Mohon tunggu...
Rizky Yanuarti
Rizky Yanuarti Mohon Tunggu... Tutor - almost a quarter

being grateful for all Allah's blessings

Selanjutnya

Tutup

Money

Potensi dan Tantangan Ekspor Produk Pertanian Indonesia

19 Mei 2019   20:20 Diperbarui: 19 Mei 2019   20:43 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah dengan potensi hasil pertanian yang luar biasa. Sudah bukan rahasia umum bahwa sektor pertanian adalah salah satu sektor yang memiliki peran penting di Indonesia. Sebagai negara agraris, sektor pertanian mampu memberikan kontribusi terbesar bersama dengan sektor industri pengolahan serta perdangan besar dan eceran bagi nilai PDB Indonesia. Nilai ekspor produk pertanian pun turut menstabilkan neraca perdagangan Indonesia. Peningkatan nilai ekspor pertanian utamanya terjadi pada komoditas strategis perkebunan dan peternakan. Bahkan jika diakumulasikan, total ekspor selama empat tahun terakhir ini mencapai Rp 1.764 triliun.

Pada tahun 2019 ditemukan keadaan yang berbeda dimana berdasarkan data Badan Pusat Statistik terbaru, nilai ekspor produk pertanian pada bulan April 2019 mengalami penurunan sebesar 6,78% jika dibandingkan dengan bulan Maret 2019 (month to month) dan menurun sebesar 15,88% jika dibandingkan dengan bulan April 2018 (year to year). Penurunan nilai ekspor ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah pelambatan ekonomi global dimana tiga negara tujuan utama ekspor Indonesia, yakni Amerika Serikat, Cina dan Jepang sama-sama mengalami pelambatan ekonomi. Selain itu, penurunan tersebut diduga juga disebabkan oleh gejolak politik dalam negeri yang mempengaruhi kebijakan terkait ekspor yang diambil.

 

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B. Sukamdani mengatakan, pada 2019 tantangan terbesar muncul dari potensi berlanjutnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Hal itu, menurutnya, akan kembali menimbulkan gangguan kepada rantai pasok global (global supply chain), yang pada akhirnya mengganggu kinerja ekspor nasional. 

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi hal tersebut adalah melalukan penetrasi pasar atau mencari alternatif pasar baru yang potensial bagi produk ekspor pertanian nasional. Seperti menurut Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta W, pasar ekspor nonmigas yang perlu mendapat dukungan adalah kawasan Asia Selatan, Afrika dan Timur Tengah.

Peningkatan ekspor yang ditargetkan tentu harus dibarengi dengan ketersediaan dan kontinuitas bahan baku. Pemerintah diharapkan memberikan bantuan dan intensifikasi untuk optimalisasi produksi produk pertanian terkait. Hal ini memerlukan dukungan dari setiap stake holder yang terlbat dalam proses ekspor dari hulu ke hilir. Kerjasama dengan pengusaha maupun pelaku ekspor juga perlu ditingkatkan. 

Dengan memudahkan proses kerjasama dan investasi, diharapkan mampu meningkatkan kegiatan ekspor atau perdagangan yang dilakukan yang pada akhirnya membantu pertumbuhan ekspor produk pertanian secara nasional. Mengingat besarnya potensi ekspor produk pertanian Indonesia, rasanya sayang jika tidak segera dilakukan perbaikan dalam menghadapi tantangan yang ada, perbaikan sudah pasti diperlukan agar nilai ekspor Indonesia khususnya untuk produk pertanian dapat menjadi stabil dan tidak terus turun sepanjang tahun 2019 ini.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun