Mohon tunggu...
Rizky
Rizky Mohon Tunggu... Mahasiswa - samudra

masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dinamika Komitmen dan Job Satisfaction

14 Oktober 2021   20:58 Diperbarui: 14 Oktober 2021   21:43 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Komitmen disini bukan berarti dunia percintaan dan komitmen dalam pernikahan, tapi ini komitmen bagaimana seseorang itu konsisten terhadap pekerjaan maupun kewajiban yang lainnya. 

Komitmen bisa juga diartikan sebuah bentuk psikologi keter-ikatan emosi bagaimana mereka melibatkan diri mereka sendiri bahwa dalam bekerja di sebuah perusahaan bukan hanya sebuah kewajiban, "kalau saya bekerja disini memang kita harus melakukan yang terbaik dong" Bukan mengarah ke situ maksudnya, tetapi bentuk keter-ikatan disini yaitu keter-ikatan emosi. 

Bukankah pada usia dewasa ini kita harus bekerja? Bukankah kita sebagai lelaki harus bekerja? Bukan keter-ikatan itu yang dimaksud, tetapi keter-ikatan disini yaitu keter-ikatan dalam perusahaannya, organisasi-nya, rekan kerja, tujuannya, dan lain-lain.

Kenapa harus kerja?

Mungkin disini kita bertanya kepada diri kita sendiri mengapa kita harus kerja? Pertama adanya kebutuhan ekonomi. Tentunya kebutuhan ekonomi ini adalah kebutuhan dasar pada kehidupan kita semuanya, bagaimanapun untuk bertahan hidup atau survive kita harus melakukan kegiatan. 

Dalam konteks ini yang menarik yaitu bagaimana seseorang itu ada yang memang hanya ada di tahap " Alhamdulillah, saya bisa makan aja sudah bersyukur" atau dia bekerja hanya sekedar bisa memenuhi kebutuhan pokok saja dan tidak memiliki  keinginan yang tinggi, cukup bisa bertahan hidup saja. Kedua bekerja formal untuk upgrade skill. Kita disini bisa melihat beberapa orang saat ditanya " kenapa kamu kerja disini?" 

Dia menjawab, " saya disini bekerja hanya untuk mencari pengalaman aja pak". Mungkin secara passion orang ini tidak terlalu menuntut materi. Mungkin ada juga beberapa orang memang dari keluarga yang ekonomi-nya di atas rata-rata sehingga tipikal orang yang bekerja seperti itu dia hanya untuk upgrade skill dan untuk mengetahui bagaimana susahnya kerja, lalu ada juga yang bekerja hanya untuk mengejar sebuah sertifikat untuk bisa mencari perusahaan yang Goal nya lebih besar.

 Ketiga kebanggaan bekerja di perusahaan bonafit. Bagaimana pun banyak dari seseorang mempunyai kebanggaan ketika rekan-rekannya atau juga keluarganya di kampung halaman mengetahui kalau orang itu bekerja misalnya di perusahaan A yang dikenal perusahaan BUMN yang besar dengan gaji yang tinggi, ada tunjangan kerja yang besar, yang mengarah motif nya ke situ walaupun mungkin sebenarnya keluarga orang itu ekonomi-nya bagus akan tetapi yang dicari adalah sebuah proud atau kebanggaan dalam bekerja disitu.

 Keempat meng-upgrade gaya hidup. Disini motivasi seseorang dalam bekerja bisa jadi ingin berkomitmen untuk meningkatkan kualitas hidup bahkan mereka rela bekerja pagi siang sore malam dan mencari perusahaan yang berani memberi gaji yang tinggi demi bisa memiliki sebuah keinginan yang di impi-kan selama ini contohnya, dalam membeli handphone baru dan barang-barang lainnya untuk bisa meningkatkan gaya hidup orang itu sehingga betapa pentingnya bagi dia dalam membuat pen citraan dalam hal materi.

Kelima cari jodoh atau diminta calon mertua untuk bekerja. Pada hal ini sangatlah nomatif mungkin ada beberapa mertua tahu khususnya ke laki-laki bahwasanya laki-laki itu punya kerjaan dan penghasilan tapi tidak kerja di kantor, apakah dia punya bisnis online atau pun memiliki keterampilan yang lain. 

Tapi karena kebanyakan mertua memandang image kerja kantor itu bagus untuk calon mertua akhirnya laki-laki itu memutuskan untuk melamar kerja di kantor. 

Tipikal orang seperti itu kemungkinannya sebelum kerja kantor dia sudah sukses, tapi demi tujuan untuk bisa menikahi putrinya itu akhirnya melamar kerja di kantoran setelah dia berhasil menikahi putrinya beberapa waktu kemudian dia fokus di profesi-nya semula yang di anggap lebih menguntungkan daripada kerja di kantoran.

Ada 4 hal kepuasan kerja menurut Morse yaitu :

  • Berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri
  • Berhubungan dengan identifikasi terhadap perusahaannya
  • Berhubungan dengan imbalan finansial dan status dalam pekerjaan
  • Berhubungan dengan kebanggaan terhadap hasil kerja kelompok

Apakah kepuasan kerja itu dapat mempengaruhi prestasi kerja? 

Dalam teori ilmu psikologi industri bahwa, " prestasi turut menyumbang timbulnya kepuasan kerja yang tinggi". Lalu pertanyaannya, apakah kepuasan yang tinggi selamanya akan menimbulkan prestasi yang tinggi? 

Disini jawaban dari pertanyaan tersebut sangat dinamis ya ada orang yang misalnya sudah punya gajinya besar, semakin naik gaji kerjanya bukan tambah bagus karena kepuasan orang tersebut yaitu tujuannya cari duit juga bisa jadi kepuasan kerjanya untuk mengumpulkan kekayaan yang sebesar-besarnya, toh walaupun kerja saya tidak terlalu bagus tetap saja gajinya besar. 

Lalu apa reward dan punishment yang ada di perusahaan tersebut? Kalau reward dan punishment perusahaan itu tidak ketat maka orang atau karyawan yang memiliki kepuasan kerja hanya mencari gaji yang besar saja, otomatis banyak di dalam perusahaan tersebut. 

Yang menarik disini yaitu da juga orang yang mempunyai sifat bersahaja, lalu tidak menutup kemungkinan bahwa orang itu memiliki sifat malas dalam bekerja. 

Dia mendapatkan gaji berapa pun dia bisa bersyukur apa yang sudah di dapat padahal orang tersebut sebenarnya malas dalam kinerja nya dan juga tidak prestasi dalam kerja sehingga kepuasan kerja orang tersebut hanya ala kadarnya saja.

Bagaimana seorang manajer perusahaan untuk membangun kepuasan kerja terhadap karyawan?

Dalam sebuah perusahaan maupun organisasi memang dibutuhkan anggota karyawan yang memiliki loyalitas kerja yang prima, seorang manajer harus mampu menciptakan kepuasan kerja bagi karyawan-nya agar sebuah moral kerja, kecintaan kerja, kedisiplinan, dan dedikasi karyawan bisa meningkat. 

Indikator yang dapat mengukur kepuasan kerja seorang karyawan bisa diukur dengan adanya absensi, reward, punishment, turn over, dan moral kerja. Menurut (Hasibuan,2001) Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja terhadap karyawan yaitu :

  • Membalas jasa karyawan dengan baik dan adil
  • Menempatkan karyawan dengan tepat yang sesuai dengan ke ahlian masing-masing
  • Berat atau ringan-nya pekerjaan
  • Suasana dan lingkungan
  • Fasilitas yang mampu menunjang pekerjaan
  • Sikap pemimpin dalam memimpin
  • Sikap kejenuhan kerja.

Pada dasarnya kepuasan kerja karyawan pengaruh dari bagusnya persepsi kerja yang dianggap baik dan begitu pentingnya bagi karyawan. Lalu, karyawan merasa bahwasanya pekerjaan tersebut sangatlah positif sesuai karakter dan keahlian mereka masin-masing.

 

ilustrasi gambar di ambil dari sumber:

mvpjogja.com 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun