Melepas apa yang hampir tergenggam bukan lah hal yang mudah.
Awalnya,
Sakit yang terasa,
Berdeketan dengan seorang yang kita cinta,
Tanpa bisa menggapai nya.
Namun, lama kelamaan, aku terbiasa untuk mati rasa.
Terjebak dalam rasa,
Pura pura biasa,
Nelangsa.
Aku bahagia mendengarmu tertawa.
Walaupun aku tidak tahu apa alasan dibalik tawamu.
Aku suka berbincang denganmu.
Walaupun itu hanya dari aplikasi yang kau gunakan untuk menghubungi 'prioritas' yang bukan aku.
Aku senang bisa pergi mengajakmu.
Walaupun aku tidak tahu dimana hatimu saat bersamaku.
Sederhananya,
Aku mencintaimu.
Maaf,
Apakah ini terlalu berlebihan ?
Jika `IYA` maafkan kejujuranku.
Salahku, yang menyimpulkan rasamu yang masih abu abu, tanpa mendeduksi terlebih dulu.
Kini aku menyadarkan diri.
Melawan ego ku sendiri.
Mencintai seorang yang terus memintamu mencintai orang lain bukan lah hal yang wajar, aku sadar.
Selamat berbahagia dengan orang yang kau inginkan dan juga menginginkanmu.
Do'a baikku menyertaimu.
Dan untuk nama yang selalu kau sebut dalam do'a mu di sepertiga malam, aku tahu itu bukan aku, tapi jika menentramkanmu, ku'AMIN'kan selalu.
Aku pamit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H