Mohon tunggu...
Rizky Triputra
Rizky Triputra Mohon Tunggu... -

pemungut remah-remah kata di lintasan kenangan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Fragmen Pagi II

29 November 2011   19:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:02 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk : Puput Dwi Waryanti

butiran embun merembas di padang subur dadaku
halimun mengiris sepi di tubuh subuh
doa-doaku terselip dalam geliat rekah fajar
di ufuk, perseteruan gelap dan cahaya ialah penanda hari:
sebelum terbentangnya surga
sebelum terbujurnya cinta
tepat di hari-hari kita

bukalah pintu-pintu fajar itu
dengan lehermu yang jenjang bercahaya
sementara jendela-jendelanya, izinkan kubuka dengan desau angin
sambil kuterbangkan seribu puisi darisana
menuju kota-kota yang remang cahaya, yang begitu pucat
dengan menara serta gedung-gedung tua
dipenuhi debu-debu rindu dan puing-puing airmata

embun telah memekarkan bening kelopaknya
sedang rinduku masih menguncup, di sela-sela batang nafasmu
yang senantiasa bergerak, mengeraskan usia
mengeraskan ketabahanku yang piatu

kekasihku
suatu hari, ketika dadaku teramat debar serta bergemuruh
menahan rindu yang papa oleh rekah senyummu
izinkan aku bangun mendahului matahari
dan mengecup keningmu
untuk pertama kali

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun