Berdasarkan Hasil Wawancara yang telah kami lakukan kepada Pak Suharto, dapat disimpulkan bahwa:
Tari Jathilan adalah warisan budaya yang kaya akan nilai sejarah dan spiritual, menggambarkan ksatria Jawa dengan atribut kuda yang melambangkan kekuatan dan maskulinitas. Meskipun menghadapi tantangan dari era globalisasi dan modernisasi, Tari Jathilan tetap mempertahankan tempat istimewa di hati masyarakat dan terus dilestarikan oleh generasi muda. Keberlanjutannya terlihat dari tingginya minat dan partisipasi dalam pementasan, baik di desa maupun di platform digital seperti YouTube. Di pedesaan, tradisi ini tetap hidup dengan dukungan komunitas lokal yang memiliki waktu dan ruang untuk mempertahankannya.
Penting untuk terus mendukung dan menjaga warisan budaya ini agar tetap hidup dan berkembang di masa depan. Hal ini memerlukan kesadaran kolektif dan upaya nyata dalam melestarikan serta mempromosikan nilai-nilai budaya tersebut. Melalui cita-cita Tri Sakti yang digagas oleh Soekarno berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan kita dapat memastikan bahwa Tari Jathilan tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang sebagai simbol kebanggaan dan identitas budaya Jawa. Keterlibatan aktif dari berbagai kalangan, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga generasi muda, sangat diperlukan untuk menjaga keutuhan dan keberlanjutan seni tradisional ini sebagai bagian integral dari warisan budaya Indonesia yang kaya dan beragam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H