[caption id="attachment_132412" align="aligncenter" width="432" caption="pict from google.com"][/caption]
Di tengah keheningan malam, kutitipkan sebuah angan atas kesadaran yang menyerah pada ketidaksadaran mungkin ketabahan hanyalah umpama jalan, jalan yang disesatkan oleh akal sepotong daging telah dikoyak serigala namun, rembulan masih menggantung diatas kepala gugus bintang melindap, pendarnya merendah, menyentuh punggung samudera menjelma aroma berbeda, seperti senyap bercampur dengan luka kuanggap kenangan sebuah orkestra yang memainkan melodi paling sendu dengan jemari bergetar dan wajah-wajah kaku hingga kau pun tahu, tak ada yang paling bisu melainkan; sepasang sepi yang tergopoh-gopoh mengejar keramaian dan ketika anak sungai mengering sebelum subuh kulihat domba bersimpuh mendoakan rindu yang disalib pada batu kucemeti saja langit gelap, yang mulai lesap bersama harap hingga gerimis menjadi darah, yang mengerang sepanjang hari Di tengah keheningan malam, kutitipkan sebuah angan atas ketidaktabahanku mencerna gagasan-gagasan semu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H