"Dek, ikut mbak ya besok ke kampus" pintanya padaku
"kapan? besok pagi?" aku balik tanya
"Iya, jam 06.00 keretanya berangkat" jawabnya.
Tanpa berfikir panjang aku segera meminta ijin ke mama untuk berangkat besok pagi.
Jujur saja aku sendiri tidak pernah menaiki transportasi darat yang namanya kereta api itu, bayangan tentang kecelakaan kereta di TV mulai menguasai pikiranku. Benar-benar malam yang penuh dengan khayalan kereta, banyak pertanyaan yang bermunculan seperti "gimana kalo besok ternyata keretanya keluar dari rel"," gimana kalo keretanya terguling" dan banyak kata bagaimana lainnya. Segera saja ku tepis semua pertanyaan buruk serta bayangan yang tak berujung itu. Malam itu aku segera tidur dan pergi dari semua pikiranku.
Pukul 05.15 WIB aku sudah siap berangkat ke stasiun. Ternyata di waktu yang sepagi itu bahkan sinar mentaripun belum menyentuh bumi tempat tinggalku, sudah banyak orang berlalu lalang, orang yang siap berjuang mencari nafkah. Truk truk yang masih kosong juga sudah berangkat ke tujuannya masing-masing. Aku menikmati pemandangan menuju stasiun, melihat banyak orang yang pergi ke pasar dengan membawa barang dagangannya, lampu jalanan yang masih menyinari dan banyak hal lainnya.
Stasiun Bangil, 18 tahun lamanya aku berada di daerah ini tapi belum pernah sama sekali memasuki atau bahkan menginjakkan kaki disana. "jadi, seperti ini tempat yang namanya stasiun itu" ucapku dalam hati. "Dek, tempat duduk buat nunggunya penuh kita berdiri aja dulu ya" ucapnya. "iya gk papa mbak". Aku sibuk mengamati stasiun, pandanganku menyapu sudut-sudut ruangan. "ternyata banyak juga orang yang sudah menunggu sejak pagi dan bahkan lebih pagi dari ku" pikirku.
"Kereta jurusan surabaya akan segera tiba" speaker itu berbunyi, spontan saja orang-orang segera berbaris di depan petugas. "apa yang akan mereka lakukan?" tanyaku pada diri sendiri, aku mengamati aktivitas mereka dari tempat ku menunggu. "Segera siapkan KTP asli" petugas itu berteriak memberi instruksi. Aku masih mengamati antrean itu, para calon penumpang kereta itu segera memberikan tiket dan KTP mereka ke petugas untuk di check. Aku mulai mengerti alur untuk menaiki transportasi ini. "jadi seperti ini" gumamku.Â
"Kereta jurusan Malang,Blitar" speaker itu berbunyi lagi. "Ayo dek, siapkan KTP nya" "Iya mbak". Kami segera berbaris antri untuk menyerahkan tiket dan KTP. Kereta mulai berdatangan satu persatu di jalurnya masing-masing, ada 3 jalur dan kereta yang akan membawaku berada di jalur 2. Saat kereta itu datang dan mendekat hati ku jadi dag dig dug, bagaimana tidak baru kali ini aku melihat kereta melintas di sebelahku dan berhenti tepat di depanku. Aku hanya mengekor di belakang dan mengikuti kemana mbakku melangkah, bodoh sekali aku umur sudah 18 tapi masih takut untuk naik kereta.
"Sini kamu dek, nomer 15B kan?" tunjuknya pada tempat yang kosong itu
"ah iya, mbak dimana?" tanyaku
"ini, 14 C" ucapnya
Bangku tempat duduknya untuk 3 orang dan saling berhadapan dengan 3 orang lainnya. Aku duduk di tengah, sebelah kanan ku ibu-ibu sedang tidur sambil memangku bawaannya, disebelah kiri ku ada bapak-bapak yang juga baru naik bersamaku tapi mungkin karena kelelahan bapak itu langsung tidur juga. Di bangku depanku ada cowok yang sedang asyik memainkan smartphone miliknya, di samping kanannya juga ada ibu-ibu yang sedang tertidur dan di samping kirinya ada cewek yang mendengarkan musik sambil memjamkan mata.
06.00 WIB kereta berangkat, aku tidak mau melewatkan pemandangan pertamaku didalam kereta. Disepanjang perjalanan aku hanya melihat ke luar jendela, tidak ada yang mengajakku berbicara. Tanaman padi membentang luas, pepohonan, rumah warga, aku tidak melihat mobil dan kendaraan lainnya. Sepanjang perjalanan didominasi oleh sawah yang luas. Pikiran buruk itu kembali, bayangan kecelakaan kereta api mulai bermunculan lagi tapi kali ini aku tidak menghiraukan pikiran-pikiran buruk itu. Rasanya kereta tidak melaju cepat seperti yang kulihat biasanya, "apa mungkin memang laju kereta seperti ini ya?" tanyaku dalam hati.
Kereta  berhenti di 3 stasiun, pemberhentian pertama adalah stasiun Lawang. Penumpang segera naik dan tidak lama kereta kembali melaju, mungkin hanya berhenti sekitar 5 menit untuk menaikkan dan menurunkan penumpangnya. Pemberhentian selanjutnya di stasiun Singosari dan kemudian berhenti di stasiun Blimbing. Tidak lama kereta sampai di tujuanku "Stasiun Kota Malang" . "Sudah sampai rupanya" aku segera berdiri dan keluar dari gerbong kereta itu.
Segeraku lihat jam di HP, 07.00 WIB masih pagi. Ternyata perjalanan ditempuh jauh lebih cepat dari pada baik mobil pribadi atau transportasi umum, wajar saja biasanya jarak tempuh dari rumah menuju malang adalah 2 jam namun sekarang hanya 1 jam.
Aku segera keluar dari stasiun, dan ku lihat kereta pertamaku sudah melaju menyusuri rel yang tiada ujungnya. Mungkin kereta akan menjadi transportasi favoritku setelah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H