"Pers adalah seni atau keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya."
-Kustadi Suhandang-
Dalam sejarahnya dunia jurnalistik mempunyai peran yang sangat vital dalam menyampaikan dan menyebarkan informasi. Hal ini dibuktikan dengan sejarah bangsa Indonesia yang tak lepas dari peran pers mulai dari sebelum kemrdekaan, saat kemerdekaan, hingga setelah kemerdekaan. Kehadiran pers juga bukan hanya sebagai media penyampaian informasi, akan tetapi juga sebagai wadah untuk menampung opini dan aspirasi rakyat. Oleh karena itu, Monumen Pers Nasional menjadi simbol penghormatan atas peran besar pers dalam perkembangan bangsa Indonesia.
Monumen ini berdiri sebagai pengingat bahwa pers telah turut andil dalam berbagai perubahan sosial, politik, dan budaya di Indonesia. Sejak masa penjajahan pers memegang peran dalam memperjuangkan kemerdekaan, hak-hak rakyat dan opini dari para tokoh bangsa yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, meskipun pada akhirnya mereka yang beropini melawan penjajah akan dibungkam, namun hal tersebut tidak mengubah fakta bahwa pers dapat berpengaruh untuk membangkitkan rasa nasionalisme bangsa.
Pada saat kemerdekaan, pers juga berperan sangat penting bagi penyebaran informasi kemerdekaan yang masih terbatas, ditambah dengan media informasi yang saat itu berada dibawah kendali penjajah. Sementara pasca kemerdekaan hingga era modern seperti sekarang ini, pers terus berkembang menjadi pilar penting dalam menjaga demokrasi dan kebebasan berpendapat. Pers tidak hanya menjadi sumber berita, tetapi juga menjadi pengawas kebijakan pemerintah, pelindung hak asasi, serta sarana edukasi dan hiburan bagi masyarakat.
Sejarah Pembangunan Monumen Pers Nasional
Mengingat peran besar yang dimainkan oleh pers dalam berbagai aspek kehidupan bangsa, muncul kesadaran akan pentingnya menghormati sejarah dan kontribusi dunia jurnalistik di Indonesia. Pendirian Monumen Pers diawali oleh ide para wartawan antara lain yaitu Rosihan Anwar, B.M Diah, dan S.Tahsin saat perayaan 10 tahun PWI pada 9 Februari 1956. Berangkat dari ide tersebut akhirnya dibentuklah sebuah yayasan yang menaungi Museum Pers Nasional pada 22 Mei 1956 dengan kepenguran RP. Hendro, Kadiona, Soewarno Prodjodikoro, Mr. Sulistyo dan Soebekti. Sementara itu, pada waktu awal berdirinya koleksi museum yang berupa buku dan majalah sebagian besar disumbangkan oleh Soedarjo Tjokrosisworo.
Kemudian, setelah itu rencana pembangunan Museum Pers Nasional secara resmi diumumkan oleh Budiarjo, Menteri Penerangan, yang menempati Societeit Mangkoenegaran. Rencana Budiarjo itu diutarakan ketika peringatan 25 tahun PWI pada 20 Februari 1971. Kemudian pada tanggal 9 Februari 1978 Presiden Soeharto meresmikan Monumen Pers Nasional. Societeit Mangkoenegaran menempati lokasi sebelah barat Pura tepatnya di wilayah Koesoemawardhani Plein. Berada di ujung jalan Yosodipuro dan jalan Gajahmada saat ini.
Arsitektur bangunan Monumen Pers Nasional
Langgam arsitektur Sociteit Mangkoenegaran mewakili perpaduan dua langgam arsitektur yang sedang berkembang pada saat itu yakni kebudayaan Timur dan Barat. Beberapa penambahan ornament yang menambah kesan indah pada arsitektur Monumen Pers Nasional diantaranya adalah empat Ornamen Patung Naga ciptaan seniman Solo Hidyanto Kusrin di pintu masuk gedung Monumen Pers Nasional, Penambahan lambang Garuda yang dipasang di fasad gedung Monumen Pers Nasional, serta penambahan Kanopi pada bagian depan gedung yang menaungi tangga dan ornamen naga.
Semua elemen ini tidak hanya mempercantik tampilan bangunan, tetapi juga melambangkan identitas dan nilai-nilai budaya yang ingin diabadikan melalui Monumen Pers, menciptakan jembatan antara sejarah dan modernitas dalam konteks jurnalistik di Indonesia.
Fasilitas di Monumen Pers Nasional
Monumen Pers Nasional saat ini bukan hanya sekadar simbol, tetapi juga menyimpan berbagai koleksi berharga seperti buku, koran, dan majalah. Di dalam monumen ini terdapat perpustakaan yang dapat diakses pengunjung untuk membaca atau mengerjakan tugas. Selain itu, Monumen Pers juga dilengkapi dengan museum yang memamerkan sejarah perkembangan pers, baik di Indonesia maupun di dunia, termasuk beberapa alat media komunikasi seperti radio kambing, kamera, dan mesin tik. Tak kalah menarik, terdapat juga ruang audio visual yang memungkinkan pengunjung menonton dokumentasi tentang sejarah Monumen Pers Nasional. Selain itu, Monumen Pers Nasional juga melayani kebutuhan e-paper yang dapat di akses melalui (https://mpn.kominfo.go.id/request/download) melalui layanan e-paper pengujung dapat memperoleh salinan dari halaman koran atau majalah yang meskipun tahun terbitnya sudah cukup lama.
Dengan memahami sejarah, fasilitas, dan makna di balik pembangunan Monumen Pers Nasional, kita dapat menghargai peran penting pers dalam perjalanan bangsa Indonesia. Melalui koleksi berharga, perpustakaan, museum, dan ruang audio visual, pengunjung tidak hanya dapat belajar tentang perkembangan jurnalistik, tetapi juga mendapatkan inspirasi untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai kebebasan berpendapat dan informasi yang akurat. Mari berkunjung ke Monumen Pers Nasional dan bersama-sama merayakan warisan budaya serta sejarah yang ada, agar kita dapat lebih menghargai dan melestarikan kontribusi pers dalam masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H