Mohon tunggu...
Muhammad Rizqi Gumilar
Muhammad Rizqi Gumilar Mohon Tunggu... karyawan swasta -

senyum trus....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Amin Rozak: Mujahid Ilmu yang Gugur di Jalan Dakwah

29 September 2012   05:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:30 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah peristiwa yang tidak akan pernah kulupakan adalah saat Amin marah besar kepadaku. Aku sendiri tidak terlalu faham kenapa ia marah kepadaku. Namun setelah aku mengevaluasi aktivitasku saat itu, aku menyadari penyebabnya tiada lain karena kesalahfahaman saja.

Saat kami "bermain" di kantor majalah Islam yang dikelola yayasan ma'had. Amin bertanya kepadaku tentang sesuatu. Aku sendiri terlalu sibuk mengetik sehingga tidak menanggapi pertanyaan Amin.

Intuisiku berkata akan terjadi masalah sepulang dari sana. Ternyata benar. Sebuah tendangan hampir saja mengenai wajahku. Miris dan sedih sekali hatiku saat itu. Aku hanya terdiam penuh pilu.

"Ya Alloh.. Demi Engkau Wahai Robbie.. Aku telah memaafkan Amin sejak dahulu. Maafkanlah Amin.."

Ketika seseorang mengabdikan hidupnya untuk dakwah, sekecil apapun ia tidak akan melakukan hal-hal yang menyakiti hati orang lain. Apalagi kami adalah thullab yang focus belajar dinnul Islam.

Hatiku semakin gerimis saat teringat betapa seluruh muslim itu bersaudara ibarat satu tubuh. Saat satu bagian tubuh yang lain sakit, seluruh tubuh merasakan sakitnya. Hal ini pula yang kugugat dalam diamku terhadap Amin.

Dan tak lama kemudian, Amin pun menghampiriku dan memelukku memohon maafku. Terharu nian hatiku, semakin gerimis jiwaku. Semua peristiwa ini kurekam dengan jelas dalam diary hijauku.

Isu terorisme memakan banyak korban, termasuk yayasan kami yang notabene dibiayai para syeikh Arab. Dana milyaran rupiah pun tersendat. Jiwa petualangku menguat dan kuputuskan mencari beasiswa lain. Tidak demikian dengan Amin dan beberapa sahabatku. Mereka tetap di sana hingga beberapa tahun.

Dan kesabaran mereka pun berbuah manis. Keadan mulai membaik. Dana para syeikh Arab yang milyaran rupiah mulai mengalir lancar. Dan tibalah ditunaikannya janji yayasan untuk memberangkatkan para mahasiswa studi sarjana ke Timur Tengah.

Akhirnya, secara bertahap puluhan mahasiswa yang telah memenuhi syarat diberangkatkan menuju Yaman. Termasuk Amin dan sahabat-sahabatku. Kecuali diriku, tentu saja. Aku telah menerima beasiswa yang lain.

Singkat cerita, Amin yang semenjak lama mengidap sakit paru-paru tidak bertahan lama. Kekebalan tubuhnya tidak kuat bertarung dengan cuaca Yaman yang ganas. Ia pun sakit-sakitan dan tubuhnya pun kurus kering berbalut tulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun