Karya sastra adalah sebuah cermin kehidupan yang memantulkan beragam pengalaman manusia di dunia. Dengan begitu, banyak cerita yang menghidupkan karakter-karakter yang ada dalam imajinasi pengarangnya. Salah satu bentuk karya sastra yang paling banyak diminati oleh pecinta sastra yaitu puisi. Selama berabad-abad, tak terhitung berapa banyak puisi yang telah diciptakan oleh para sastrawan. Sebagai karya sastra tertua dalam sejarah manusia, puisi memiliki ritme yang menghipnotis serta kata-kata yang indah yang dapat membuat pembacanya jatuh hati. Namun, puisi tidak hanya sekadar kata-kata, puisi juga memiliki makna yang mendalam dan tidak semua pembaca dapat mengerti akan makna dari puisi itu sendiri. Karena pada dasarnya, puisi adalah ungkapan perasaan dan jiwa penulis yang biasanya menggambarkan kehidupan, kebahagiaan, kesedihan, atau keindahan alam.Â
Salah satu sastrawan yang banyak menciptakan karya sastra khususnya puisi adalah Sapardi Djoko Damono. Dengan berjuta-juta pengalamannya sebagai penulis, Sapardi Djoko Damono sering menulis pusi tentang kehidupan manusia. Lahir di Surakarta, Sapardi telah menghasilkan sebuah buku puisi yang menjadi karya klasik dalam sastra Indonesia yang berjudul "Hujan Pagi" dan "Perahu Kertas" pada tahun 1996. Selain itu, Sapardi juga memiliki berbagai pengaruh dan wawasan dalam perkembangan sastra di Indonesia. Salah satunya adalah telah banyak karyanya yang diterbitkan di luar Indonesia dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Hal tersebut membuktikan kedudukannya sebagai sastrawan Indonesia telah dikenal secara internasional.
Dari sekian banyak puisi yang telah diciptakan oleh Sapardi, salah satunya adalah puisi berjudul "Kita Saksikan" yang ditulis pada tahun 1967. Puisi tersebut bercerita tentang pengamatan alam dan perubahan yang terjadi dalam waktu, serta menggambarkan objek dan pengalaman manusia dengan cara yang mendalam.. Ditulis dengan bahasa yang sederhana, puisi "Kita Saksikan" memberikan kesan dan pesan yang dapat dijangkau oleh para pembacanya. Selain itu, puisi tersebut memiliki dua bait dengan delapan larik, dengan rima a-a-a-a yang membuatnya mudah untuk dianalisis. Oleh karena itu, puisi "Kita Saksikan" ini dipilih untuk menjadi objek kajian pada esai ini. Dimana teori yang digunakan adalah teori Semiotika dari Charles Sanders Peirce.
Semiotika sendiri adalah sebuah disiplin ilmu yang mengkaji tentang peran tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial (Kaelan, 2017: 160). Dari banyaknya teori mengenai Semiotika, teori Peirce adalah salah satu teori yang cocok untuk dijadikan kajian makna puisi. Dalam teorinya, Peirce menyebutkan bahwa sesuatu itu dapat disebut sebagai tanda jika ia mewakili sesuatu yang lain. Peirce membagi tiga elemen tanda yang disebut segitiga makna atau triadik yang salah satunya adalah berdasarkan acuan atau objeknya yang dibagi menjadi tanda ikonik, indeks, dan simbol. Dengan begitu, dapat dilihat tanda dan makna yang terkandung dalam puisi "Kita Saksikan" karya Sapardi Djoko Damono.
Isi dari puisi "Kita Saksikan" itu sendiri adalah sebagai berikut.
kita saksikan burung-burung lintas di udara (1)
kita saksikan awan-awan kecil di langit utara (2)
waktu itu cuaca pun senyap seketika (3)
sudah sejak lama, sejak lama kita tak mengenalnya (4)
di antara hari buruk dan dunia maya (5)
kita pun kembali mengenalnya (6)
kumandang kekal, percakapan tanpa kata-kata (7)
saat-saat yang lama hilang dalam igauan manusia (8)
Pada bait pertama puisi tersebut, terdapat dua tanda yang terkandung di dalamnya. Larik kita saksikan burung-burung lintas di udara (1) dan kita saksikan awan-awan kecil di langit utara (2), termasuk ke dalam tanda ikonik karena menggambarkan visual yang mirip dengan objek yang direpresentasikan, yang dimana dalam hal itu adalah burung-burung dan awan-awan di langit. Kemudian larik waktu itu cuaca pun senyap seketika (3) termasuk ke dalam tanda indeks karena merujuk pada hubungan kausal antara cuaca yang menjadi objek dan keheningan yang diungkapkan dalam puisi. Dengan begitu, pada bait pertama ini terdapat tanda ikonik dan indeks.Â
Selanjutnya, pada bait kedua terdapat dua tanda yang terkandung di dalamnya. Larik di antara hari buruk dan dunia maya (5) dan kumandang kekal, percakapan tanpa kata-kata (7) yang termasuk ke dalam tanda indeks dan larik saat-saat yang lama hilang dalam igauan manusia (8) yang termasuk ke dalam tanda simbolik. Larik (5) merujuk pada hubungan kausal antara hari buruk dan dunia maya, sedangkan larik (7) merujuk pada hubungan sebab-akibat. Lalu larik (8) menggambarkan objek serta pengalaman manusia yang diungkapkan dalam puisi. Dalam hal ini, objek pada puisi tersebut adalah burung, awan, waktu, dan cuaca. Selain itu, tanda simbolik juga digunakan untuk mengkomunikasikan makna yang terdapat pada puisi. Jadi, pada bait kedua puisi "Kita Saksikan" mengandung dua tanda, yaitu tanda indeks dan simbolik.
Setelah menganalisis puisi "Kita Saksikan" karya Sapardi Djoko Damono secara cermat, dapat diketahui bahwa terdapat tiga tanda yang terkandung, yaitu tanda ikonik, indeks, dan simbolik. Puisi tersebut menggambarkan tentang objek-objek yang terdapat pada kehidupan manusia yang telah berubah seiring berjalannya waktu. Dengan adanya analisis puisi menggunakan teori Peirce, kita jadi mengetahui makna berupa tanda yang terkandung di dalamnya. Selain itu, dapat disimpulkan dalam puisi "Kita Saksikan" ini terdapat dua tanda ikonik, tiga tanda indeks, dan satu tanda simbolik.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H