Mohon tunggu...
Rizky Triputra
Rizky Triputra Mohon Tunggu... -

pemungut remah-remah kata di lintasan kenangan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pencitraan

28 Agustus 2011   18:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:24 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_127291" align="aligncenter" width="593" caption="pict from google.com"][/caption] Untuk : Puput Dwi Waryanti Jikalau engkau melihat tubuhku tumbuh khuldi petik saja, dan janganlah takut dosa sebab begitulah aku mencintaimu; sebagai buah yang tak pernah kau anggap suci sebagai manusia yang bermandikan dusta pengkhianat manis mengatasnamakan rindu sebagai Tuhan Penggal saja kepalaku jika engkau mau lalu serahkan pada kesunyian malam yang seringkali memenjarakanku dengan binar matamu, rekah bibirmu, kelembutan suaramu atau pasung saja aku dibawah pohon gaharu tempat biasa engkau berteduh kala matahari terik bergelayut manja di tubuh surgamu Ketahuilah, kekasih aku tak mampu mencairkan pelukan dengan beberapa butir ketabahan cukuplah engkau sebagai ritual suci mengekalkan ciuman maka apabila kegelapan muncul lebih awal sebelum bercerita kepada malam tiang-tiang waktu tak kuat lagi menahan kesedihan dan airmata menjelma ribuan kupu-kupu cahaya tibalah saatnya ingin aku berbisik padamu bahwa; "aku mencintaimu melebihi cinta Adam kepada Hawa"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun