Mohon tunggu...
Rizma Hilmayasari
Rizma Hilmayasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - STIKes Mitra Keluarga

Mahasiswa Keperawatan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Gaya Hidup Tidak Sehat terhadap Penyakit Tidak Menular (Hipertensi) di Era Transisi Pandemi Covid-19

11 Oktober 2022   19:48 Diperbarui: 11 Oktober 2022   20:44 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehat menurut WHO (World Health Organization) merupakan "Health is a state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absece of diseases or infirmity" yang dimana kesehatan itu suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya bebas dari penyakit saja. Sehat ialah seseorang yang dengan kondisi normal sehingga mendapatkan hak atas kehidupannya. Gaya hidup sehat merupakan suatu komitmen jangka panjang sehingga tubuh dapat melakukan fungsinya dengan optimal (Widodo, Destri Lestari, 2022).

Di era transisi dari pandemi COVID-19 menjadi endemi sekarang ini banyak masyarakat yang mengabaikan akan kesahatannya dengan mengonsumsi makanan cepat saji, kurang berolaraga, dan tidak bisa mengelola stress dengan baik. Gaya hidup tidak sehat ini dapat menimbulkan masalah-masalah kesehatan seperti diabetes, kolesterol, obesitas, hipertensi, dan masih banyak lainnya.

Gaya hidup tidak sehat dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan salah satunya hipertensi, hipertensi menurut WHO (World Health Organization, 1996) merupakan tekanan darah tingi yaitu tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Smeltzer, 2002). Hipertensi atau yang biasa disebut darah tinggi dapat terjadi karena meningkatnya tekanan darah pada arteri (pembuluh darah) sehingga jantung memompa darah lebih kuat dari biasanya (Nurhayati, 2021).

Hipertensi menjadi penyakit tidak menular tetapi dapat diturunkan dari generasi ke generasi atau yang disebut dengan penyakit keturunan. Selain dari keturunan, hipertensi juga berkaitan dengan gaya hidup tidak sehat. Gejala yang dapat terjadi berupa pusing, sulit tidur, bagian tengah tengkuk atau otot bagian leher belakang terasa berat atau kaku, mudah lelah serta mudah emosi. Jika tidak ditangani hipertensi dapat memicu komplikasi berupa stroke, kerusakan pada ginjal, hingga gagal jantung (Sudewo, 2009).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 34,1%, sedangkan menurut data WHO (World Health Organization) pada tahun 2018 menunjukkan jumlah kasus hipertensi sekitar 26,4% penduduk dunia mengalami hipertensi diantaranya 26,6% pria dan 26,1% wanita. Hipertensi menjadi masalah penyakit tidak menular terbesar terutama di Indonesia, hipertensi tidak memandang usia oleh karena itu banyak usia muda yang mengalami hipertensi dikarenakan gaya hidup yang tidak sehat terlebih pada masa pandemi COVID-19 kemarin.

Pada masa pandemi COVID-19 dilakukan pembatasan aktivitas diluar rumah agar mengurangi penularan virus COVID-19. Pembatasan aktivitas diluar rumah membuat segala kalangan hanya berdiam diri dirumah tanpa adanya aktivitas fisik olahraga, kemudian mengonsumsi makanan cepat saji, pola makan tidak teratur yang dapat memicu peningkatan berat badan berlebih, bahkan karena lamanya pembatasan aktivitas diluar rumah dapat menyebabkan masyarakat tidak bisa mengelola stress dengan baik, sehinga dapat merasa suntuk bekerja dari rumah maupun sekolah dari rumah.

Kurangnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat dapat memicu terjadinya hipertensi. Upaya yang dapat dilakukan dalam menerapkan gaya hidup sehat dengan mengatur pola makan dan mendapatkan nutrisi yang cukup, menjaga berat badan, berolahraga, melakukan kegiatan positif, mengelola stress dengan baik, tidak merokok, istirahat yang cukup dan tidak mengonsumsi alkohol (Widodo, Destri Lestari, 2022). Upaya tersebut dapat mengurangi faktor risiko terkena hipertensi, sehingga masyarakat yang kemungkinan berisiko hipertensi sangat kecil.

Kesimpulannya adalah dengan adanya pandemi COVID-19 kemarin banyak masyarakat yang tidak bisa keluar rumah karena pembatasan aktivitas diluar rumah dengan begitu gaya hidup pun berubah mulai dari pola makan, olahraga, hingga stress karena terlalu lamanya berada dirumah. Sehingga, angka kejadian hipertensi sangat banyak dikalangan masyarakat, jika tidak ditangani dengan segera dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi lainnya.


REFERENSI

Aryani, N. P. B. R. A. (2021). Pencegahan Penularan Corona Virus Disease (COVID-19) Pada Masyarakat Di Lombok Barat. https://www.google.co.id/books/edition/Pencegahan_Penularan_Corona_Virus_Diseas/RvJAEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=corona+virus+disease+adalah&printsec=frontcover

Nurhayati, E. (2021). Hipertensi Pada Wanita. Jakad Media Publishing. https://www.google.co.id/books/edition/Hipertensi_Pada_Wanita/lHorEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=hipertensi+adalah&pg=PA11&printsec=frontcover

Sudewo, B. (2009). Buku Pintar Hidup Sehat cara Mas Dewo. Agro Media Pustaka. https://www.google.co.id/books/edition/Buku_Pintar_Hidup_Sehat_Cara_Mas_Dewo/Aj27c46XqsUC?hl=id&gbpv=1&dq=hipertensi+pola+hidup+tidak+sehat&pg=PA61&printsec=frontcover

Widodo, Destri Lestari, A. S. & P. K. S. P. A. (2022). Filosofi Hidup Sehat. Alineaku Publisher. https://www.google.co.id/books/edition/Filosofi_Hidup_Sehat/tEBbEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=gaya+hidup+sehat&pg=PA1003&printsec=frontcover

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun