Setelah melewati hari yang cukup melelahkan, cara yang paling baik untukku dapat kembali “re-charge” energi tubuh adalah dengan melihat tontonan yang bagiku menyenangkan.
Seperti halnya menonton film, pergi melihat konser, atau sekadar menonton teater. Pada saat yang sama aku teringat memiliki 1 tiket menonton teater JKT48 melalui aplikasi Showroom Official mereka.
Ketika itu saya menonton pertunjukan setlist legendaris dari 48group yaitu setlist ingin bertemu yang pertama kali melakukan shonichi pada 7 Oktober 2007.
Saat ini JKT48 adalah satu satunya Grup Idol terbesar di Indonesia. Tak heran, mereka mempunyai sekurangnya 15 Juta Fans yang menamai mereka FJKT48 termasuk saya sendiri dan sekurangnya 28 Juta Fans Far diluar pulau jawa dan luar negeri.
Iseng-iseng setelah selesai menyaksikan setlist ingin bertemu yang dibawakan oleh trainee JKT48, saya mencari informasi lebih lanjut tentang Magic Hour yaitu Single Original terbaru mereka. Single itu rilis pada tanggal 9 Mei 2024. Dicarilah oleh saya melalui Youtube tentang single ini dengan ketikan “Magic Hour” dan ternyata muncul senbatsu member pada single ini dengan Zee JKT48 dan Marsha JKT48 sebagai Double Center. Ketika saya mendengarkan musiknya terbenak dalam pikiran saya bahwa lagu ini memiliki genre musik Japanese Pop (J-POP). Tidak diragukan menjadi Single Original terpopuler dari JKT48 sebab mencapai 1 juta views dalam 2 hari tayang di Youtube, hal ini menandakan bahwa banyak orang di Indonesia yang masih menyukai genre music J-POP.
Kehadiran musik J-Pop di Indonesia tak lain akibat dari globalisasi, namun lebih tepat sebagai japanisasi. Japanisasi, Penjepangan, atau japanifikasi adalah proses budaya jepang dalam mendominasi, berasimilasi, atau mempengaruhi budaya lain.
Jepang adalah negara dengan kekuatan soft power namun bisa berdiplomasi dengan baik. Jepang itu memanfaatkan budaya negaranya untuk berdiplomasi ke luar negeri. Salah satu instrumennya adalah grup idol asal Tokyo Bernama AKB48. Pada 2011 AKB48 membuat sister group yang berlokasi di Jakarta dengan nama Jakarta48 (JKT48).
Akimoto Yasushi, total produser 48 grup menyatakan bahwa JKT48 akan “menjembatani antara Indonesia dan Jepang” alih alih menjadi jembatan, JKT48 tampil sebagai diplomat budaya jepang.
Dalam konteks kewarganegaraan hal ini dinilai sebagai dampak dari globalisasi yang masif terjadi di Indonesia. Sama seperti music, budaya hal lain pun memiliki segmentasi tersendiri di Indonesia. Perlu kita pahami, bahwa memang benar jika sudah terlalu spesifik pada suatu wilayah, maka itu akan berbahaya.
Melalui Pendidikan kewarganegaraan yang pada dasarnya memiliki tujuan yaitu untuk mencetak generasi muda yang mempunyai rasa tanggung jawab atas keselamatan dan kejayaan tanah airnya. Rasa tanggung jawab yang dimiliki generasi penerus ini akan tercermin dalam partisipasi aktifnya dalam pembangunan seperti, menyaring dan memilah pengaruh-pengaruh globalisasi yang masuk, dapat mengambil pembelajaran dan sisi positif serta dapat menyaring setiap hal yang memang kurang sesuai dengan nilai dan moral bangsa.
Sebagai warganegara yang baik, tidak salah kita menerima budaya dari luar. Namun jangan sampai kita melupakan budaya sendiri.
Rizqi Kajayaan tri Putra
Mahasiswa S1 PPKn FPIPS UPI Bandung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H