Melihat kondisinya yang seperti itu. Akhirnya, diputuskan untuk memulangkan Amin ke Indonesia sekaligus memulangkannya ke Bima. Dan tak lama kemudian ia pun kembali kepada Alloh, Sang Pemiliknya.
Tentu saja aku tidak mengetahui jika Amin telah meninggal. Saat kejadian itu aku terlalu sibuk dengan rutinitasku yang baru sebagai karyawan sebuah hotel di Jakarta.
Hampir setahun lewat setelah Amin meninggal, kabar itu kuterima. Saat mendengar itu aku hanya bengong melongong seperti bermimpi mendengarnya.
Saat itu aku sedang berada di Kuningan Jawa Barat, mengunjungi salah seorang sahabatku sekaligus sahabat Amin pula. Ia pun bercerita tentang Amin. Dan kukonfirmasikan kepada sahabat-sahabtku yang kuliah di Yaman. Mereka membenarkannya. Ah, sedih nian hatiku mendengarnya. Aku merasa sangat terlalu sekali, mengetahuinya setelah lewat setahun. Sahabat macam apa diriku.
Satu hal yang kupelajari dari Amin adalah dibalik emosinya yang mudah naik, ia pun ditemani pula kehalusan perasaannya untuk segera melupakan masalah dan langsung meminta maaf.
Dan terakhir, semangat belajarnya yang tak pernah padam ditengah sakit paru-parunya yang menahun. Seorang fighter sejati tidak akan kalah hanya karena keadaan. Dan Amin Rozak adalah contoh seorang fighter sejati. Salah seorang mujahid ilmu yang pernah kukenal.
Terima kasih Ya Alloh telah memberiku kesempatan untuk mengenal salah seorang mujahid ilmu.
"Wahai Robbie, ampunilah Amin, kasihanilah dia, sejahterakanlah dia, dan maafkanlah kesalahannya."
"Ya Alloh, ampunilah segala dosanya, terimalah dia di sisi-Mu dan jadikanlah ia sebagai ahli surga-Mu.."
Selamat jalan Amin... Selamat jalan sahabatku. Semoga engkau tenang di sana. Karena Alloh Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya.
Selamat jalan Amin... Do'aku selalu menyertaimu..