Mohon tunggu...
Rizma Ardhana Kamaria
Rizma Ardhana Kamaria Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswi Program Studi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antara Klik dan Tradisi: Jurnalisme Digital di Ternate

23 Desember 2024   08:59 Diperbarui: 23 Desember 2024   08:59 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teknologi sangat penting dalam mengembangkan arus distribusi, konsumsi, dan produksi infromasi. Ketika teknologi membantu mengubah cara komunikasi yang dibatasi ruang dan waktu menjadi cara komunikasi informasi tanpa batas, peran teknologi sangat penting dalam proses massifikasi informasi. Karena itu, hadirnya media baru memberi masyarakat opsi untuk mencari dan memanfaatkan sumber informasi untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Jurnalisme telah mengalami transformasi besar sejak munculnya internet dan teknologi digital. Jurnalisme digital sekarang menjadi salah satu cara utama untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Fenomena ini juga terjadi di banyak tempat di Indonesia, termasuk Ternate, yang memiliki budaya lokal yang tak ternilai. Namun, muncul pertanyaan penting: apakah jurnalisme digital dapat membantu mempertahankan budaya lokal atau justru menghancurkan tradisi?

Masyarakat Ternate, seperti di banyak tempat lain, semakin bergantung pada teknologi digital untuk mendapatkan data. Banyak orang, termasuk generasi muda, menggunakan media sosial, blog, dan platform berbasis video seperti YouTube untuk mendapatkan berita. Ini menghalangi jurnalisme tradisional yang lebih lambat untuk menyebarkan berita.

Dengan bantuan teknologi digital, informasi dapat dibagikan dengan cepat dan menjangkau audiens yang lebih luas. Hal ini merupakan peluang besar dalam hal pelestarian budaya. Melalui platform digital, cerita rakyat, tradisi lokal, dan prinsip-prinsip lokal dicatat dan dibagikan. Misalnya, video yang mendokumentasikan upacara adat Ternate telah diunggah ke media sosial, membuatnya dikenal oleh masyarakat lokal dan bahkan orang di seluruh negara.

Selain itu, sejumlah media di Ternate terus menggunakan bahasa daerah saat berkomunikasi, terutama program radio komunitas atau media lokal yang ditujukan untuk masyarakat setempat. Penggunaan bahasa daerah ini menjadi salah satu cara penting untuk menjaga identitas budaya sekaligus memperkuat keterhubungan dengan audiens lokal. Namun, ketika platform online mengutamakan konten berbahasa Indonesia atau inggris untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Akibatnya, keberlanjutan penggunaan bahasa daerah dalam media menghadapi ancaman dari modernisasi digital.

Media lokal Ternate sangat penting untuk mempertahankan bahasa daerah, terutama melalui platform media komunitas yang berbicara Bahasa Ternate. Beberapa media terus menggunakan bahasa daerah utnuk menjangkau audiens lokal, mempertahankan hubungan budaya, dan mendekatkan diri dengan masyarakat setempat. Ini terlihat dari upaya kesultanan Maluku Utara untuk melestarikan bahasa lokal, yang sering digunakan dalam kegiatan resmi mereka.

Tetapi ada bahaya yang tidak dapat diabaikan. Untuk menarik perhatian audiens digital, informasi sering disederhanakan atau bahkan didramatisasi. Oleh karena itu, kredibilitas dan kedalaman cerita budaya tersebut dapat dipertanyakan. Meskipun cepat dan luas, jurnalisme digital seringkali mengorbankan kualitas dan akurasi informasi untuk kecepatan dan sensasi.

Meskipun jurnalisme digital memiliki banyak potensi, pelestarian budaya lokal Ternate juga menghadapi banyak tantangan. Salah satunya adalah kekurangan tenaga kerja dan teknologi. Tidak semua jurnalis lokal memiliki akses ke perangkat digital canggih atau pelatihan yang cukup untuk membuat konten berkualitas tinggi. Selain itu, literasi digital bagi penduduk Ternate masih sulit, terutama bagi generasi tua yang lebih terbiasa dengan media tradisional.

Perlombaan dengan konten yang tersebar di seluruh dunia merupakan masalah tambahan. Budaya pop global yang lebih menarik perhatian generasi muda sering mendominasi platform digital. Cerita lokal yang mendalam dan sarat nilai tradisional mungkin tidak dapat bersaing dengan konten viral yang lebih ringan dan menyenangkan. Ini menimbulkan kemungkinan bahwa generasi berikutnya di Ternate tidak akan memperhatikan warisan budaya mereka sendiri.

Jurnalisme digital juga menghadapi masalah etika. Jurnalis sering dihadapkan pada dilema antara mempertahankan tradisi dan menghormati keaslian atau privasi budaya saat mendokumentasikan budaya lokal. Misalnya, tradisi lokal Ternate tertentu mungkin dianggap sakral dan tidak seharusnya diberitahukan secara luas. Untuk menghasilkan konten yang menarik dalam konteks ini, jurnalis harus berhati-hati agar tidak melanggar norma budaya lokal.

Media lokal Ternate memiliki banyak potensi, tetapi jurnalisme digital dan pelestarian budaya adalah masalah besar. Salah satu masalah utama adalah kekurangan sumber daya manusia dan teknologi. Banyak media loka masih bergantung pada jurnalis yang tidak terlatih dan tidak memiliki alat yang cukup untuk membuat konten digital yang kompetitif.

Perubahan sikap audiens juga merupakan masalah besar. Misalnya, media lokal harus mengadopsi format yang lebih sesuai dengan kebutuhan generasi muda, seperti video pendek, podcast, atau infografis interaktif, karena generasi muda lebih suka konten digital yang cepat dan mudah diakses daripada membaca artikel mendalam atau laporan investigasi dalam format konvensional.

Tantangan lainnya adalah kurangnya perhatian pada isu lokal. Media lokal sering kali harus bersaing dengan media nasional, yang memiliki sumber daya yang lebih banyak dan cakupan berita yang lebih luas. Akibatnya, masalah budaya lokal yang signifikan sering kali tidak mendapatkan perhatian yang cukup. Akibatnya, isu-isu budaya lokal yang penting sering kali kurang mendapatkan sorotan. Padahal, media lokal memiliki peran yang sangat penting dalam mendokumentasikan dan mempublikasikan cerita-cerita yang unik dan relevan dengan masyarakat setempat.

Media lokal Ternate harus berinovasi dengan teknologi digital untuk menyebarkan informasi. Misalnya, mereka dapat membuat video dokumenter tentang tradisi lokal atau membuat podcast berita dalam bahasa daerah.

Bekerja sama dengan budayawan, seniman, atau tokoh adat dapat membuat berita lebih baik dan lebih akurat. Media lokal Ternate juga harus berperan dalam meningkatkan literasi masyarakat Ternate selain menyajikan berita. Dengan ini, masyarakat dapat lebih kritis dalam mengonsumsi informasi dan memahami pentingnya pelestarian budaya lokal.

Media lokal Ternate dapat menyajikan dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah, untuk menjangkau audiens yang lebih luas tanpa meninggalkan identitas lokal. Kemudian fokus pada isu-isu  lokal, seperti tradisi adat, cerita rakyat, dan sejarah Ternate dapat membantu memperkuat peran media lokal sebagai penjaga budaya daerah.

Podcast adalah salah satu cara jurnalisme digital dapat membantu melestarikan budaya lokal di Ternate. Tradisi lisan seperti cerita rakyat dan hikayat lokal dapat direkam dan dipublikasikan dalam format podcast, yang memungkinkan cerita tersebut didokumentasikan dengan baik dan membuatnya lebih mudah diakses oleh generasi muda yang terbiasa dengan platform audio digital seperti Spotify.

Misalnya, podcast "Cerita Ternate" dapat berisi cerita tentang sejarah Ternate, mitos lokal, atau asal-usulnya. Podcast ini tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik dengan cerita yang menarik dan musik latar tradisional. Pendengar yang tidak tinggal di Ternate juga dapat mengenal kekayaan budaya lokal, meningkatkan jangkauan pelestarian budaya.

Media lokal di ternate memiliki tanggung jawab besar untuk menjadi penjaga identitas budaya di era digital. Dengan memanfaatkan teknologi digital secara bijak, mereka dapat mendokumentasikan, melestarikan, dan menyebarkan tradisi lokal kepada audiens yang lebih luas. Namun, keberhasilan upaya ini sangat bergantung pada kemampuan media lokal untuk mengatasi tantangan seperti keterbatasan sumber daya, perubahan perilaku audiens, dan persaingan konten global.

Sumber: Setiati, Eni. 2005. Ragam Jurnalistik Baru Dalam Pemberitaan. (Yogyakarta: Penerbit Andi).

Kahar, Suyatno, Tia. A. (2017). "Peran Mahasiswa Komunikasi Dalam Menyalurkan Informasi Melalui Citizen Jurnalisme di Malut Post", KAWASA, 7(1).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun