Mohon tunggu...
Rizky ShafarinaWulandari
Rizky ShafarinaWulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang gemar menulis tentang apa saja.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengembangan Potensi Melalui Aktualisasi Program di Desa Wonosari oleh Tim KKN Kolaboratif 021

23 Juli 2023   23:58 Diperbarui: 24 Juli 2023   00:03 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jember memiliki banyak desa dengan seribu potensi alam, salah satunya Wonosari. Lokasinya berada di Kecamatan Puger, salah satu kecamatan dengan potensi laut terbesar di Jember. Meskipun Puger merupakan salah satu kecamatan penghasil produk laut terbanyak di Jember, Wonosari sebagai salah satu desa di Puger justru bukan penghasil produk laut. Justru terdapat banyak potensi lain yang bisa digali di Wonosari selain hasil laut. 

Mayoritas masyarakat Wonosari bermata pencaharian sebagai buruh tani dan pelaku UMKM. Sebagai desa yang mayoritasnya petani, Wonosari jelas memiliki lahan hijau luas dengan komoditi yang beragam. Beberapa produk pertanian adalah seperti padi, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran. Tetapi, produk-produk pertanian tersebut justru tidak menjadi bahan utama UMKM di Wonosari. 

UMKM di Wonosari yang paling terkenal adalah kripik nangka, tahu, dan tempe. Dimana usaha-usaha ini diolah di rumah-rumah warga. Hampir setiap rumah di tiga dusun di Wonosari menjalankan bisnis tersebut. Pembuatan kripik nangka yang telah dikunjungi oleh Tim KKN Kolaboratif 021 terletak di Dusun Penitik. Sedangkan untuk pembuatan tahu dan tempe sendiri telah aktif di hampir setiap rumah di Dusun Krajan, Penitik, dan Lengkong.

Di sisi lain, terdapat kekurangan yang juga mengimbangi kelebihan di atas. Masih dapat berbagai permasalahan yang dihadapi oleh warga Wonosari, seperti isu ekonomi, lingkungan, dan keaktifan masyarakat. Isu ekonomi yang sampai saat ini masih terjadi adalah, para pelaku UMKM masih belum memiliki SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan). Sehingga mereka kesulitan dalam manajemen usahanya. 

Di samping itu, permasalahan lingkungan yang masih belum teratasi adalah limbah dan sampah. Meskipun sudah terdapat tempat sampah di depan rumah warga, masih saja didapati warga yang membuang sampah sembarangan. Tidak mengherankan apabila masih ditemukan sampah berserakan di beberapa tempat. Ditambah lagi masyarakatnya yang sebagian besar adalah pelaku bisnis tahu tempe, seringkali ada beberapa yang tidak terbuang. Namun sebagian dari mereka menjual ampas tahu tempe atau dijadikan sebagai pakan ternak. Selain itu, tidak adanya pengambilan sampah secara kolektif di Wonosari. Oleh karena itu, masih banyak masyarakat yang membakar sampah, entah itu di pinggiran jalan atau di tong sampah masing-masing rumah. Sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari warga di Wonosari.

Permasalahan lainnya seperti kurangnya keaktifan masyarakat juga masih belum ada solusinya. Terdapat beberapa organisasi desa yang sudah tidak lagi aktif beroperasi. Dengan alasan seperti tidak adanya kompensasi, profit, hingga ketidakstabilan struktur kepengurusan dalam organisasi tiap tahunnya. Tanpa adanya organisasi-organisasi desa, maka event yang diadakan di Wonosari tidak bisa terlaksana dengan baik.

Dengan adanya kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh Desa Wonosari ini dapat menjadi peluang program oleh kelompok 021 KKN Kolaboratif sebagai wadah implementasi menuju desa SDGs. Limbah yang ada di Desa Wonosari meliputi limbah ternak maupun limbah hasil olahan tahu dan tempe. Dimana limbah tahu dan tempe tersebut adalah limbah terbanyak yang dihasilkan. Limbah ini yang nantinya akan dimanfaatkan oleh kelompok KKN untuk dijadikan pupuk organik. Dimana di Desa Wonosari sebagian besar masyarakatnya adalah sebagai petani. 

Melalui pupuk yang diproduksi murni oleh kelompok KKN dan kelompok pemuda akan memudahkan petani untuk mengakses pupuk dengan jangkauan yang lebih murah. Begitupun dengan pemahaman masyarakat untuk selalu menggunakan pupuk yang tidak menggunakan bahan kimia demi terjaganya kelestarian lingkungan.

Untuk mengimplementasikan konsep tersebut, tentunya akan melibatkan banyak pihak nantinya. Kelompok KKN 021 akan bekerja sama dengan kelompok pemuda yang ada di desa sebagai pihak yang memiliki peran penting untuk kelanjutan dari konsep tersebut. Adapun beberapa mitra lain yang nantinya akan turut membantu berjalannya program ini sampai selesai. Sebagai agent change, kami kelompok KKN 021 Kolaboratif akan turut serta membantu proses pengembangan yang ada di lingkungan masyarakat.

KKN Kolaboratif "021" Bergerak, Berdampak!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun