Kita tentunya sering kali mendengarkan cerita-cerita orang tua dulu perihal tentang bagaimana mereka dan masyarakat bugis di kampung telah mengatur waktu untuk disiplin dalam melakukan pekerjaan. Dimana dulu sampai kini, budaya untuk bekerja secara bersungguh-sungguh diawali dengan bangun subuh.Â
Karena dominan masyarakat bugis menganut agama Islam, maka bangun subuh , melaksanakan sholat subuh, dan berangkat kerja pada waktu subuh merupakan gambaran generasi yang berkualitas bagi mereka (sepertinya, hal ini bukan hanya ada pada orang-orang bugis tapi, suku lainnya  juga hehe) .
Dalam falsafah orang bugis,kata Reso'ini sering ditemukan pada Pappaseng (pesan-pesan moral yang berupa nasehat-nasehat leluhur orang bugis). Seperti "reso' temmangingngi nulletei pammase dewata"(usaha yang sungguh-sungguh diiringi ridha  yang Maha Kuasa). Memiliki falsafah bahwa ketika kita mengerjakan sesuatu harus lebih cekatan dan cepat, karena pekerjaan yang dilakukan dengan cepat dipahami sebagai perlakuan atau tindakan yang jauh lebih baik dalam perspektif usaha atau kerja. Juga sebagai penilaian kualitas hidup masyarakat. Â
Terbukti dalam kesejarahan, sejak Kerajaan Bugis pada abad-16 hingga abad ke 19. Masyarakat bugis yang memiliki watak pandai mengarungi samudera, melakukan perjalanan keluar wilayah dari Singapura, Fhilipina, Brunei, Australia sampai ke Afrika Selatan selalu mendapatkan kelayakan hidup disebabkan semangat kerja dan ketelitiannya dalam mengemban amanah pekerjaan.
Tidak mengherankan, jika ada banyak orang-orang bugis yang sukses ketika mereka mempunyai usaha dan merantau ke daerah lain. Sebab prinsip suku bugis yang melekat atas ke-ulet-an dalam melakukan pekerjaan sehingga dapat menguasai segala bidang pekerjaan. Contoh, seperti bidang usaha pertanian,merupakan salah satu tolok ukur kewibawaan masyarakat suku bugis.
Jadi sahabat, untuk mengagumi budaya luar kadang membuat kita lupa ternyata ada budaya lokalitas kita yang telah memiliki prinsip-prinsip hidup yang sama namun jauh lebih lama dibanding mereka serta mempunyai filosofis ang mendalam. Meskipun, memiliki konteks perbedaan antara kebiasaan budaya "Palli-palli' dan budaya "Mareso' ",namun ini dapat menjadi refleksi bagi kita semua (asyik sekali bahasaku ini wkwkwk).
 Pertanyaan yang mendalam dari tulisan ini "Mengapa kita tidak mengetahui indentitas kita?", "Setelah tahu, Kenapa kita sulit membangun kebiasaan itu ?", dan "Apa penyebab sehingga negara kita sulit untuk maju dalam kualitas kehidupan manusianya sedangkan prinsip-prinsip itu telah ada?".
So, back to thinking about this all... !
And do it become the action... !
For ourselves, people, our own unity and country... !