Peta persaingan industri televisi Indonesia telah mengalami perubahan sejak tahun 2014, yang dimulai dengan boomingnya serial Mahabharata yang berbarengan dengan semaraknya perhelatan Piala Dunia 2014, yang keduanya ditayangkan oleh stasiun televisiANTV (dan juga tvOneuntuk Piala Dunia 2014. Program ini terbukti berhasil menjadi gerbang awal bagi ANTV untuk meraih posisi tier 1dalam industry pertelevisian nasional (mengacu pada data Nielsen), setelah selama 20 tahun hanya berada di posisi buncit (hanya unggul dari TVRI, Metro TV, dan tvOne) sejak kelahirannya pada tahun 1993. Bersamaan dengan indian wave yang melanda pemirsa televisi Indonesia seiring dengan pesatnya peningkatan jumlah pemirsa ANTV, anak-anak juga terjangkit demam animasi asal Rusia yakni Masha & The Bear. Namun siapakah aktor utama di balik kesuksesan demam serial India dan Masha & The Bear yang melanda masyarakat negeri ini?
Tidak lain dan tidak bukan adalah Otis Hahijary (biasa dipanggil O oleh netizen pengamat pertelevisian), yang merupakan salah satu pejabat penting di VIVA Group, selaku holding company yang menaungi stasiun televisi ANTVdan tvOneserta portal berita VIVA.co.id. Di VIVA Group, Otis menjabat sebagai Planning & Strategic Director yang tugasnya adalah menentukan langkah strategis yang akan dilakukan ANTV, tvOne, dan VIVA.co.iduntuk jangka panjang. Otis sebenarnya bukanlah orang yang baru di dunia pertelevisian Indonesia, karena beliau sebenarnya sudah dipercaya untuk menjabat sebagai Direktur Programming, Sales, dan Marketing tvOne sejak 2003 (ketika itu masih bernama Lativi) setelah sebelumnya sempat bekerja di Pasaraya Departement Store pada tahun 2000 hingga 2003 (ketika itu Pasaraya dan Lativiberada dalam satu kepemilikan di bawah naungan ALatief Corporation). Karir Otis di bidang pertelevisian semakin menanjak ketika diangkat sebagai Direktur Operasional ANTVsejak 2010, lalu ditugaskan sebagai Managing Director ANTVsejak 2013 untuk melakukan pembenahan manajemen dan reposisi pasar di tubuh stasiun televise swasta kelahiran Bandar Lampung tersebut.
Sebenarnya, latar belakang pendidikan Otis tidaklah terkait langsung dengan urusan program siaran televisi. Dia adalah lulusan San Diego State University, Amerika Serikat yang memberinya gelar Master of Arts di bidang Management pada 1995. Tak cukup puas dengan itu, Otis melanjutkan studi di Lancaster University, Inggris dan meraih gelar Master of Science di bidang Finance, setahun kemudian.
Dengan disiplin ilmu yang dimiliki, semestinya Otis bekerja di sektor investasi dan keuangan. Namun, daya tarik dunia penyiaran membuat Otis belum mau pindah ke lain hati. “Dunia broadcasting sangat menantang bagi saya,” ujar pria penyuka olahraga anggar itu dalam perbincangan dengan Bisnis, baru-baru ini.
Kepiawaiannya di bidang finansial membuat Otis jago menganalisa data dan informasi, hal yang sangat dibutuhkan dalam merancang program TV. Dari data yang dikumpulkan dan diolah itu, Otis bisa merancang dengan lebih “presisi” program-program TV yang mampu merebut hati pemirsa. Apalagi, lanjutnya, industri TV adalah bisnis yang unik, di mana intuisi punya peran cukup signifikan dalam mengambil sebuah keputusan.
Saat awal-awal berkarir di tvOne (ketika bernama Lativi), Otis sempat mengubah haluan stasiun televisi yang bermarkas di Pulogadung tersebut dari yang semulaakan dicanangkan untuk menyasar kalangan upper classmenjadi all people(penekanannya cenderung pada tayangan untuk masyarakat kelas menengah ke bawah), yang sarat dengan tayangan bernuansa mistis, seks, dan terkadang mengumbar sadism namun juga ikut mempopulerkan tayangan yang sangat dinantikan untuk kalangan anak-anak yakni Nickelodeon (sejak 2006 pindah ke Global TV), Lativi Kids, dan Pildacil (musim 2011 tayang di ANTV). Pencapaian terbesar Otis di era Lativiadalah ketika tayangan gulat bebas WWE (Smackdown, RAW, dll.) menjadi booming di kalangan masyarakat Indonesia, meski belum mampu untuk mengantarkan Lativike jajaran tier 1dalam klasemen Nielsen.
Namun sayangnya program tersebut harus berhenti tayang sebelum kontrak berakhir dikarenakan isu kontroversial yang menyebabkan KPI memita Lativi untuk menghentikan tayangan tersebut. Setelah dihentikannya WWE, Lativi sempat kehilangan arah sebelum akhirnya bisa kembali menarik perhatian publik dengan tayangan Layar Komedi dan re-run sinetron bergenre fantasi yang diproduksi Multivision Plus dan Soraya Intercine Films, termasuk pula penayangan sinetron fantasi terbaru di masanya antara lain Duyung Kembar Ketemu Tuyul yang juga diproduksi oleh Multivision Plus.
Ketika Karni Ilyas masuk sebagai pemimpin redaksi Lativi/tvOnepada tahun 2007 (awalnya Karni difungsikan untuk memperkuat divisi newsANTVhingga 2008), Otis juga ikut berperan dalam proses rebrandingLativimenjadi tvOne yang diresmikan pada 14 Februari 2008. Beliau mencoba mengubah persepsi masyarakat terhadap tayangan berita yang semula terkesan kaku menjadi lebih nyaman untuk ditonton, sekaligus membuktikan bahwa televise berita dapat bekerja secara “out of the box”.
Sistem penyajian tayangan berita dirancang lebih santai dan menarik layaknya siaran pada saluran televise FOX News (berbeda dengan Metro TV yang berkiblat pada saluran CNN) namun tidak mengurangi mutu berita yang disajikan, kemudian penambahan variasi program berupa tayangan olahraga yang dikemas secara lebih atraktif serta beberapa program hiburan secara selektif. Juga program religi yakni Damai Indonesiaku yang dikemas dalam bentuk tabligh akbar dari masjid ke masjid secara live yang dikemas ringan namun tetap pada fungsi utamanya yakni menyampaikan syiar agama Islam.
Beberapa program unggulan tvOne yang sukses di tangan dingin Otis antara lain Kabar Petang, Apa Kabar Indonesia Malam, dan Indonesia Lawyers Club, serta Breaking News pada beberapa peristiwa penting (misalnya saat momen Pemilihan Umum), mengungguli program sejenis yang ditayangkan oleh televisi berita lainnya. Bahkan, tvOne juga kerap menjadi referensi utama media-media asing dalam meliput peristiwa di televisi Indonesia. Selain itu, tvOnejuga terbilang sukses dalam menayangkan berbagai program olahraga yang disukai pasar seperti Liga Inggris, Liga Spanyol, Live World Boxing, hingga One Pride MMA yang rutin digelar sejak 2016.
Sukses menjadikan tvOnesebagai televise berita dan olahraga nomor satu di Indonesia, Otis kemudian dipercaya untuk membenahi ANTVsejak Oktober 2013. Sebagai representasi holding, beliau melakukan reposisi pasar dari yang semula membidik kalangan remaja dan pria dewasa sebagai target utama menjadi wanita 15 tahun ke atas dan anak-anak. Sebab, dalam VIVA Group sudah ada televisi yang dikembangkan untuk program newsdan sports, yakni tvOne yang memang membidik target utama pria 15 tahun ke atas. Maka jangan heran, jika ANTV yang dulu identik dengan tayangan sepakbola (khususnya Liga Indonesia), kini banting setir menjadi televisi yang identik dengan serial impor dari India yang banyak digemari kalangan ibu rumah tangga, terhitung sejak berakhirnya Piala Dunia 2014 (meski sempat menayangkan pertandingan Panasonic Cup antara Persija Jakarta VS Gamba Osaka yang sempat tertunda dari jadwal semula yakni 15 Juni 2014 menjadi 24 Januari 2015).