Mohon tunggu...
Rizoelart
Rizoelart Mohon Tunggu... Desainer - Seniman

i am artist from Cianjur saya terobsesi dengan ekspresi emosional dan kebebasan, dan itu bisa dicapai melalui seni

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

sunan kalijaga

5 Januari 2025   00:53 Diperbarui: 5 Januari 2025   00:53 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
editing photoshop by rizoel

Kisah Sunan Kalijaga adalah kisah tentang keberanian untuk beradaptasi dengan zaman, kesabaran dalam menghadapi tantangan, dan ketulusan hati dalam berdakwah, yang mengajarkan kita untuk tidak hanya melihat perbedaan, tetapi juga menghargai keberagaman demi terwujudnya perdamaian dan kedamaian yang sejati.

Wali Sanga (lebih dikenal sebagai Wali Songo, bahasa Jawa: ; Wali Songo, "Sembilan Wali" merupakan tokoh Islam yang dihormati di Indonesia, khususnya di pulau Jawa, karena peran historis mereka dalam penyebaran agama Islam di Indonesia. 

Tokoh tokoh wali dalam sejarah Islam telah memberikan dampak yang besar, tidak hanya dalam hal spiritual, tetapi juga dalam membentuk masyarakat yang lebih baik. Mereka menjadi teladan dalam hal keimanan, ketakwaan, dan akhlak. Di bawah ini, kita akan membahas tokoh terkenal yang dikenal sebagai sunan kalijaga, serta peran mereka dalam sejarah .

Oleh Avamauza - Karya sendiri, CC BY-SA 4.0, Pranala
Oleh Avamauza - Karya sendiri, CC BY-SA 4.0, Pranala

Sunan Kalijaga merupakan Ulama' sekaligus penasehat pemerintahan di era Majapahit pada masa prabu Kertabhumi hingga Demak, Pajang, dan Mataram Awal. Beliau juga termasuk dalam anggota dewan Walisongo.

Selain menjadi Ulama' ia juga menjadi seniman, dan arsitek yang ulung. Salah satu media dakwahnya yang dikenal luas hingga sekarang adalah melalui pentas wayang kulit.

Kesenian wayang kulit yang awalnya berisi kisah-kisah Hindu, diganti oleh Sunan Kalijaga menjadi kisah-kisah yang berisikan ajaran Islam. Salah satu contohnya yaitu Jamus Kalimasada, sebagaimana dijelaskan Siti Wahidoh dalam Buku Intisari Sejarah Kebudayaan Islam.

https://nkripost.co/wp-content/uploads/2023/12/Sunan-Kalijaga.jpg
https://nkripost.co/wp-content/uploads/2023/12/Sunan-Kalijaga.jpg

Riwayat

Sebelum menjadi Walisongo, Raden Said adalah seorang perampok yang selalu mengambil hasil bumi di gudang penyimpanan Hasil Bumi di kerajaannya, merampok orang-orang yang kaya. Hasil curiannya, dan rampokanya itu akan ia bagikan kepada orang-orang yang miskin.

Suatu hari, saat Raden Said berada di hutan, ia melihat seseorang kakek tua yang bertongkat. Orang itu adalah Sunan Bonang. Karena tongkat itu jika dilihat seperti tongkat emas, ia merampas tongkat itu. Katanya, hasil rampokan itu akan ia bagikan kepada orang yang miskin. Tetapi, Sang Sunan Bonang tidak membenarkan cara itu. Ia menasihati Raden Said bahwa Allah S.W.T tidak akan menerima amal yang buruk. Lalu, Sunan Bonang menunjukan pohon aren emas dan mengatakan bila Raden Said ingin mendapatkan harta tanpa berusaha, maka ambillah buah aren emas yang ditunjukkan oleh Sunan Bonang.

Karena itu, Raden Said ingin menjadi murid Sunan Bonang. Raden Said lalu menyusul Sunan Bonang ke sungai. Raden Said berkata bahwa ingin menjadi muridnya. Sunan Bonang lalu menyuruh Raden Said untuk bersemedi sambil menjaga tongkatnya yang ditancapkan ke tepi sungai. Raden Said tidak boleh beranjak dari tempat tersebut sebelum Sunan Bonang datang. Raden Said lalu melaksanakan perintah tersebut. Karena itu, ia menjadi tertidur dalam waktu lama. Karena lamanya ia tertidur, tanpa disadari akar dan rerumputan telah menutupi dirinya.

Tiga tahun kemudian, Sunan Bonang datang dan membangunkan Raden Said. Karena ia telah menjaga tongkatnya yang ditanjapkan ke sungai, maka Raden Said diganti namanya menjadi Kalijaga. Kalijaga lalu diberi pakaian baru dan diberi pelajaran agama oleh Sunan Bonang. Kalijaga lalu melanjutkan dakwahnya dan dikenal sebagai Sunan Kalijaga.

Setelah Sunan Kalijaga Wafat, Perjuangan dakwah dilanjutkan oleh putranya sendiri yakni Sunan Hadi sebagai pemimpin kadilangu, pada tahun 1601 masehi gelar berubah menjadi Panembahan Hadi, (karena gelar Sunan digunakan Sunan Hanyokrowati sebagai Raja Mataram) sampai dengan keturunan sekarang trah Panembahan widjil di kadilangu Demak.

demikianlah, kisah Sunan Kalijaga berakhir, namun pengaruhnya tetap hidup, abadi, dan terus memberikan inspirasi bagi banyak generasi, untuk terus menerus mencari jalan yang lebih baik dalam hidup, dengan penuh kasih, pengertian, dan kedamaian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun