada jauh dan mencari bisnis, kegiatan sosial, kegiatan  pendidikan untuk belajar, mengajar,  dan informasi.Â
Media sosial kini mudah diakses melalui smartphone dari kita pasti memiliki smartphone khususnya di kalangan remaja Indonesia, tidak ada satu hari pun yang terlewatkan tanpa membuka media sosial dan menjauhi ponsel masing-masing.
Pengaruh Media Sosial dengan Pendidikan Multikultural
Multikulturalisme adalah sebuah realitas besar di Indonesia, dimana kita mengakui dan menghormati keberagaman masyarakat kita. Untuk itu diperlukan pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai multikulturalisme. Penyelesaian konflik yang mengedepankan pendidikan  multikulturalisme dalam konteks pendidikan kewarganegaraan sangatlah penting. Mengingat realitas kehidupan pada dasarnya bersifat multidimensional, maka pendidikan, apapun bentuknya, harus memperhatikan aspek multikulturalisme.
Integrasi teknologi juga dapat memfasilitasi pembelajaran berbasis proyek dan aktivitas dalam pendidikan Pancasila. Dengan menggunakan teknologi seperti aplikasi presentasi, video pembelajaran, dan platform kolaborasi, mahasiswa dapat membuat proyek kreatif yang melibatkan penelitian, analisis, dan pemikiran kritis tentang isu multikultural dalam konteks Pancasila.Â
Hal ini tidak hanya memperdalam pemahaman tentang sila-sila Pancasila, tetapi juga melatih kemampuan berpikir kritis, komunikasi, dan kerja sama tim. Pendidikan Pancasila merupakan salah satu unsur penting dalam pembentukan karakter bangsa Indonesia. Di era multikulturalisme yang ditandai dengan keberagaman budaya, agama, dan suku di Indonesia, maka perlu adanya integrasi teknologi ke dalam pendidikan Pancasila.
Dapat dilihat pada masa sekarang, manusia lebih banyak memilih melakukan interaksi dengan media sosial, berbisnis berbasis online, hingga belajar dengan basis internet juga sudah menjadi hal yang lumrah.Â
Perolehan informasi yang cepat dan tepat adalah poin utama dari kemudahan yang disenangi banyak orang oleh adanya kemajuan teknologi. Karena dengan begini, tidak banyak waktu yang akan terbuang sia-sia karena kegiatan apapun dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja dengan bantuan teknologi.
Perubahan proses pembelajaran akibat pesatnya perkembangan teknologi  telah  menyebabkan  perubahan dalam proses pendidikan dan peran guru  dalam  melaksanakan proses pendidikan dengan multikulturalisme.Â
Sebab perubahan tersebut akan berdampak pada  pengelolaan proses belajar mengajar di sekolah, sehingga memberikan otonomi yang lebih besar kepada guru dalam mengelola pembelajarannya. Hal ini mencakup motivasi dalam kurikulum maupun model pembelajaran. Perubahan kondisi pembelajaran ini memungkinkan penerapan pembelajaran dengan tepat menggunakan  media sosial dalam proses  pendidikan multikultural ini.
Dalam menyusun program  pembelajaran multikultural berbasis media sosial, diperlukan kemauan keras dan  komitmen yang kuat untuk mewujudkan pembelajaran pendidikan multikultural berbasis media sosial.Â
Di sini peranan guru sangat diharapkan, terutama guru yang merumuskan, mengkonsep, merencanakan dan memberikan kepemimpinan agar pengajaran pada akhirnya memperhitungkan baik buruknya kemampuan pembelajaran yang diharapkan. Mengetahui risiko dan efektivitas dari segi biaya, peralatan pendukung pembelajaran tersebut, dan perubahan model pembelajaran  pendidikan multikultural.
Kesimpulan
Media sosial sangat berperan penting bagi zaman sekarang, karena dengan media sosial semua informasi bisa diakses dengan mudah. Pendidikan multikultural pun penting bagi anak muda zaman sekarang, karena di indonesia ini banyak suku, agama dan ras, yang sangat beragam yang bisa membuat konflik jika kita melakukan sesuatu yang membuat yang berbeda itu tersinggu. Disinilah peran pendidikan multi kultural penting karena pendidikan multikultural mengajarkan kita untuk selalu toleransi ke seleruh manusia walaupun berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H